Andah, adalah mahasiswi yang bekerja menjadi penari striptis. Meskipun ia bekerja di hingar bingar dan liarnya malam, tetapi dia selalu menjaga kesucian diri.
Sepulang bekerja sebagai penari striptis.Andah menemukan seorang pria tergeletak bersimbah darah.
Andah pun mengantarkannya ke rumah sakit, dan memaksa Andah meminjam uang yang banyak kepada mucikari tempat dia menari.
Suatu kesalahpahaman membuat Andah terpaksa menikah dengan Ojan (pria amnesia yang ditemukannya) membawa drama indah yang terus membuat hubungan mereka jadi semakin rumit.
Bagaimana kisahnya selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CovieVy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Ikut ke Kampus Andah
...Buat yang mampir, jangan lupa budayakan menekan like, karena like itu gratis....
"Aku juga nggak tau. Ayo, bersiap lah! Aku akan membawamu ke kampus saat ini juga!"
Andah merasa sedikit gelisah. Ojan sudah berangkat bekerja. Jadi, Andah merasa cukup bingung harus bagaimana.
"Ayo buruan! Prof Yosa meminta agar jam sembilan ini sudah menemui beliau di ruangannya."
"Kamu duluan saja. Aku berangkat sendiri nanti. Terima kasih sudah memberi informasi kepadaku yah."
Beni mengerutkan keningnya. "Apa kamu yakin?"
Andah menganggukkan kepala. "Masih kekejar kok kalau naik busway."
"Baik lah, yang penting kamu bisa hadir menemui beliau. Jadi, aku tidak memiliki hutang kepada Prof Yosa yang telah menitipkan pesan untuk memanggilmu." Beni kembali menuju kendaraannya.
Andah menganggukkan kepala melambaikan tangan kepada Beni. "Terima kasih, sampaikan kepada beliau, aku pasti ke sana kok."
Andah segera menyiapkan diri dan menuju lokasi tempat Ojan bekerja. Alangkah terkejutnya Andah saat melihat Ojan ditonton dengan jarak yang sangat dekat oleh wanita dari yang masih muda, hingga ke tante-tante.
Ojan terlihat sibuk dengan pekerjaannya, sedang membilas busa pada mobil yang ia cuci. Meskipun suasan di belakangnya terlihat ribut, Ojan tidak memedulikannya sama sekali.
Andah berjalan mendekati Ojan. Ojan seakan menghirup aroma yang sangat dia kenal, refleks melirik ke belakang. Dia terheran melihat Andah begitu rapi dan sangat cantik.
Dia menutup air yang tadinya digunakan untuk mencuci mobil. Tangannya yang basah dikeringkan begitu saja pada pakaian yang ia kenakan.
"Tuh kan, dia pasti lebih suka sama aku. Mana mungkin dia suka sama Tante?" celetuk salah satu gadis muda.
"Iiih, jangan salah? Pria polos seperti dia membutuhkan wanita berpengalaman seperti saya yaa?" ucap wanita yang terlihat cukup matang dari segi usia itu.
"Andah?" Dengan wajah cerah, Ojan berlari kecil menuju wanita yang memangku tangan di dada dalam diam.
Semua wanita yang merupakan pelanggan hanggar itu melirik Andah yang memasang wajah sangarnya. Semuanya saling berbisik melihat ke arah Andah dan Ojan.
"Siapa sih? Sok banget gayanya?" bisik salah satu dari mereka tetapi terdengar dengan jelas oleh Andah.
"Waduh, Sayaaaang? Kok lap tangannya di baju siiih?" Andah mengambil tisu yang ada di dalam ranselnya.
Ojan semakin heran dengan tingkah Andah yang terlihat aneh. Sementara itu, para wanita tersebut semakin berbisik melihat Andah.
"Panggilannya 'Sayang' tuh. Apa hubungan mereka?"
Andah tersenyum tipis mengusap wajah Ojan yang sedikit basah terkena cipratan air.
"Sayang, istrimu ini mau ke kampus dulu."
Terdengar kembali bisikan dari mereka. "Istrinya? Ternyata pria imutku sudah menikah?"
"Walaah, ternyata punya orang?"
"Pantas aja gue gak dilirik?"
Mereka bersama-sama melirik ke arah Andah yang memiliki perut yang rata, pinggang kecil, tetapi pada bagian dada dan bokong montok berisi. Bisa dibilang bagai gitar spanyol yang bisa menggoda iman para kaum adam.
Para penonton pun mulai membubarkan diri. Namun, ada satu wanita yang cukup muda terlihat memasang senyum sinis.
"Waaah, Bang Ojan udah nikah yah? Nanti Tisya bersedia kok menjadi orang yang menemani Bang Ojan menyirami mobil di sini. Biarkan istri tua Bang Ojan dipakai di rumah saja."
Wanita muda yang kira-kira masih belasan tahun itu melirik Andah kembali. "Buat dinikahi siri pun, Tisya gak akan menolak, Bang." Gadis itu beranjak dengan senyum jahatnya yang lebar.
"Apa katamu bocah sialan?" Andah bersiap melayangkan pukulannya kepada gadis muda itu. Akan tetapi Ojan sudah menahannya.
Gadis itu bergerak menjulurkan lidahnya kepada Andah. Lalu mengirimkan flying kiss kepada Ojan. Andah membuyarkan kiss cinta yang diterbangkan oleh Tisya.
"Dasar bocah edan!" sungut Andah.
Andah melirik Ojan dengan dengan menautkan bibir dah hidung. "Kenapa diam aja? Kamu sengaja ya nggak mengatakan kepada mereka bahwa kamu udah menikah?"
Ojan menggaruk kepalanya salah tingkah. "Ojan udah mau bilang sejak awal. Tapi Bang Men dan yang lain larang. Takutnya tempat cucian ini malah sepi. Mereka semua pada ngaku belum menikah. Padahal udah punya anak lima."
Ojan tersenyum kikuk karena merasa bersalah telah menyembunyikan identitasnya. Apalagi Andah terlihat tidak suka karena hal itu.
"Udah ah, aku buru-buru. Aku ke sini mau minta izin sama kamu. Aku mau ke kampus."
"Kampus?"
"Iya, kampus. Aku mau menemui dosen pembimbing akademik aku. Beliau memanggilku untuk bertemu."
Ojan segera merangkul lengan Andah. "Ojan mau ikut."
Andah membesarkan mata melihat penampilan pria itu yang amburadul. Apalagi Ojan basah dari atas hingga bawah. Andah merasa sedikit malu membawa Ojan ke kampusnya.
"Aku sebentar kok. Palingan nanti siang aku udah balik." tolak Andah secara tidak langsung.
"Andah, Ojan mau ikut. Ojan mau ikut! Ojan mau ikut!" Pria itu merengek memegang lengan Andah.
Andah menepuk keningnya. "Tapi kamu kan lagi kerja. Katanya mau cari uang yang banyak buat aku?"
"Cari uangnya nanti aja. Pokoknya Ojan mau ikut!"
*
*
*
Andah terpaksa membawa Ojan ke pasar yang tidak jauh dari sana. Dia membelikan Ojan kemeja dan celana panjang murah. Namun, entah kenapa hasilnya bagai pakaian mahal saat melekat di tubuh Ojan?
...
...
...
...
"Ojan, nanti kita ke agensi model aja yuk? Sepertinya kamu bisa jadi model."
Ojan menggelengkan kepala cepat. "Ojan cuma mau jadi suami Andah."
Ojan mendekat berbisik tepat di telinga Ojan. "Aku mau cium-ciuman kayak tadi malam lagi sama Andah. Jadi suami Andah aja udah cukup buat Ojan."
Muka Andah seketika menjadi merah padam, merasa malu mendengar ucapan suaminya itu. Entah kenapa angannya malah membayangkan lebih dari itu? Namun, Ojan belum memahami hal tersebut membuat Andah merasa menyesal sendiri menjadi istri berotak mesum.
...
...
Setelah itu, Andah merangkul lengan sang suami. "Ayo ke kampusku! Udah mepet banget ni. Nggak enak kalau telat."
Andah mengajak Ojan naik busway yang nantinya langsung berhenti di depan kampusnya. Setelah itu Andah menggenggam tangan Ojan berjalan menuju fakultas teknik, tempat ia berkuliah.
...
...
Setelah memasuk gerbang fakultas, Andah melepas genggamannya membuat Ojan meronta ingin menggenggam tangan Andah kembali.
"Ini kampus, Ojan. Malu kalau kayak gitu. Nanti dimarahi dosen aku." ucapnya.
"Masa pegangan aja kena marah dosen? Apakah dosen itu orang yang kejam ya?"
Andah menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Wajahnya terlihat kikuk mencoba memikirkan alasan yang lain.
"Iya, di sini kan area orang belajar. Tidak boleh aneh-aneh, nanti kena marah kayak tadi malam lagi lho?"
Ojan teringat dimarahi Bang Amin tadi malam, dengan cepat dia melepas dan menjaga jarak dengan Andah.
Reaksi berlebihan dari Ojan ini, malah membuat Andah kebingungan. Andah mengajak Ojan segera menuju kampusnya. Namun, perjalanan terasa sedikit heboh karena Ojan terus berjalan bersidekap dada teris menjauh melangkah sesuka hatinya.
"Hei, bukan ke situ?" ucap Andah setengah berteriak.
"Hah? Ada penari erotis muncul di sini!"
Semua mata langsung menuju pada Andah yang masih riweh dengan kelakuan Ojan.
takut lo brkl bpkmu smpe dipecat???