Seorang pengasuh di tempat penitipan anak menarik perhatian si kembar akan kebaikan hatinya.
"Ayah, kami ingin ibu pengasuh itu menjadi ibu kami."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurul wahida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Luna mulai menceritakan segalanya pada Tilu. Dimulai dari pertemuan pertamanya dengan si kembar, hingga pertemuan pertamanya dengan ayah si kembar.
Saat ini, mereka duduk di sebuah kursi dekat taman. Tilu mendengarkan cerita Luna dengan seksama. Sesekali ia mengangguk dan memberikan respon pada cerita Luna.
"Begitu ya rupanya."
"Jadi, kalian menikah hanya karena si kembar?" tanyanya pada Luna.
Luna menganggukkan kepalanya menyetujui pernyataan Tilu. "Iya. Hanya demi si kembar."
"Kamu, beneran gak masalah dengan hal itu?"
"Maksudnya?" Luna menatap Tilu bingung.
"Maksudku begini. Kamu dulu sangat mengagung-agungkan yang namanya pernikahan yang didasari dengan cinta. Tapi, sekarang, kamu malah menikah tanpa adanya cinta antara kalian. Bahkan, kalian menikah itu adanya karena, bukan adanya cinta."
Luna memandang ke langit. "Kamu benar, Lut. Dulu, aku memang memikirkan hal itu. Tapi, setelah aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, aku merasa tidak tega melihat si kembar. Mungkin, karena ini adalah naluri ku sebagai seorang wanita."
"Kamu tahu, Lut. Aku kan punya keponakan. Jadi, aku merasa melihat keponakan ku sendiri. Ketika Lona tak berada di sisi ibunya, aku sangat ingin mengisi kekosongan itu walaupun hanya sementara," sambungnya.
"Yeah, seperti itulah kamu."
"Kita jalan-jalan lagi yuk, bete banget nih. Kamu harus menghabiskan waktu denganku, sebelum aku jadi istri orang," ujar Luna disertai kekehan pelan.
"Halah, nikah doang kok. Masih satu negara juga, masih satu kota juga. Cuman beda rumahnya doang. Kalau udah beda semua, ya lain cerita." Tilu mengejek Luna.
Mereka kembali berjalan-jalan di sekitar taman itu. Tapi tiba-tiba, ada pengendara sepeda yang baru saja menabrak seekor kucing. Pengendara sepeda itu langsung lari, meninggalkan kucing yang kesakitan disana.
Luna berlari menghampiri kucing itu berada. Dan Tilu kaget melihat Luna yang lari tiba-tiba. Ia juga mengikuti Luna dari belakang.
"Luna!" teriaknya.
Luna mengangkat kucing itu, dan melihat pada Tilu yang menghampirinya dengan napas yang ngos-ngosan.
"Lut." Luna menatap Tilu dengan mata yang telah berlinang air mata.
"Loh? Kamu kenapa nangis? Terus yang ada di gendongan mu itu apa?" Tilu menunjuk wajah Luna lalu ganti ke tangan Luna yang tengah menggendong itu.
Luna menunjukkan seekor kitten. Sepertinya sudah lepas menyusui dari emaknya.
"Ayo, bawa kitten nya ke dokter hewan," rengek Luna.
Tilu menatap sekitar merasa malu. Gadis itu tiba-tiba saja merengek padanya. Seperti anak kecil. Tilu segera membawa Luna untuk menjauhi keramaian. Untung dia tahu dimana letak klinik hewan. Karena ia juga memelihara seekor anjing.
"Kita mau kemana?" tanya Luna yang sedang kebingungan.
"Katanya mau ke dokter hewan. Ya, ini kita mau kesana," ujar Tilu.
"Oh, iya. Ayo cepat kita kesana."
Terserah kamu lah. Tilu membatin.
Mereka menaiki kendaraan yang mereka gunakan, dan langsung menuju ke klinik hewan.
Sesampainya disana, Luna langsung turun dan masuk kedalam. Ia segera menghampiri resepsionis.
"Ada butuh sesuatu, kak?" tanyanya.
"Saya membawa kitten. Dia baru saja ditabrak oleh pengendara sepeda. Bisa tolong di periksa?"
"Oh, iya. Langsung aja ke ruang dokter nya. Itu ada di sebelah sana." Resepsionis itu menunjukkan dimana ruangan dokter itu berada.
Luna bergegas setelah mengucapkan terima kasih padanya.
Luna mengetuk pintu, dan masuk setelah dipersilahkan.
"Permisi, do...k?" ucapan Luna terhenti ketika melihat siapa yang ada didalam.
"Luna?"
Dokter itu berdiri dari kursinya dan menghampiri Luna. Luna masih bergeming ditempatnya.
"Oh?" Luna kaget dan menunjuk padanya.
"Kamu beneran Luna, kan?" tanyanya untuk memastikan penglihatannya.
Luna mengangguk mengiyakan pertanyaan dokter itu.
"Ini, aku, Aldo. Kamu masih ingat, kan?" tanyanya.
Tentu saja Luna masih mengingat lelaki itu. Ia adalah cinta pertama sekaligus cinta yang telah meninggalkan kenangan indah dalam hidupnya.
Mereka berdua adalah sepasang teman yang saling bertukar duka dan suka bersama. Luna mencintai nya, tapi lelaki ini tidak pernah mencintai Luna. Bahkan, lelaki itu malah berpacaran dengan teman dekatnya dahulu. Mereka adalah teman masa SMP. Ia pernah mengakui cintanya pada Aldo, tetapi malah di tolak mentah-mentah. Hal itu membuatnya pupus akan sesuatu yang namanya cinta.
Mereka teman, itulah masalah besarnya. Mereka bukan hanya teman biasa. Tapi, mereka teman yang berbagi segala hal bersama. Baik suka maupun duka, baik itu cerita yang dianggap begitu rahasia.
Luna menundukkan kepalanya ketika mengingat kenangan-kenangan yang sangat sulit ia lupakan. Sudah 10 tahun lamanya ia berusaha mengubur kenangan itu.
Ia tak memiliki dendam pada Aldo. Hanya saja, dirinya juga menyatakan disaat yang salah. Waktu itu, ia bercerita bahwa dirinya sangat menyukai teman dekatku. Tetapi, aku malah menyatakan perasaan ku. Dan berakhir dengan keasingan.
Namun, kenapa hari ini mereka bertemu kembali? Ia sudah bersusah payah untuk melupakan lelaki ini. Lelaki inilah yang memberikan kenangan cinta yang begitu indah padanya. Cinta yang diam-diam ia rasakan selama itu. Melihatnya dalam diam, itu suatu kesenangan baginya.
"Apa kabar, Nat?"
Luna sangat mengingatnya. Nama panggilan yang diberikan olehnya adalah Lunat. Gak tahu kenapa, tapi dia pernah bilang bahwa panggilan untuknya dari lelaki itu biar berbeda dari yang lain.
"Baik. Kamu apa kabar, Do?" Luna menatapnya berani dan tersenyum padanya.
"Baik."
Luna mendengar rintihan kecil dari kitten yang ada di gendongannya. Ia segera tersadar dari kenangan yang menyeruak masuk kedalam pikirannya. "Sebelum itu, bisakah kamu memeriksa kitten ku dulu?" ujarnya.
"Oh? Iya. Letakkan disini," titahnya sambil menepuk meja kerjanya.
Luna meletakkan kitten itu penuh kehati-hatian. Dan Aldo mulai melakukan pemeriksaan pada kitten itu. Sedangkan Luna mengusap pelan kitten nya.
"Hanya terdapat keretakan pada tulang paha belakang. Setelah ku berikan gips, kamu sudah boleh membawanya pulang. Tapi, setelah diberikan infus, ya."
Luna menganggukkan kepalanya. Ia sangat bersyukur bahwa tidak terjadi apa-apa yang membuat kitten ini dalam bahaya. Ia tersenyum lebar setelahnya.
"Duduk dulu. Kitten itu sudah ku bius untuk tidur. Biarkan dulu obat yang ada di cairan infusnya habis," ujarnya.
Luna duduk di dekat sofa. Dan didepannya Aldo tengah duduk. Ia menyediakan segelas air untuk Luna dan juga dirinya.
"Minumlah."
"Apa kamu datang kesini sendirian?" tanyanya.
"Oh? Tidak. Ada teman ku, sepertinya dia menunggu ku di luar."
"Begitu ya," ucapnya menganggukkan kepala.
"Sudah lama kita tidak bertemu. Sudah 10 tahun, ya?" tanyanya.
"Sepertinya iya," jawab Luna.
"Apa kesibukan kamu sekarang?"
"Bekerja di tempat penitipan anak."
"Sepertinya, cita-cita kamu dulu kesampaian, ya?" ujarnya disertai tawa kecil.
Luna hanya tersenyum menanggapinya. Tak disangka bahwa lelaki ini masih mengingat cerita mereka. Padahal sudah lama sekali.
"Kita juga kehilangan kontak, setelah kamu pindah kota. Aku tak menemukan nomor ponsel mu. Agak sedikit kesulitan untuk menghubungi mu."
Padahal Luna memang sengaja membuang kartu sim nya. Ia ingin melupakan segala hal yang berhubungan dengan masa lalunya. Akan tetapi, sepertinya takdir sedang mempermainkan dirinya.
Ia bertemu kembali dengan cinta pertamanya.
...To be continue...
Luna juga nggak ngarep perlakuan sok romantis mu /Pooh-pooh//Pooh-pooh//Pooh-pooh/
Nikah... tapi kayak nggak d hargain😭sedih sich 😜🤭menurut ku. Walau nggak saling mengganggu tapi kalo status istri itu berat banget, kalo status suami mau lirik"mah biasa ya. 😏🤔Tapi menurut ku sich ya