NovelToon NovelToon
The Worst Villain

The Worst Villain

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Balas Dendam / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:24.1k
Nilai: 5
Nama Author: @hartati_tati

Fany, seorang wanita cantik dan anggota mafia ternama, tergeletak sekarat dengan pisau menancap di jantungnya, dipegang oleh tunangannya, Deric.

"Kenapa, Deric?" bisik Fany, menatap dingin pada tunangannya yang mengkhianatinya.

"Maaf, Fany. Ini hanya bisnis," jawab Deric datar.

Ini adalah kehidupan ketujuhnya, dan sekali lagi, Fany mati karena pengkhianatan. Ia selalu ingat setiap kehidupannya: sahabat di kehidupan pertama, keluarga di kedua, kekasih di ketiga, suami di keempat, rekan kerja di kelima, keluarga angkat di keenam, dan kini tunangannya.

Saat kesadarannya memudar, Fany merasakan takdir mempermainkannya. Namun, ia terbangun kembali di kehidupannya yang pertama, kali ini dengan tekad baru.

"Aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitiku lagi," gumam Fany di depan cermin. "Kali ini, aku hanya percaya pada diriku sendiri."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @hartati_tati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29

Di dalam sebuah ruangan yang minim cahaya, lima orang berkumpul dalam suasana yang tegang namun terkontrol. Beberapa di antara mereka meminum wine dengan tenang, menikmati rasa dan aroma anggur sambil mempertimbangkan langkah-langkah berikutnya. Cahaya lilin yang redup memberikan bayangan aneh di wajah mereka, menciptakan suasana yang penuh dengan rahasia.

"Apakah gadis itu benar-benar bisa menjebak Fany?" tanya seorang pria dengan suara rendah namun tajam, mengalihkan pandangannya dari gelas wine ke wajah-wajah di sekitarnya.

"Seharusnya begitu," jawab seorang wanita dengan nada dingin, jari-jarinya bermain-main dengan kaki gelas wine. "Tapi kita perlu bukti lebih lanjut. Tindakannya kemarin seharusnya cukup untuk menimbulkan kecurigaan."

"Namun, jika dia gagal, kita harus segera merencanakan langkah berikutnya," lanjut pria yang lain, suaranya tenang namun penuh ketegasan. "Kita tidak bisa mengambil risiko lebih besar lagi."

"Apakah sudah ada laporan dari dalam sekolah?" tanya seseorang dari sudut ruangan yang paling gelap, suaranya hampir tidak terdengar di tengah suasana yang sunyi.

"Belum ada kabar terbaru," jawab yang pertama. "Tapi kita akan terus memantau situasinya. Fany harus diisolasi dan dijebak, atau rencana kita akan sia-sia."

Mereka semua mengangguk setuju, menikmati wine mereka dengan tenang, namun dalam benak mereka, strategi-strategi baru sedang dirancang. Mereka tahu bahwa kesalahan sekecil apapun bisa membahayakan tujuan mereka, dan waktu terus berjalan.

Seorang gadis yang seumuran dengan Fany, dengan rambut hitam legam dan mata yang tajam, berdiri dari kursinya. Anggota-anggota lainnya dalam ruangan menoleh, menatapnya dengan rasa hormat dan sedikit ketakutan. Gadis itu mengangkat gelas wine-nya, membiarkan cairan merah berputar-putar di dalamnya sebelum akhirnya berbicara dengan nada tegas.

"Kita tidak boleh gagal lagi," katanya, suaranya tegas dan penuh determinasi. "Aku harus segera menggantikan posisi Fany. Sudah terlalu banyak waktu dan sumber daya yang kita habiskan untuk ini."

Dia meletakkan gelasnya di meja dengan suara yang keras, menambahkan bobot pada kata-katanya. "Kita sudah gagal membunuhnya, dan sekarang kita harus memastikan rencana kita berhasil. Keluarga Hawthorne tidak boleh mengetahui siapa sebenarnya aku sebelum waktunya tiba."

Seseorang dari sudut ruangan yang paling gelap mendesah pelan. "Apa yang kau rencanakan sekarang?" tanya suara rendah itu, terdengar penuh kekhawatiran dan rasa ingin tahu.

Gadis itu menatapnya tajam. "Kita akan meningkatkan tekanan. Jika perlu, kita akan menggunakan cara yang lebih drastis. Yang penting, aku harus masuk ke dalam keluarga Hawthorne tanpa ada kecurigaan lagi."

Anggota-anggota lainnya saling pandang, merasakan betapa gentingnya situasi ini. Mereka tahu bahwa mereka tidak bisa lagi membuat kesalahan. Gadis itu melanjutkan dengan suara penuh keyakinan, "Kita sudah terlalu jauh untuk mundur. Fany harus jatuh, dan aku akan mengambil tempatnya. Tidak ada pilihan lain."

Dengan keputusan yang telah diambil, mereka kembali merencanakan langkah-langkah berikutnya dengan hati-hati. Gadis itu, yang berdiri di antara mereka, menjadi simbol harapan sekaligus ancaman, menyadarkan mereka semua bahwa permainan ini jauh dari selesai. Dalam ruangan yang minim cahaya itu, mereka bersiap untuk langkah berikutnya, mengetahui bahwa kegagalan bukanlah sebuah pilihan.

****

Fany kembali ke mansion dengan perasaan yang kacau, pikirannya penuh dengan berbagai pertanyaan dan keraguan. Saat dia melangkah masuk ke dalam rumah yang megah, suasana tenang di mansion seolah kontras dengan kekacauan yang dirasakannya. Fany berjalan dengan langkah lemah menuju kamarnya, berharap bisa menemukan sedikit ketenangan di sana.

Namun, sebelum mencapai pintu kamarnya, Fany dihampiri oleh Dominic, kakaknya. Dominic terlihat khawatir, raut wajahnya mencerminkan keprihatinan yang mendalam. "Fany, apa yang terjadi di sekolah? Aku dengar tentang kejadian itu. Aku yakin kamu sama sekali tidak terlibat dalam bunuh diri itu," katanya, suaranya penuh dengan keyakinan dan rasa peduli.

Fany menatap kakaknya dengan mata yang penuh dengan kelelahan. Ekspresi malas terlihat jelas di wajahnya. "Kak Dominic, aku tidak ingin diganggu saat ini. Aku hanya ingin sendiri," jawabnya dengan suara datar, berusaha menahan emosi yang bercampur aduk di dalam dirinya.

Dominic mengangguk pelan, mencoba memahami perasaan adiknya. "Baiklah, Fany. Jika kamu butuh sesuatu, aku ada di sini," katanya dengan lembut sebelum melangkah mundur, memberi ruang bagi Fany untuk melanjutkan perjalanannya ke kamar.

Fany membuka pintu kamarnya dan masuk ke dalam, menutup pintu di belakangnya dengan perlahan. Dia menatap sekeliling kamar, mencari ketenangan yang begitu dia dambakan. Fany duduk di tepi tempat tidurnya, mengambil napas dalam-dalam, berusaha meredakan kekacauan yang ada di dalam pikirannya. Hari yang panjang dan penuh tekanan ini belum berakhir, namun di dalam kamarnya, Fany berharap bisa menemukan sedikit kedamaian.

Fany berjalan menuju tempat tidurnya dan menjatuhkan tubuhnya di atas kasur yang empuk. Sejenak, ia memejamkan mata, mencoba meredakan ketegangan yang menekan dirinya sejak pagi. Namun, ketenangan itu hanya berlangsung sesaat. Dengan tekad yang semakin kuat, Fany bangun dan melangkah menuju meja belajarnya.

"Mereka bermain dengan orang yang salah," gumamnya pelan, suaranya penuh dengan tekad dan kemarahan terpendam.

Fany membuka laptopnya dan layar segera menyala. Jari-jarinya mulai bergerak lincah di atas keyboard, mengetikkan perintah demi perintah dengan kecepatan dan ketelitian yang luar biasa. Tampilan layar berubah-ubah dengan cepat saat Fany menavigasi sistem keamanan sekolah, melewati lapisan-lapisan perlindungan digital yang telah dipasang untuk mencegah akses tidak sah.

Matanya fokus pada layar, mencari celah dalam sistem yang bisa dimanfaatkan. Fany menemukan titik lemah dalam sistem enkripsi dan mulai mengeksploitasi celah itu. Dengan cekatan, ia menyalin data dari server utama sekolah dan membuka file rekaman CCTV yang ditunjukkan oleh polisi sebelumnya.

Jarinya menari di atas keyboard, memeriksa data metadata dan timestamp dari rekaman tersebut, memastikan bahwa rekaman itu belum dimanipulasi. Setelah yakin dengan keaslian data, Fany mengunduh rekaman itu ke dalam laptopnya, menyimpannya di lokasi aman yang hanya bisa diakses olehnya.

Rekaman selesai diunduh, Fany mematikan sistem dan menutup laptopnya. Senyum tipis muncul di wajahnya, senyum yang mencerminkan kemenangan kecil atas mereka yang mencoba menjebaknya. Fany tahu, ini baru permulaan. Dengan rekaman CCTV itu, ia memiliki kunci untuk membuktikan ketidakbersalahannya dan mengungkap siapa yang sebenarnya berada di balik kejadian tragis di sekolah.

Elana meregangkan ototnya dengan perlahan dan berjalan menuju tempat tidurnya. Matanya mulai terasa berat karena rasa mengantuk yang datang begitu cepat, akhirnya Elana pun tertidur dengan tenang.

"Aku akan membuktikan jika aku tidak bersalah, orang yang bermain-main denganku akan berakhir buruk," batin Elana dengan nada yang kesal sebelum akhirnya dia benar-benar terlelap dalam tidurnya.

1
Bintang Juing
Luar biasa
R yuyun Saribanon
sampai bab ini..thor kamu melupakan peristiwa penembakan terhadap fanny..siapa yg menembakan n motifnya..jangan putus mata rantainya thor
@ImIm: Bukan dilupakan tapi belum dibahas.
total 1 replies
R yuyun Saribanon
siapa yg melakukan penyerangan?
R yuyun Saribanon
bingung saya..keluarga mengamati dari jauh tapi fani makan dari tong sampah dan beberapa kali mengalami penyerangan..
Sofi Sofiah
yah kalo gini bisa mati penasaran aku....tabung baca adeh untuk brfa hari klo gni ...gak bisa aku baca terlalu sdikit Thor soal nya ceritamu terlalu bagus untuk ku ..dan aku sangat suka cerita seperti ni....
Padriyah Balqis
masih penasaran lagi ...Thor lanjut lagi
R yuyun Saribanon
ortunya akan jemput fanny setelah jd mayat
Sofi Sofiah
apakah orang yg mmbuat tuduhan palsu itusangat bodoh sehingga Fany yang menjadi sasaran....mau hilang kali ya nywa nya
R yuyun Saribanon
nah ini baru keren
Uswatun hasanah
ayo Fany peranmu kunanti temukan pekaku dan permalukan.. ada yang mau bermain denganmu ternyata... 😒
Uswatun hasanah
apakah ada yang bundir.. ngeri.(moga nggak /baperan).. 🤨
Sofi Sofiah
cerita nya keren...aku maraton baca dari awal tpi rasanya masi kurang
Zeendy Londok
lanjut thor
Uswatun hasanah
masih jadi teka teki ni..
Uswatun hasanah
iri dengki akan menghancurkan dirinya sendiri.. 😌
Uswatun hasanah
wow.. hebat .. suka mengintimidasi ternyata Fany.. gak bakal dibully... 😅
Uswatun hasanah
kehidupan Fany yang sesungguhnya dimulai... nunggu part selanjutnya...
Leha
keren
Leha
Buruk
Uswatun hasanah
ok.. ditunggu partai selanjutnya.. pertemuan... 😉
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!