"Hidup aja, ikutin kemana arus bawa lo. Teruskan aja, sampe capek sama semua dan tiba-tiba lo bangun dirumah mewah. Ucap gue yang waktu itu ga tau kalo gue bakalan bener-bener bangun dirumah mewah yang ngerubah semua alur hidup gue "- Lilac
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Razella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bloom Bloom
Dengan langkah gontai Lilac berjalan menuruni tangga rumah yang saat ini masih sepi. Mungkin para pekerja sekarang juga masih sibuk membersihkan bagian lain dari rumah itu. Kenapa begitu? Karena, biasanya Lilac akan bangun sekitar jam delapan pagi, dan saat ia bangun semua pekerjaan rumah sudah selesai mereka kerjakan. Namun kini yang menyambutnya diruang makan hanya Rama dan Raja.
"Nona sarapan dulu aja. Abis ini berangkat kerjanya bareng saya. Atau mau sama Rama aja?"
Raja yang sedang duduk santai sambil mengemil roti bertanya saat Lilac baru mendudukkan pantatnya dikursi makan.
"Saya sendiri aja boleh ngga? Saya ngga nyaman kalau kalian anter ke kantor."
"Ngga papa, nona. Kalo nona ngga mau sama saya juga bisa si Rama aja."
"Bukan itu masalahnya. Saya ngga mau nanti kalian pas sampe kantor jadi pusat perhatian. Nanti malah kalian yang juga yang ribet."
"Alah ngga papa, nona. Si Raja emang doyan ama yang begitu. Tapi nanti kalo nona ngerasa ngga nyaman, kita coba dulu trial buat beberapa hari, gimana? Hari ini biar Raja dulu yang nganter, tiga hari atau empat hari baru abis itu sama saya berangkatnya kalo sama Raja ngga enak."
"Yaudah lah. Saya sama Raja aja. Ngga papa kan saya sama kamu?"
"Ngga papa, non. Oh iya, ini nona bisa ngga ngobrolnya kek biasa aja gitu. santai aja ngomongnya. Saya malah ngerasa banget perbedaan umurnya kalo ngomong saya-kamu begini." Ucap Raja sambil menatap Lilac tepat dimata.
"Saya ngga terbiasa. Kita belum terlalu kenal, jadi saya kurang nyaman."
Prang...!!!
Suara piring besi yang dijatuhkan Rama membuat keduanya langsung menoleh dengan wajah kaget.
"Kamu kenapa Rama?" Tanya Lilac sambil langsung menghampiri Rama dan membantunya untuk membereskan kekacauan kecil itu.
"Nona bilang apa tadi? Kita BELUM TERLALU KENAL???? Setelah apa yang hampir dua minggu ini kita jalanin bareng? Terus apa tadi? Nona KURANG NYAMAN ngobrol sama kita?" Ucapnya dengan wajah tak percaya. Seakan kalimat Lilac barusan benar-benar menyakiti perasaanya. Bocah itu kemudian menggelengkan kepalanya pelan, seakan tak habis pikir.
"Ngga gitu Rama. Kita juga punya perbedaan umur yang cukup jauh. Saya ngga mau kalau nanti kalian malah jadi semena-mena sama saya. Terlepas dari panggilan kalian ke saya, saya masih jauh lebih tua beberapa tahun dari kalian. Saya ngga bermaksut bikin kalian kecewa sama kata-kata saya.'' Jawab Lilac dengan tegas. Ia benar hanya tak mau jika nanti kedua bocah itu malah berlaku tidak sopan.
"Saya ngga akan kayak gitu, non. Kemarin aja pas makan sama nona berasa enak juga pas ngobrol ama itu ibu-ibu. Saya jadi mikir-mikir lagi juga kalo mau bersikap ngga sopan ke mereka."
"Bener kata Rama, non. Abis ini janji deh kita bakal jaga ucapan juga." Raja langsung menimpali saat rasanya dia juga sedikit kecewa dengan kalimat yang si nona ucapkan. Lilac yang mendengarnya hanya bisa menghela napas.
"Manis..." Bu Aini datang sambil menjinjing sebuah tas berwarna biru tua. Wanita tua itu berjalan mendekati Lilac dan memberikan tas yang ia bawa pada yang lebih muda. Dengan hati berbunga, Lilac menerima tas tersebut untuk ia bawa.
"Ini ibu bikin buat Lala. Maaf ya nak, ini ibu baru belajar bikin bekal, jadi kalo ngga enak nanti kasi tau ibu ya?"
Lilac menganggukkan semangat dengan senyum terukir dibibirnya.
"Buat Raja sama Rama mana? Ibu ngga bikin?"
"Kamu kan lebih sering jajan dikantin kampusmu itu. Kamu aja kalo kesini sering bawa jajanan dari sana. Udah ayo berangkat, nanti kesiangan ke sananya."
"Ibu pilih kasih. Ke nona aja dikasi bekal, Raja sama Rama malah ngga dikasi." Raja menghentakkan kakinya karna kesal.
"Udahlah, Ja. Ayo berangkat sekarang aja ah."
Rama segera menyeret teman sehidup sematinya itu untuk segera masuk kedalam mobil. Tanpa mereka sadari kalau Lilac saat ini sudah tersungut-sungut ingin meninju keduanya.
"Kalian ngga bilang kalo bakal pake mobil." Wanita itu mendesis geram saat melihat sebuah mobil Fortuner putih terparkir rapi dihalaman luas rumah itu.
"Lah nona mintanya pake apa? Odong-odong? Yang ada kalo pake odong-odong ban nya copot duluan pas belom sampe rumah."
"Tapi kenapa harus pake mobil? Kenapa ngga pake motor aja? Sini biar saya aja yang nyetir motor sendiri. Saya ngga mau pake mobil itu." Lilac mendahkan tangan untuk meminta kunci motor. Namun kedua bocah itu malah saling tatap dan bingung mau melakukan apa.
"Nona, tapi disini ngga ada motor. Apa nona mau kita pake jeep aja? Digudang ada kok kayaknya."
Mendengar jawaban Rama, Lilac rasanya ingin menghancurkan seluruh alam semesta. Tanpa kata wanita itu langsung masuk kedalam mobil. Raja dan Rama yang tadinya terlihat bingung kini memilih untuk ikut masuk kedalam mobil. Perjalanan mereka cukup panjang, jadi lebih baik jangan mengulur waktu.
Akhirnya, ketiga muda-mudi itu langsung tancap gas untuk mengantarkan Lilac terlebih dahulu ketempat kerja sang nona. Selama perjalanan, tak ada satupun yang berbicara atau sekedar membuka obrolan. Bahkan Raja dan Rama pun hanya bisa diam saat sadar kalau mood si nona sedang kurang baik untuk diajak bercanda.
"Kalian nanti anterinnya sampe alun-alun kota aja. Saya yakin kalian juga udah tau tempat kerja saya."
"Iya, nona. Nona kalo mau tidur, ngga papa tidur aja dulu. Ini mungkin kita sampe kota masih setengah jam lagi."
Lilac hanya menanggapi ucapan Rama dengan deheman. Lilac yakin, kedua bocah itu pasti meresa sungkan untuk mengajaknya mengobrol. Pun dengan Lilac yang sedang mencoba untuk menenangkan diri. Menenangkan diri untuk menghadapi teman kantornya yang mungkin akan bertanya-tanya kemana ia selama seminggu ini. Tapi biarlah. Ia juga tak peduli bagaimana tanggapan mereka nanti. Yang saat ini ia inginkan hanya cepat kembali kerumah. Ah, rumah. Rumah itu ternyata bisa membuat Lilac merasa pulang dengan perasaan nyaman ketika berada didalamnya.
Selama perjalanan, wanita itu hanya memandangi pohon-pohon dan hutan yang cukup banyak. Pantas saja selama dirumah, ia tak pernah mendengar suara penduduk lain yang ia pikir berada disekitar rumah. Begitu pun dengan tanah sekitar rumah yang subur dan mudah ditanami apa saja. Rupanya mereka memang benar-benar tinggal didaerah terpencil.
Hingga tak terasa setengah jam kemudian mereka benar-benar sampai di alun-alun kota. Lilac sudah siap-siap untuk turun dari mobil, namun suara Rama mencegahnya.
"Nona, nanti pulang kerja bakal ada orang yang nunggu nona disini. Pas disini. Jadi nanti nona tolong pulang kerumah ya?" Bocah itu menatap Lilac dengan binar penuh mohon. Sepertinya ia bersungguh-sungguh meminta Lilac untuk pulang.
"Iya, saya bakal pulang kerumah."
"Oh iya, nona. Hp nona udah ada di tas bekal itu. Maaf selama seminggu ini kami ngga ngasi Hp nona. Kami cuma ngga mau nona ngga tenang karna hp itu."
Mendengar ucapan keduanya, Lilac terdiam sejenak. Lalu menganggukkan kepala saat merasa semua pesan yang disampaikan keduanya sudah cukup. Maka dengan itu, Lilac kelaur dari mobil untuk melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki menuju kantor. Dan ia harus pulang, pulang kerumah itu.