Ditindas dan dibully, itu tak berlaku untuk Cinderella satu ini. Namanya Lisa. Tinggal bersama ibu dan saudara tirinya, tak membuat Lisa menjadi lemah dan penakut. Berbanding terbalik dengan kisah hidup Cinderella di masa lalu, dia menjelma menjadi gadis bar-bar dan tak pernah takut melawan ketidakadilan yang dilakukan oleh keluarga tirinya.
***
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anim_Goh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Yang Tua Lebih Matang
"Uweekkk!"
Raut wajah Kinara terlihat tidak senang sekali saat Lisa mengeluarkan suara seperti ingin muntah. Saat ini mereka sedang berada di meja makan, bisa-bisanya gadis ini bersikap kurang ajar. Lancang.
"Kau kenapa?" tanya Lionel sambil menatap seksama ke arah Lisa. "Perutmu mual ya?"
"I-iya, Tuan. Maaf ya," sahut Lisa seraya menundukkan kepala. Betapa tidak sopan sikapnya barusan. Gara-gara teringat dengan pisang goreng sialan itu, perutnya jadi kembali bergejolak. Untung saja tidak langsung muntah. Huh.
"Tidak perlu minta maaf. Aku .... "
"Hei, yang duduk di sini bukan hanya kalian berdua saja ya. Ada aku juga!" Kinara jengkel sekali keberadaannya diabaikan. Sambil melirik sinis ke arah Lisa, dia menegur sikapnya yang sangat tidak sopan. "Walau pun tidak bersekolah tinggi, kau harusnya tahu cara menjaga sikap saat berada di meja makan. Kau pikir aku tidak merasa jijik melihatmu mual seperti itu? Lekas pergi ke kamar mandi agar orang lain bisa tetap merasa nyaman. Tahu?!"
"Bu,"
Lionel menghela napas. Dia tak menyalahkan teguran ibunya, tapi dia yakin Lisa tak sengaja melakukan. Sangat jelas terlihat kalau gadis ini merasa tidak nyaman dengan sikapnya.
"Kau ini kenapa sih, Leon. Lisa hanya seorang pelayan, kenapa kau begitu membelanya?"
"Ini bukan tentang dia yang seorang pelayan, Bu. Tapi ini berhubungan dengan rasa kemanusiaan. Tolong jangan selalu menilai orang dari kastanya saja," sahut Lionel terang-terangan membela Lisa. Dia merasa tak senang saat ibunya menyebut Lisa sebagai pelayan meski fakta tersebut benar adanya. "Aku yakin Lisa pasti punya alasan kenapa bersikap seperti ini. Bersabarlah. Kita bisa menunggunya menjelaskan."
"Halah, mana ada .... "
"Nyonya, aku minta maaf ya karena sudah membuat Nyonya dan Tuan merasa tidak nyaman. Perutku memang lapar, tapi barusan aku teringat dengan sesuatu yang sangat menjijikan. Makanya aku tiba-tiba mual," ucap Lisa sadar diri untuk segera meminta maaf.
"Sesuatu yang menjijikkan?"
Kinara dan Lionel merasa penasaran. Tak banyak bicara, mereka menunggu Lisa menjelaskan arti dari perkataannya.
"Tadi siang saat aku mencoba menghilangkan jejak dari CCTV, aku hampir saja tertangkap basah oleh Tuan Richard. Beruntungnya aku masih sempat bersembunyi, tapi salah memasuki tempat. Karena terlalu panik, aku tidak membaca tulisan yang tertera di pintu kamar mandi. Dan ... dan .... "
"Dan?"
"Dan aku ... aku terjebak di dalam kamar mandi tersebut bersama seonggok pisang goreng yang lembek dan juga bau. Aku bahkan hampir saja mati kalau pak satpam tak segera membawaku keluar dari sana."
Hening. Tak ada respon apapun setelah Lisa selesai bercerita. Kejengkelan yang tadi menyelimuti hati Kinara, mendadak musnah setelah mendengar cerita barusan. Heran. Sejak kapan di dalam kamar mandi ada pisang goreng? Lembek pula. Apa Lisa sedang melantur?
"Pisang goreng apa yang sedang kau bicarakan, Lis? Dan sejak kapan pisang goreng bisa bau?" tanya Kinara penasaran.
"Astaga, jadi Nyonya tidak tahu apa yang ku bicarakan?" Lisa menganga tak percaya. Haruskah dia mengatakan dengan gamblang mengenai pisang goreng sialan itu? Oh tidak, itu terlalu menjijikkan.
"Kau mengatakan sesuatu yang tidak bisa kami pahami, Lisa. Jadi bisakah kau menjelaskannya?" Lembut sekali Lionel bicara.
"Tapi Tuan, itu sangat mengerikan."
"Tidak apa. Aku dan Ibu akan mendengarkannya dengan tenang. Bicaralah,"
Karena terus dipaksa, mau tidak mau Lisa akhirnya menceritakan kejadian sebenarnya. Mulai dari dia yang hampir ketahuan bersembunyi di dapur, sampai kisah tragis di mana dia terjebak bersama sesuatu yang ... iyuhhh, menjijikkan. Tak ayal, cerita tersebut membuat kedua tuan rumah menahan diri agar tidak muntah. Namun, setelah beberapa saat Nyonya Kinara akhirnya lari terbirit-birit menuju wastafel dan muntah di sana. Sedangkan Tuan Lionel, pria itu hanya diam tak bereaksi.
"Tuan, kau tidak ingin muntah juga?" tanya Lisa merasa sangat bersalah sekali.
"Mengapa kau begitu menghindari Richard?" Lionel balik bertanya. Dia menunggu ibunya kembali duduk sebelum melanjutkan pertanyaan. "Lisa, sebaiknya kau jujur saja pada kami. Siapa tahu kami bisa membantu jika seandainya kau berada di pihak yang benar."
"Itu benar. Entah kalian bersekongkol atau kau mengetahui sesuatu yang berhubungan dengan kami, kami berhak mengetahui penyebab kau begitu takut pada Richard. Tidak mungkin ada asap jika tak ada api!" timpal Kinara ikut mendesak Lisa agar bicara.
"Tuan, Nyonya, Tuan Richard itu sebenarnya orang baik. Saat aku kabur dari rumah dalam keadaan demam tinggi, dia dengan sukarela menampungku di rumahnya dan memanggilkan dokter untuk mengobati. Akan tetapi aku menemukan ada yang janggal dibalik sikap baiknya tersebut. Dia seperti sengaja menahanku agar tidak bisa pergi dari sana," ucap Lisa tak menutupi apa yang dia ketahui. Rasa lapar yang awalnya begitu kuat, mendadak hilang tak berbekas. Kini hanya tersisa pembicaraan serius saat mereka membahas tentang Tuan Richard. "Tentang sayembara itu, aku tak sengaja mengetahuinya dari gumaman Tuan Richard. Karena ku pikir sayembara ini bisa membawa perubahan di hidupku, aku tertarik untuk mendaftar. Kemudian aku berniat meminjam ponselnya, tapi tak diijinkan. Katanya itu hanya penipuan."
"Penipuan?" Lionel mengerutkan kening. "Kami bahkan membahas sayembara itu bersama-sama. Mengapa Richard menyebutnya sebagai penipuan? Aneh."
"Itu dia yang membuatku mengambil keputusan untuk kabur, Tuan. Sikap Tuan Richard juga berubah-ubah. Kadang baik, kadang juga kasar. Aku takut,"
"Jangan takut. Kau aman di rumahku. Jika memang dia mempunyai niat jahat, aku tidak akan membiarkannya bisa menyentuhmu. Kau aman di sini."
Entah sadar atau tidak, saat bicara seperti itu Lionel meraih tangan Lisa dan menggenggamnya dengan erat. Anggaplah dia gila karena bersikap berlebihan pada seorang gadis yang adalah pelayan di rumahnya. Namun, desakan hati tak bisa ditahan. Dorongan untuk menjaga dan menyayangi gadis ini begitu kuat mendera. Lionel sendiri tak mengerti kenapa bisa begini. Yang jelas ini membuatnya nyaman.
(Kenapa Tuan Lionel jadi suka sekali ya memegang tanganku? Dia ini sedang kasihan atau sedang menggodaku? Tapi tidak ada ruginya juga sih digoda oleh laki-laki mapan seperti dia. Di dalam dongeng saja Cinderella menikah dengan pangeran yang beda usia dengannya. Berarti aku juga boleh dong)
"Perhatian ya perhatian, Leon. Tapi tidak begini juga caranya. Kita masih berada di ruang makan. Tolong kendalikan dirimu!" tegur Kinara sudah tak bisa berkata-kata lagi. Sepertinya Lionel benar-benar telah dibutakan oleh cintanya terhadap Lisa. Dia bisa apa.
"Maafkan aku, Ibu. Aku reflek melakukannya," sahut Lionel santai. Dia kemudian tersenyum saat Lisa menatapnya lekat. "Jangan berpikir macam-macam tentangku. Aku sama sekali tak ada niat buruk padamu."
"Aku tidak berpikir macam-macam kok. Senang malah,"
"Senang?"
"Ya. Gadis mana yang tidak senang jika mendapat perhatian dari pria tampan? Walau pun kau sudah tua, tapi pikiranku cukup logis untuk menilai kalau yang tua biasanya lebih matang dalam berpikir dan finansial. Benar begitu, Nyonya?"
Rasanya Kinara seperti menelan batu mendengar perkataan Lisa. Kalau begini ceritanya sih gayung bersambut namanya.
(Haruskah keluarga Bellin menikahkan pewaris tunggalnya dengan seorang gadis pelayan? Ya Tuhan, ini bencana. Tetapi Lionel terlihat begitu bahagia saat sedang bersama Lisa. Jadi dilema apakah harus memisahkan mereka atau tidak. Hmmm)
***
Apa kau adalah saudara tirinya Lionel?
lisa adalah definisi pasrah yang sebenernya. udah gk takut mati lagi gara2 idup sengsara