Ibu Pilihan Si Kembar
"Aku tidak ingin mandi, ayah!"
Seorang gadis kecil berlarian menolak untuk dimandikan sang ayah, membuat ayahnya kelimpungan mengejar gadis kecil yang lincah itu.
"Rara, jangan keras kepala! Cepat mandi! Ayah akan telat untuk ke kantor hari ini!" tegas ayahnya.
"Sudahlah, nak. Jangan terlalu keras pada nya. Sini, biar mama saja yang memandikannya. Kamu siap-siap saja sana," sahut wanita paruh baya sambil menepuk bahu lelaki itu pelan.
Lelaki itu menatap mamanya dan menghela napas lelah. "Entah kenapa akhir-akhir ini Rara sangat keras kepala," keluhnya.
"Hal itu sudah biasa terjadi. Diusia yang baru 5 tahun ini, anak-anak akan melakukan kenakalan kecil. Jangan terlalu keras pada cucu ku itu, Revan. Kamu dulu bahkan lebih parah dibandingkan dengannya," tawa geli terdengar dari mamanya.
"Tapi ma...."
"Sudahlah, jangan banyak protes. Bersiap saja sana. Keano sudah menunggumu sedari tadi," potong mamanya cepat.
Revan Juanda, lelaki yang berusia 38 tahun dan seorang duda yang memiliki anak kembar. Satu perempuan dan satu laki-laki. Kiara Putri Juanda dan Keano Putra Juanda. Istrinya meninggal setelah melahirkan sang buah hati mereka. Satu tahun lamanya ia terpuruk akan kematian sang istri tercinta, menghiraukan bayi-bayi kecil yang meraung membutuhkan keberadaan orang tuanya. Dan beruntungnya ia memiliki mama yang penuh perhatian. Selama setahun, mama nya lah yang membantu ia mengurus si kembar.
Ia cukup meratapi kesedihannya selama satu tahun. Suatu hari, ketika matanya bersitatap dengan mata bulat yang amat mirip dengan mendiang istrinya itu, ia mulai tersadar akan kebodohan yang telah ia lakukan selama ini. Untuk pertama kalinya, ia menggendong si kembar, dan memeluk keduanya erat.
Ia berusaha sekuat tenaga memberikan kasih sayang seorang ayah dan juga ibu yang sama rata untuk kedua anaknya, agar ia tak pernah merasakan kehilangan salah satunya.
Lelaki itu memasuki kamar, menatap foto besar yang tergantung di dinding atas ranjang.
"Apa aku sudah melakukan yang terbaik, sayang?" tanyanya menatap sendu foto yang memperlihatkan senyuman cantik sang istri.
"Ayah! Apa ayah ada diluar?" teriakan terdengar dari kamar mandi.
"Iya."
"Cepatlah ayah! Badan Keano sudah dipenuhi sabun," teriaknya cempreng.
Revan memasuki kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggangnya. Ia terkekeh kecil. "Lihatlah pangeran kecil ayah ini. Bagaimana bisa bak mandi ini dipenuhi sabun?"
"Tidak tahu. Keano hanya menyemprotkannya kedalam," jawab polos Keano.
"Apa ayah berhasil menangkap Rara?" tanyanya.
"Hemm. Sedikit sulit untuk menangkap gadis kecil itu," ucap Revan diakhiri dengan kekehan kecil.
Selesai dengan drama pagi, semuanya kini menuju meja makan dan sarapan. Seperti keluarga pada umumnya. Mama Revan kini menuju dapur, mempersiapkan bekal untuk anak dan cucu-cucunya.
"Anak-anak. Ini bekal kalian. Dengarkan apa yang dikatakan ibu pengasuh. Kalian mengerti?" pesan neneknya.
"Mengerti bos," jawab Rara dengan tangan membentuk hormat.
"Kalian duluan saja ke mobil. Ada yang ingin nenek bicarakan dengan ayah kalian," pinta neneknya. Keduanya mengikuti dengan patuh dan bergegas memasuki mobil.
"Ma, aku pamit ke kantor dulu."
"Ya, hati-hati."
Revan menatap gelagat aneh dari postur tubuh mamanya. Ia mengernyitkan dahi dan menatap lekat wanita paruh baya ini.
"Ada apa, ma?" tanyanya.
"Revan. Apa kamu tidak ingin mencari sosok ibu untuk Rara dan Keano?" tanya mamanya penuh kehati-hatian.
Raut wajah Revan berubah menjadi tak suka. Inilah yang tidak ia sukai ketika sudah berbicara berdua saja dengan mamanya. Setiap ada kesempatan, ia selalu bertanya hal yang sama.
"Revan sudah mengatakannya berulang kali, ma. Tidak ada Ibu untuk Rara dan Keano. Ibu mereka hanya Revan, tidak ada yang lain," jawabnya tegas.
"Tapi, nak. Sampai kapan kamu akan begini? Jika suatu hari mereka menanyakan tentang ibu mereka, apa yang akan kamu katakan?" ucap sang ibu sedih.
"Revan sudah memiliki jawabannya, ma. Kalau begitu, Revan pergi dulu."
Sang mama menatap sedih kepergian putranya. Sudah 5 tahun lamanya. Sepertinya anaknya itu belum bisa melupakan keberadaan Raisa, mendiang istrinya.
...****************...
Rumah Kasih Sayang
Tempat penitipan anak terbaik di kota ini. Revan menitipkan Rara dan Keano di sini dan akan menjemputnya sore hari. Dan kebetulan kantor Revan tak jauh dari tempat ini. Ini sudah menjadi keputusannya. Walaupun mamanya tak keberatan untuk menemani anak-anaknya selama ia di kantor, tetapi rasa tak enak hati masihlah ada. Ia tak ingin lagi membebani mamanya. Apalagi beliau sudah tua, ia yakin beliau pasti kesulitan menghadapi keaktifan anak-anak.
"Rara, Kenao, baik-baik disini. Dengarkan perkataan Ibu pengasuh, dan jangan bandel. Terutama untuk kamu Rara nakal," ejek Revan pada putrinya.
Rara memanyunkan bibirnya tak terima. "Rara tidak nakal tahu. Kata nenek, Rara hanya memasuki usia aktif saja," keluhnya.
Tak terpikir oleh Revan bahwa putrinya akan sepintar ini. Dan anehnya lagi, Rara dan Keano tidaklah senakal anak-anak pada umumnya. Ia mendengarkan dengan sangat baik apa yang kita larang dan apa yang kita perintahkan.
Revan mengecup puncak kepala Rara dan Keano, kemudian pergi setelah mereka dijemput oleh ibu pengasuh.
"Rara, Keano, ayo," ajak ibu pengasuh.
Kedua tangan kecil itu menggandeng tangan yang lebih besar dari mereka dan masuk ke dalam.
"Luna!" panggil ibu pengasuh yang membawa Rara dan Keano tadi.
"Iya," jawabnya.
Ia berbalik dan segera menghampiri ibu kepala pengasuh yang bernama Tasya itu. "Ada apa, bu?"
"Mereka adalah anak-anak yang baru datang hari ini," ujar Tasya.
Luna menyelipkan anak rambutnya ke telinga. Merunduk dan mensejajarkan tubuhnya agar terlihat oleh kedua anak-anak itu.
"Hallo. Namaku Luna," sapanya sambil mengulurkan tangan.
Keano bersembunyi di belakang kaki Tasya, memegang baju Tasya erat. Lain halnya dengan Rara. Gadis kecil itu menatap binar pada Luna.
Rara menatap kembarannya yang bersembunyi dibelakang Tasya. Ia menarik tangan Keano hingga Keano berdiri disampingnya.
"Maafkan Keano ibu pengasuh. Dia itu malu-malu. Namaku Rara, dan dia Keano. Kami kembar," sahut Rara riang sambil menerima jabatan tangan Luna.
Luna menatap gemas pada dua bocah itu. Yang satu tersenyum menampilkan deretan gigi yang rapi. Yang satunya lagi tersenyum dengan malu-malu.
......To be continue ......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Greenindya
Raisa
2024-05-19
3
LISA
Aq hadir y Kak 😊
2024-05-06
0