Aku takkan pernah mengantarmu
pamit pada bait-bait puisi terakhirku ~
Hanya saja bila di batas kejenuhan
ini datang kembali,....
Tolong carikan aku secarik lirik
yang bisa membuatku bertahan
dengan keresahanmu ....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miphz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#18 Garis dua
"Raaaaannn,.tolong ibu belikan buah ya,!!"
perintah Bu Anis yang tentu saja tak memberikan uang sepeserpun kepada menantunya itu,
Bahkan Bu Anis tau betul Rani semenjak tidak bekerja dia juga tak punya uang,mengingat Vino tak pernah memberikan uang padanya,
Akan tetapi Vino tetap akan menuruti keinginan apapun untuk istrinya,bahkan Rani yang pernah meminta uang pun Vino juga memberinya.
Rani berpikir panjang jika memang dia berhak dapat nafkah tak perlu memintanya bukan,?
Rani yang tak mau meminta uang pun suka diposisikan terhadap keadaan yang mengharuskan dia harus meminta seperti halnya jika ibunya menginginkan sesuatu,.
"Ya Bu,sebentar ya" Jawab Rani sembari melangkah mendekati Vino yang sedang bersiap berangkat kerja.
"Mas,ibu minta tolong aku buat beli buah Mas,kebetulan Ibu memang sejak kemarin kaya gak enak badan,." jelas Rani.
"Berapa,??" Jawab Vino yang sudah menjadi kebiasaannya jika dimintai duit kepada istrinya itu.
"Terserah Mas saja" Jawab Rani tetap dengan senyum manisnya itu.
Vino memberikan beberapa lembar duit warna biru dan merah,.
Eemmm mungkin dua ratus ribuuu.
"Terima kasih Mas" Tutur Rani sambil menyodorkan tangannya guna ingin menyalami tangan suaminya itu,.dibalas Vino sambil mencium kening istrinya.
"Hati hati ya Mas,jangan ngebut" Ucap Rani sambil menatap langkah Vino yang mau berangkat kerja.
Sementara Rani yang juga menyusul ingin membelikan buah mertuanya itu,tiba tibaaaa...
"hueeek....hueeeek..." Rani bergegas ke kamar mandi.
Terdengar suara Rani yang muntah berkali kali.
Bu Anis yang mendengar itu mendekatinya.
Bu Anis termasuk mertua yang memang perhatian,namun kalo soal duit dia tidak mudah dikalahkan.
"Ran....kenapa.? Masuk angin,???" Tanya Bu Anis sambil mengetuk pintu.
Rani yang keluar masih dengan merapikan jilbabnya,.
"Aku mual Bu." jawabnya
"Jangan jangan kamu isi ya.?" tebak Bu Anis.
"Gak tau Bu,saya pamit untuk membeli buah dulu Bu,
Dipikir pikir Rani memang sudah telah haid 2 minggu,tapi dia begitu lupa memperhatikan siklus haidnya itu.
Karena selalu disibukkan dengan aktifitasnya yang sibuk ngurus rumah.
Beberapa hari ini Bu Anis yang sedang tak enak badan tak pernah menyentuh pekerjaan
"Jangan jangan kamu isi Ran," Jelas Bu Anis mengulangi pertanyaannya dengan sumringah.
Rani yang bengong sedang memaksa mengingat kembali lagi kapan terakhir dia datang bulan.
"Gak tau Bu,saya belikan buahnya dulu ya." Jawab Rani yang sejak mendengar ucapan mertuanya itu ingin sekalian membeli testpack.
"Kalo kamu sakit gak usah Ran" teriak Bu Anis karna Rani sudah bergegas.
Namun teriakan itu tak digubris sama Rani,.
Rani yang awalnya berencana beli buah kini mampir disebuah apotik.
Dia berhenti sejenak kala hatinya berdesir seperti ada aliran yang mengalir dari dalam tubuhnya.
Kini testpack yang digenggamnya membuat hatinya semakin berkecamuk dengan hasilnya.
"Ya Allah jika memang sudah rejekiku dan ijinkan aku memberi kabar bahagia terhadap kedua orangtuaku serta suamiku,Namun jika Kau belum mengijinkan tolong jangan beri aku rasa kecewa atas hasil yang aku lihat nanti."
Doa Rani disepanjang perjalanan pulang.
"Assalamualaikum Bu." salam Rani ketika masuk rumah
"Walaikumsalam" Jawab Pak Hadi yang sedang diruang tamu.
Sedangkan Bu Anis sedang mengeluarkan koper milik Pak Samsul.
"Ibu mau kemana,?" Tanya Rani.
"Hanya ingin menaruh koper ini diruang tamu,besok aku akan menemui Kakak ku ,Ooh yaa mana buah buat ibu,? Rasanya kaya ngidam tumben banget pengen buah." Tutur Bu Anis.
Deeeeeegggggggggggg.!!!!!!!!
Jantung Rani seakan berhenti berdetak,pikirannya tertuju kepada perut Bu Anis yang memang buncit seperti hamil 4 bulan.
"Sebenarnya yang positif hamil aku atau Ibu,?" Batin Rani masih dengan hati yang tak bisa dijabarkan lagi,namun anehnya saat Rani melangkah ke kamarnya dia ingin sekali meminta buah yang dikasihkan ibu mertuanya itu.
Entah Rani pun juga bingung,kenapa dia seingin itu sama buah tadi,padahal pas beli dia merasa tak menginginkannya.
Tiba tiba Rani yang duduk dibalik jendela kamarnya menangis hanya ingin sebuah buah Mangga.
Rani yang saat itu ingat bahwa dirinya harus cek kehamilan,merogoh sakunya dan mencoba untuk melakukannya.
Rani yang gemetar memasukkan testpack dalam urinnya itu,sempat berpikir perkataan Bu Anis yang sedang ngidam,.
Entah hal apapun saat ini Rani sangat sibuk memikirkannya dan berujung tangisan.
"Seperti tak ada yang luka tapi kenapa selalu merasakan perih" Batin Rani dibarengi air mata.
Beberapa detik kemudian terpampang nyata garis dua testpack.
Rani yang melihat hasil itu hanya menutup mulut dengan tangannya sambil terisak.
"Terima Kasih Ya Allah" Ucap Rani berulang.
Dia tak sabar untuk memberi kabar bahagia ini kepada suaminya.
"Mas,...pulang jam berapa.?"
Isi pesan Rani.
Namun hampir satu jam Rani menatap ponselnya tak ada balasan dari Vino.
Rani yang kini sedang mengandung merasa terlalu sensitif,ia sadar ketika melihat ponsel belum juga ada jawaban dari Vino,kini ia menangis diujung kasur yang ia tempati.
Rani yang sadar jika dirinya sekarang ini sensitif begitu sulit untuk menahan air matanya.
"tooook....tooookkk..tooook..!!!" Suara ketuk pintu dari luar kamar Rani.
Rani yang mendengarnya segera menyeka airmata nya dan melangkah membuka pintu yang masih terkunci.
"Kenapa Aldi,?" Tanya Rani ketika mengetahui siapa dibalik pintu itu.
"Maaf Kak,ibu masuk angin..bisa tolong buatkan teh panas,Ibu menyuruhku buat minta tolong Kak Rani." Ucap Aldi gak enak menyuruh kakak iparnya itu.
"Bisaa..Ya udah ayo,dari kemarin memang ibi sudah kelihatan gak enak badan,tp selalu menolak jika kakak menawarkan untuk sekedar dibalur minyak biar anget badannya."
Jelas Rani ketika melangkah diikuti Aldi dibelakangnya.
Aldi yang diam tak menanggapi kata kata Rani kini berbalik menuju kamarnya,sedangkan Rani berkutat didapur.
"Paaak,ini teh ibu." sambil menyodorkan teh panas kepada Pak Hadi yang berada disamping Bu Anis.
"Ibumu ini kecapekan kerja" Tutur Pak Hadi kepada Rani.
Rani yang tidak menjawab Pak Hadi,malah balik bertanya kepada Bu Anis.
"Sudah periksa ke dokter atau sudah minum obat belum Bu,?" Tutur Rani yang penuh perhatian dengan mertuanya itu.
"Sudah,biasanya minum obat warung sembuh,tp kok ini rasanya lemes teruss..badan juga gak enak".
Jelas Bu Anis.
Rani yang tak tega merogoh saku,sisa beli buah tadi pagi.
Diberikan kepada Bu Anis guna menyuruhnya untuk pijet badan,.
Bu Anis yang setuju menerima uang yang diberikan Rani,.
"Besok ibu berangkatnya,kalo sekarang Mbah Sarni sudah tidak mau menerima orang pijet,.sudah petang." Tutur Bu Anis.
Rani yang mengangguk sambil memijat kaki mertuanya itu,.
Namun lagi lagi..
"Hueeeeekkk........hueeeekkkkkk...!!!"
Rani yang bergegas keluar dari kamar mertuanya itu menuju ke wastafel dapur yang lebih dekat.
Zahra yang melihatnya sambil mengambil minuman dingin di kulkas hanya memandang cuek,.
Namun dia mengambilkan segelas air putih dan disodorkan ke kakak iparnya tanpa ada sepatah kata.
Rani bengong melihat Zahra,,karna risih dengan pandangan Rani,Zahra meletakan segelas air minum itu disamping dimana Rani masih berdiri.
Rani yang melihat kepergian Zahra hanya tersenyum dan berteriak.
"Terima Kasih Zahra".
mampir juga dikarya aku ya jika berkenan/Smile//Pray/
Mampir juga di novel ku ya kak/Rose/
selisih 12 tahun, yayaya
kalau selisih 16 tahun cocok ga ya?🤔🤔🤔
😆😆😆😂😂😂😂