Sebuah obsesi gila menghampiri gadis bernama LA KAYYA MADELINE yang di incar oleh seorang pria bernama THEINE JAZZ DA VENNA seorang yang di bicarakan memiliki penyimpanan sexual karena tidak pernah terlihat berkencan dengan wanita manapun.
Theine yang datang dan memaksa nya untuk tinggal bersama membuat nya memberontak dan membenci pria itu.
Hingga pada sebuah kesempatan ia mengetahui pria itu lebih jauh dan memberikannya fakta yang memporak-porandakan hatinya.
"Aku menunggu mu selama 10 tahun Kayya."
"Jika ada manusia yang ku puja, maka hanya dirimu. Kayya."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aydiary, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. The drama 01.
Keadaan di kamar dengan nuansa gelap yang elegant nampak panas. Sepasang suami istri itu nampak terengah-engah dengan deruan nafas yang sama sama panas. Keduanya enggan berhenti meskipun sudah lewat tengah malam. Sang pria yang masih berada di atas mengukung tubuh istrinya pun tidak menunjukan tanda-tanda akan berhenti.
Tangan kecil sang istri mengusap rahang tegas suaminya. Bibirnya terkekeh kecil karena penampilan berantakan sang suami yang justru membuatnya tergoda. Efek obat perangsang ini jelas masih ada. Rosa nampaknya benar benar memberikan dosis tingkat tinggi dan berharap bahwa ia bisa berada di bawah kungkungan suaminya kini.
Theine mengecupi tangan istrinya, tangan pria itu tidak tinggal diam. Meremas bagian atas tubuh istrinya yang sudah memerah dan lecet.
"Kakhhh..." Kayya melenguh kecil ketika merasa bahwa suaminya kembali turn on.
"Ughh...NGHHH!"
Tempo yang pelan itu berubah menjadi cepat, Kayya bahkan kembali terhentak hentak dengan tidak beraturan. Tangannya ia bawa untuk berpegangan pada bisep suaminya. Bibirnya kembali mendesah menikmati keadaan yang menggila ini.
Theine memandang wajah erotis istrinya, menikmati pemandangan yang jarang terjadi ini dengan baik. Ia memandang ke arah penyatuan mereka berdua, nampak panas dan sudah penuh karena keduanya bermain cukup lama.
Dengan gerakan yang cepat dan teratur ia memeluk istrinya, menyembunyikan wajahnya di leher istrinya. Sepertinya Theine akan segera keluar, ia mempercepat tempo dan hentakkan nya semakin dalam.
Kayya pusing akan semua stimulasi ini, semua titik sensitif benar benar dimainkan. Dan saat dirinya keluar terlebih dahulu, mencoba menikmati sisa sisa pelepasannya namun suaminya tidak berhenti. Justru menggila membuat Kayya semakin sensitif.
"Nghh s-sensitif plishh"
Kayya menggeleng tidak kuat, efek obat perangsang itu sepertinya sudah berhenti namun tidak dengan permainan panas mereka. Kayya mencoba mencari pelampiasan dengan mengigit leher suaminya. Disana sudah terdapat banyak tanda karena Kayya yang sudah lebih dulu memulai permainan ini.
Dan ketika di hentakan ketiga Theine kembali menyemburkan benihnya, memasuki bagian terdalam istrinya hingga perut istrinya itu membuncit.
"U-udah?" Suara serak milik Kayya yang hampir tidak terdengar itu berhasil menyadarkan Theine.
Theine menenggelamkan wajahnya di leher istrinya, kembali memberi tanda membuat Kayya mendesis kecil. Deruan nafas pun terasa panas dan menggelitik memancing alam bawah sadar Kayya untuk kembali on.
Namun, Theine memilih berhenti karena istrinya membutuhkan istirahat. Meskipun sebagian dari dirinya menolak keras, Theine dengan pendiriannya yang kuat berhasil menghalangi nafsu bejatnya.
Ia membaringkan tubuhnya ke samping, membawa Kayya kedalam pelukannya dengan erat. Istri kecilnya nampak merespon dengan mencari kenyamanan dalam dekapan suaminya. Setelahnya tangan yang terbebas Theine gunakan untuk mengelus punggung istrinya dan tak lama setelahnya terdengar dengkuran halus yang menandakan istrinya sudah menuju alam mimpi.
Seulas senyum tersampir pada bibir tipis Theine. Ia kemudian menyelimuti istrinya, memberikan kecupan kasih sayang pada dahi istrinya lalu memasuki ruang kerjanya.
Theine mendapatkan pesan dari orang tuanya untuk menelpon mereka apabila ia sudah selesai. Dan kini di ruangan kerja dengan nuansa elegan itu Theine menelpon orang tuanya, tidak butuh waktu lama hingga panggilan itu terjawab.
"Halo nak?"
"Ada hal mendesak apa mah?" Tanya Theine.
"Mamah tidak ingin basa basi, kau mendengarkan perintah kami kan, Theine?"
Theine terdiam, ia jelas tahu apa maksud mamahnya. Namun, jiwanya masih menolak atas apa yang kedua orang tuanya perintahkan. Theine hanya perlu waktu, hingga ia benar benar kembali dan tidak perlu lagi berada dalam kendali orang tuanya.
"Theine?"
"Mah, kali ini biarkan Theine mem–"
"Tidak!"
"Mamah katakan tidak maka tidak! Jangan coba coba untuk membantah mamah dan hentikan khayalan bodoh mu itu."
Tut.
Panggilan terputus, Theine meletakan handphone miliknya dengan lesu. Ia memejamkan matanya perlahan, menghalau air mata yang akan keluar. Ia meremat dadanya yang terasa sesak, ternyata ia masih belum tahap sembuh. Ia masih terlalu jauh menghindari kegelapan yang orangtuanya ciptakan.
Dengan perasaan yang berantakan dan batin yang letih, Theine keluar menuju kamarnya kembali. Ia membutuhkan Kayya, Theine membutuhkan istrinya untuk ia peluk dan menghirup aroma ketenangan yang selama ini berhasil memberinya harapan.
Dan ketika ia membuka pintu kamarnya, ia di kejutkan dengan kehadiran seseorang yang berkontribusi besar yang akan mengubah jalannya cerita ini.
Sosok itu nampak mengelus rambut istrinya dengan pelan, bahu yang tegap dan kekar di penuhi tato itu nampak menikmati apa yang tengah ia lakukan. Theine sejenak terdiam, memandang lamat sosok itu meskipun ada rasa ingin menjauhkan tangan tersebut dari rambut istrinya.
"Hentikan."
Sosok itu menoleh, nampak menghentikan aktifitasnya lalu berjalan perlahan menuju Theine. Dengan keadaan shirtless, ia menampilkan seringai kecil, meremehkan Theine membuat pria itu mengepalkan tangannya.
"You can't stop me."
"Denial man." Lanjut sosok pria lain tersebut.
"Beri aku waktu, hingga aku bi–"
"You lost it, kill them now."
Theine menghembuskan nafasnya kasar, ia mengusap wajahnya putus asa. Sementara pria itu hanya memandang datar Theine. Dia tidak suka membuang waktu, jika Theine tidak bisa melakukannya maka, biarkan Kayya menjadi miliknya. Sebagai bonus ia akan membunuh sumber masalah pria itu. Itupun jika pikiran nya tidak berubah dan masih berbaik hati kalaupun tidak opsi lain yang saat ini ia pikirkan pun akan terjadi.
"Bisakah kita membatalkan perjanjian ini? Aku akan memberikanmu apa saja sebagai gantinya." Ucap Theine.
"Death is the price, Jazz."
Yah, Jazz adalah kenyataan bukan kepribadian. Mereka terikat perjanjian, perjanjian yang saling menguntungkan namun nyawa sebagai harga mutlak yang harus mereka serahkan apabila melanggar dan memberhentikan perjanjian ini.
Jazz menelan saliva nya, ia memandang istrinya yang kini terlelap. Mengikuti arah pandang Jazz, pria itu bisa melihat sesuatu yang sudah ia duga. Seringai tipis nampak di bibir pria berhati dingin tersebut, permainan ini akan semakin menyenangkan.
...—The drama 01—...
— Malam! (つ≧▽≦)つ
sudah lama sekali ya? maaf baru muncul...ಡ ͜ ʖ ಡ
eum, untuk chapter ini, ada perubahan drastis banget!
disini juga banyak spoiler ya, kayanya gampang buat di tebak deh.. 😭😭😭
ada yang tahu siapa pria yang bicara sama Jazz? kalo masih bingung, chapter depan pasti ada kepingan puzzle~
last, buat next chapter banyak vilain's lain yang bakal muncul. dan tokoh disini banyak yang memakai topeng jadi jangan terkecoh ya!
feeling aku si kalian gampang nebak (◔‿◔)
bye bye! stay healthy and happy^^