Mencintai seseorang yang hanya menganggapnya sebagai seorang adik tentunya sangat menyakitkan, apalagi setelah tahu kalau pria yang dicintainya ternyata sudah memiliki pujaan hati.
Yuk simak cerita selengkapnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gresyst_lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 30
Naura dan Hani baru tiba di K&K (Perusahaan keluarga Mahesa yang sekarang dipimpin oleh Jonathan)
"Ngapain bengong? Ayo..." Hani menarik Naura masuk. Langsung menuju ruangan Jonathan. Para karyawan yang mengenal sosok Hani pun beberapa kali menyapanya.
Tak lupa, Hani mengetuk pintu lebih dulu, sebelum masuk ke ruangan kakaknya.
"Loh Han, tumben banget kesini." Senyum Jonathan hilang saat melihat Naura yang ternyata juga ikut bersama sang adik.
"Kak Jo sibuk?" Naura mendekat, berdiri di depan meja kerja Jonathan.
"Hhmm, seperti yang kamu liat."
Alis Naura terangkat, merasa ada yang aneh dari Jonathan. Pria itu terkesan dingin dan tak seperti biasanya.
"Oh ya, ada apa?" Jonathan mengalihkan tatapannya, seolah menghindari tatapan Naura.
Makin bingung saja Naura. Sepertinya dia tak membuat kesalahan apapun atau apa kak Jo beneran lagi sesibuk itu hingga tak punya waktu untuk meladeni ucapannya? Naura menerka nerka.
"Kak. Aku perhatiin kakak kayak nggak seneng kita datang." Hani nimbrung, dengan nada betenya.
"Kakak lagi sibuk Han." Nada bicaranya datar, tegas dan terkesan dingin. Hani dan Naura langsung saling memandang satu sama lain.
Bukan hanya Naura yang merasa sikap Jonathan sedikit berbeda, tapi Hani juga. Pria itu tak seperti biasanya, terkesan cuek dan entahlah, susah untuk dijabarkan dengan kata kata.
"Nau, sepertinya kita datang diwaktu yang nggak tepat deh." Naura mengangguk menyetujui ucapan tersebut.
Sementara Jonathan, pria itu sudah kembali sibuk dengan pekerjaannya tanpa menghiraukan keberadaan dua gadis cantik di depannya yang kini tengah saling berbisik
"Yaudah kak, teruskan pekerjaan kakak. Aku sama Hani pamit ya." Keduanya berbalik dan dengan cepat melangkah keluar.
Jonathan mengunci pandangannya pada pintu yang barusan tertutup. Entah sedang memikirkan apa. Hanya diam dan memandangi pintu itu.
Di lobby
"Hai calon adik ipar dan temennya " Naura dan Hani menatap Lyodra yang barusan menegur mereka. Bukannya balik menyapa, Naura dan Hani melewatinya begitu saja.
"Dasar nggak sopan!" Mendengus penuh kekesalan. Lalu tersenyum karena mengingat dirinya yang akan segera menjadi menantu keluarga Mahesa.
Keluarga Mahesa bukanlah keluarga terkaya di dunia ataupun di Asia. Selalu masuk dalam kategori 10 orang terkaya di negaranya. Sangat lumayan bukan?
Menjadi menantu keluarga kaya raya seperti itu, pastinya akan menjamin kehidupannya. Bisa beli apapun yang dia inginkan tanpa takut kehabisan uang. Ditambah bonus seorang suami tampan seperti Jonathan. Sempurna bukan?
"Aku jamin akan membalas kalian setelah aku resmi menjadi Nyonya Jonathan Mahesa." Diiringi seringai licik diwajahnya. Kembali meneruskan rencananya yang ingin bertemu dengan Jonathan.
Satu minggu pun berlalu.
Naura memandang Jonathan yang sedang memberi makan ikan peliharan ayah Rafa. Wajahnya berubah sendu, mengingat bagaimana sikap Jonathan belakangan ini yang sangat cuek bahkan sering sekali menghidarinya. Pria itu memberi jarak sampai Naura kesulitan untuk mendekatinya.
"Kenapa Nau?" Hani mendekat, memperhatikan Naura yang matanya sudah memerah menahan air matanya. Ikut mengintip ke luar kamar, yang dimana
ada kakaknya disana.
"Han, aku harus gimana? Perasaan ini begitu menyiksaku. Rasanya sedih sekali saat kak Jo mengacuhkanku seperti ini." Air mata perlahan jatuh, tak bisa ditahan lagi.
Naura memegang dadanya. "Sakit Han, disini sakit sekali. Sangat sakit sampe kadang aku susah bernafas. Han apa yang harus aku lakukan?" Semakin deras air mata yang keluar. Hani ikut menangis mendengar tangisan pilu itu. Tangisan itu terdengar sangat menyakitkan.
Hani memeluk Naura, mencoba menghibur sahabatnya itu. "Aku tau kamu sedih, sakit hati, tapi Naura yang aku kenal bukan seperti ini. Naura yang aku kenal adalah seorang gadis ceria, tidak takut pada apapun dan selalu memperjuangkan apapun yang diinginkannya. Jadi Nau ...." Hani menangkup wajah sang sahabat yang sudah dipenuhi air mata. "Berjuanglah sekali lagi, perlihatkan pada kakakku cintamu yang besar ini, perlihatkan padanya kalau dia tak akan bisa mendapatkan cinta yang seperti ini dari orang lain, perlihatkan padanya tanpa ada yang ditutupin. Jangan ragu untuk bertindak karena aku sahabatmu akan selalu mendukung apapun yang kau lakukan. Jangan hanya diam dan mengurung diri di kamar seperti sekarang, itu bukan Naura yang kukenal. Aku tidak suka kau yang seperti ini, aku tidak suka melihat kau yang pendiam dan hanya pasrah pada keadaan. Kak Jo menghindarimu? Kenapa kau diam saja? Kamu itu Naura, jangan merubah karaktermu hanya karena kamu takut membuat kak Jo marah. Perlihatkan sikapmu yang asli, jangan menahan diri karena bagiku itulah Naura. Omelannya, tingkahnya yang aneh itulah kamu. Jadi Nau, lakukan apapun yang kamu inginkan. Lagian kenapa kau jadi takut membuat kak Jo marah, sejak kapan itu? Bukannya dulu kau sering mengomelinya? Sekarang kenapa jadi penakut?"
"Aku berubah karena keadaan. Aku takut membuat kak Jo marah. Bagaimana kalau dia jadi membenciku? Itu yang aku pikirkan. Aku terlalu takut kehilangan kak Jo Han."
Hani mengusap air mata Naura. "Diam tanpa bertindak malah akan membuatmu kehilangan kak Jo. Kau tau kan kalau kak Jo menyukai orang yang berusaha keras? jadi berusahalah. Jangan menjadi penakut hanya karena kamu menyukainya. Kamu itu Naura, pria mana yang tidak akan menyukaimu? kau lupa kata kata kebangganmu itu?"
Naura menghapus air matanya. Menarik ingusnya beberapa kali. Kayaknya yang diucapkan Hani ada benarnya. Dia itu Naura, si gadis periang yang over percaya diri. Naura seakan sadar.
"Kau benar, belakangan ini aku selalu menahan diri, aku seperti kehilangan karakterku. Ya dan kau benar, aku Naura, pria mana yang tidak akan jatuh cinta padaku? Kalaupun ada, mungkin dia pria buta karena tidak bisa melihat sebesar apa pesonaku." Naura mencoba untuk tersenyum. Berkat sang sahabat, dia menemukan semangatnya lagi. Ternyata sepenting ini memiliki sekarang sahabat.
"Terimakasih Han."
"Apaan sih, merinding aku denger kayak gini."
Naura tertawa pelan mendengar candaan Hani itu. Lalu mereka kembali berpelukan.
"Terimakasih karena sudah menjadi sabahat yang baik untukku," ucap Naura lagi.
ditunggu ..
d tunggu lanjutannya 🙏🏻🙏🏻
waah bahaya nih 🤨
naura kamu harus tahan harga ya ke ka jo, biar jojonya yg usaha dptin hati kamu lagi nau 🤭🤭