NovelToon NovelToon
[1] 5th Avenue Brotherhood

[1] 5th Avenue Brotherhood

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:12.8k
Nilai: 5
Nama Author: BellaBiyah

5 anggota geng pembuli baru saja lulus SMP dan kini mereka berulah lagi di SMK!

Novel ini merupakan serial pertama dari "5th Avenue Brotherhood". 5th Avenue Brotherhood atau yang sering dikenal dengan FAB adalah geng motor yang terdiri dari 5 orang remaja dengan latar belakang yang berbeda-beda.

Jesika. Seorang gadis yang merupakan anak kandung dari kepala sekolah dan adik dari pendiri FAB itu sendiri. Sayangnya, Jesika tidak suka berteman sehingga tidak ada yang mengetahui latar belakang gadis ini, sampai-sampai para member FAB menjadikannya target bulian di sekolah.

Gimana keseruan ceritanya? Silakan baca sampai bab terakhir 🙆🏻‍♀️ Yang setuju buat bikin sekuel atau lanjut vote di grup chat author ya 🙏 masih berlaku untuk hadiah saldo Dana untuk gift terbanyak bulanan. bisa gift lewat iklan juga ya 🥰 maksimal 10 iklan/hari = 100 dukungan. Hadiah akan diberikan pada dukungan terbanyak dalam setiap bulan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BellaBiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28 Anak Siapa?

"Ayang!" sapa Randa di depan kelas Cia.

"Aku ngambek!" tegas Cia.

"Loh kenapa?" tanya Randa.

"Malem kemaren kan Ayang tidur nggak nganterin aku pulang!"

"Iyaa deh aku minta maaf."

***

Sepulang sekolah hari ini, Cia langsung menutup rapat semua jendela dan pintu kediaman Wandra.

"Nona, makan siang sudah siap," ucap tukang masak.

"Bawa ke kamar aja," balas Cia berlari menuju kamarnya.

Sesampainya di sana, ia kalang kabut menghampiri Jesika yang sedang duduk termenung menatap jendela. "Gue harus nyari cara biar bisa putus sama Randa!" ucapnya.

Jesika menatap ke arahnya tanpa mengeluarkan sepatah kata.

Cia dengan segala rencana di otaknya, ia mengeluarkan ponsel dan menelepon Wandra. Tak lupa gadis itu menceritakan tentang hubungannya bersama Randa. Namun, tidak dengan cerita tentang Jesika.

"Oh," balas Wandra singkat.

"Gimana dong?! Jangan oh doang! Gue kan nelpon lo biar dapet solusi!" omel Cia.

"Lo bilang aja kalo lo udah punya suami, suami lo itu gue, done!"

"Gilak kali lo! Yang ada malah gue jadi incerannya Randa! Gue harus putus sama dia dengan alasan dia yang salah! Biar gue nggak jadi incerannya!"

"Kirim nomernya!"

"Buat apaan? Lo mau bilang kalo lo suami gue?!"

"Kirim aja!"

"Nggak!"

"Ya udah kalo nggak mau dibantuin."

"Mauuu! Tapi gue nggak mau alasannya kayak gitu!"

"Gue bakalan deketin dia sampai jadian! Terus lo putusin dia dengan alesan kalo dia selingkuhin lo!"

Cia mengirim nomor ponsel Randa padanya.

Sesuai rencana, Wandra benar-benar berhasil menjadi pacar Randa dengan berpura-pura menjadi seorang wanita. Tak lupa Wandra mengiriminya begitu banyak foto dan video seorang wanita tanpa busana.

Wandra mengirim bukti-bukti chattan antara dirinya dan Randa sebagai barang bukti bahwa Randa memang pacarnya.

Seminggu setelah kejadian itu, Cia datang ke sekolah.

"Pas pertama kali lo ketemu dia hari ini, langsung lo gampar mukanya!" Kalimat Wandra yang ia ucapkan semalam melalui panggilan masih teringat di otak Cia.

"Ayaaang!" panggil Randa berlari menghampiri gadis itu.

  - Plak!

Dengan sejuta rasa benci terhadap pria itu, Cia meluapkannya pada satu pukulan yang kini membuat rahang Randa membiru.

"Ayang kenapa?!" teriak Randa kesal.

"Gue mau putus! Lo pacaran kan sama cewek yang namanya Hesti?! Lo juga VCS kan sama dia?! Lo kira gue nggak tau?!" teriak Cia menarik perhatian beberapa orang di pagi ini.

"Lo tau dari mana soal Hesti?!" balas Randa menahan sakit di wajahnya.

"Lo makan tuh tetek gede!" bentak Cia sambil mendorongnya hingga terjatuh.

"Cuih! Bagus deh kalo lo udah tau! Lagian gue udah lama mau putus sama lo!" Randa berdiri dan menatap kesal pada Cia.

"Iya! Gue tau! Karena gue nggak mau tidur sama lo! Dan gue nggak tertarik buat ngeliat kelamin lo! Makanya lo mau putus kan?" balas Cia.

"Taik lo!" teriak Randa.

Cia berlalu meninggalkannya begitu saja.

***

6 bulan telah berlalu, untuk pertama kalinya Jesika mengeluhkan perutnya yang terasa mulas. Cia juga tidak mengerti soal kehamilan, sehingga ia menelepon Devia sebagai penyelamat mereka. Untungnya Devia mampu dan mau menyanggupi untuk datang di hari itu.

Jesika melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama "Sufi"

"Mama jangan cerita soal Jesika ke Wandra ya, Ma?" Cia memohon.

"Iya, Mama ngerti kok," balas Devia.

Trauma Jesika bertambah parah sebab kelahiran Sufi. Ia sering kali tidak mau menyusui anaknya tersebut. Dia bahkan pernah berniat untuk membunuh Sufi namun hal tersebut dihentikan oleh Cia.

Cia adalah satu-satunya orang yang ingin Sufi untuk tetap hidup.

"Takdir kita memang buruk, Jes! Tapi jangan sampai lo bales dendam dengan bikin takdir orang lain jadi buruk! Cukup kita aja!" teriak Cia yang membuat Jesika menangis.

Jesika tidak selalu begitu, ada kalanya ia bersikap baik dan merasa kasihan pada Sufi. Selagi ia menyusui Sufi, Cia mengabadikan momen tersebut dalam jepretan foto pada ponselnya. Terlalu banyak hal membahagiakan, hingga Cia memilih untuk mencetak dan menyimpannya ke dalam sebuah album foto cetak berwarna merah.

***

Tepat di hari Sufi berusia 40 hari. Jesika memejamkan matanya. Sementara Sufi menangis kencang. Semua pelayan sudah pulang sebab sudah lewat dari jam 12 siang. Sementara Cia belum pulang sekolah. Sufi menangis hingga tertidur.

Cia pulang dengan rasa penat di sekujur tubuhnya. Begitu ia memasuki rumah, suara nyaring Sufi kembali bergema hingga menembus dinding kamar yang kedap suara.

Cia berlari demi melihat apa yang terjadi. Begitu ia membuka pintu kamar ....

"Aaarrrghhh!!! Ah ah ahhh! Jeesss! Aaarghh! Heeeeeghhhh!!" pekik Cia berusaha menahan diri sebab wajah, tangan dan kaki Jesika sudah pucat tanpa aliran darah. Tubuh gadis itu juga menjadi kaku. "Jes! Jesikaaa! Jeesss!" teriak Cia bersama dengan tangisan Sufi.

Tangan Cia mendadak gemetar mengeluarkan ponsel dan menelepon Devia sambil menangis.

***

"Tapi Jesika, Ma!" tangisan Cia mengiringi kepergian mendiang sahabatnya itu sembari menggendong Sufi.

"Nggak ada yang tau soal kematian, Cia," balas Devia memeluk anak angkatnya tersebut.

Menatap tanah yang sudah menjadi gundukan dihiasi bunga-bunga dan siraman air.

***

Sufi diasuh oleh baby sitter yang digaji oleh Devia. Atas keinginan Cia sendiri, ia bersedia untuk menjaga Sufi dengan dibantu oleh baby sitter. Sulit untuk mengabarkan kematian Jesika pada siapapun. Sebab, Cia bisa saja ketahuan sudah membawa Jesika kabur dari rumah dinas Pak Ridwan.

Cia cukup enjoy menjalani kehidupannya yang sekarang. Dia juga bisa membawa Sufi ke rutan untuk kunjungan rutin Cia menemui ibunya.

"Ibu udah pernah bilangin sama kamu, ya Ci. Cukup Ibu aja yang buruk. Kamu jangan! Liat temen kamu! Sampe punya anak gini. Malah sekarang kamu yang bantuin jaga!" ucap Ibu Cia karena mendengar cerita bahwa Sufi adalah anak sahabat Cia yang dititipkan padanya sebab sang sahabat bekerja untuk menghidupi anaknya. Cia hanya berdiam diri tak merespon apapun. Ia malah sibuk mengajari Sufi untuk tertawa.

***

3 tahun berlalu, Cia lulus dari SMK dan membawa Sufi jalan-jalan sebab anak laki-laki tersebut sudah bisa bicara dengan lancar.

Merasakan sensasi menjadi ibu muda. Cia mengajari Sufi banyak hal.

"Pakein sunscreen, Sus. Sufi kayaknya suka main di pantai," ucap Cia.

Suster menuruti perintahnya.

"Ibu! Ibu! Ada burung!" tunjuk Sufi pada burung yang berlarian dikejar ombak.

"Itu namanya Burung Camar. Dia ke pantai buat nyari makanan," ucap Cia berjongkok di hadapan Sufi.

"Camar makan laut?" tanya Sufi dengan polosnya.

"Masa makan laut. Makan ikan dong," balas Cia.

"Minum laut?" tanya Sufi lagi.

"Nggak. Camar minumnya air hujan sama air sungai," jawab Cia.

Cia menikmati hidupnya

***

Sepulang dari jalan-jalan, Cia turun dari mobil dan membuka pintu rumah.

"Ci!" panggil Wandra yang menyambutnya.

"Hah?! Lo ngapain di sini?!" pekik Cia.

"Lah, ini rumah gue!" tegas Wandra. "Gue kangen banget sama ...."

"Itu siapa, Bu?" tanya Sufi yang sedang digendong oleh susternya.

Cia mematung tak memberikan jawaban.

"Ini anak siapa?" tanya Wandra.

1
Iam-aam
Haris pawang ngadem
Iam-aam
tolol lo yg tolol bjir
Iam-aam
Berapa bang* kasar bjir le
Ciret
next kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!