NovelToon NovelToon
SAY 'I Love You'

SAY 'I Love You'

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Cintamanis / Teen School/College / Slice of Life
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: Chichi

Ini adalah kisah dari beberapa karakter yang ditulis di satu novel.

Sebenarnya, apa itu Cinta dan bagaimana seseorang bisa saling mencintai? Bisakah dia menerima kekuranganku? Dan mampu kah aku menerima kekurangannya?

Mohon dukungannya ya teman-teman. Karya ini tidaklah sempurna tanpa saran dan komentar kalian♡

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chichi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ledakan

Hari ini, dosen tidak masuk kelas. Kami hanya diberi tugas harian dengan deadline paling lama minggu depan untuk mengumpulkan tugas individual itu.

Seperti yang dibecarakan sebelumnya, Khanza bersama anak-anak lain mengajakku menonton drama itu. Cuaca disini sungguh lebih panas dari kotaku. Aku melihat jam tangan. Masih pukul 11. 51. Acara kesenian itu, seharusnya sudah di gelar tadi pagi.

Kami sampai di depan aula falkultas kesenian. Kami tidak diizinkan masuk karena tidak memiliki undangan khusus.

Kami semua menoleh ke arah anak yang mengajak nonton.

"Aduh, aku mana tau kalau harus pakek undangan segala" Ucapnya.

Ah, sungguh membuang-buang tenaga. Aku melihat sekeliling aula. Aku baru sadar apabila disini begitu banyak minibus yang berjejer dan juga ada beberapa mobil yang terparkir rapi.

Aku berjalan seorang diri ke arah tempat duduk di dekat pohon glodokan tiang yang tinggi. Disini sejuk, meski semilir angin panas datang dari mobil-mobil itu yang di jemur.

Haah,...

Aku menghela napas melihat mereka yang terlihat seperti bertengkar dengan bahasa Jawa di teras aula. Resepsionis di sana juga terlihat kebingungan. Aku melihat ponselku masih jam 11. 59. Kemudian, membuka WhatsApp-ku. Menonton status mereka satu persatu. Hingga, Sekar membuat status disana.

Jaringanku loading.

Statusnya sekilas seperti foto. Mungkinkah, dia berfoto dengan Khanza.

Eh iya? Benar juga. Apa disini Khanza juga turut ikut lom-

BAAMMMMM!

PATSH!

Ledakan besar terjadi di dalam aula. Angin kencang langsung melesat dengan kuat hingga membuat ponselku terjatuh. BRAKKKKK! NIU-NIU-NIU

Gedung Aula itu runtuh. Kepulan asap hitam terlihat di depan mataku bersamaan dengan debu yang berhamburan ke udara. Alarm mobil berbunyi bergiliran.

Suara teriakan kencang dan tangisan terdengar keras dari dalam aula itu. Aku mengambil ponselku yang terjatuh. Layarnya pecah. Aku segera berlari ke arah teman-temanku yang sebelumnya berada di teras aula, memperdebatkan undangan itu.

Pandanganku seakan berkunang-kunang. Mereka tertindih di sana.

"FIRZA!" Panggilku berusaha mengangkat puing-puing bangunan itu yang roboh.

Rombongan orang datang dari segala arah. Tanganku bergetar melihat darah mengalir di tanah dari puing bangunan itu.

"Minggir, dek! Jangan apa-apain dulu!" Salah seorang datang, dia menarik lenganku. Dia menggunakan pakaian guru.

Ponsel wanita itu berdengung seperti tengah menelepon.

Ponselku bersuara, setelahnya.

[Sini-sini Khanza! Jangan malu. Hehe, dipakek aja bandonya]

Aku melihat layar ponselku yang pecah. Itu status WhatsApp Sekar. Dia ada di dalam gedung roboh ini bersama dengan Khanza yang menjadi salah satu pemeran yang menggunakan bando katak hijau.

Mataku terbelalak lebar. Jantungku berdentum dengan kencang. Telingaku tiba-tiba mendengung. Kerongkonganku terasa panas. Napasku perlahan menjadi sesak. Pandanganku perlahan menghitam.

Kakiku lemas, aku jatuh di tanah karena kepalaku tiba-tiba pening. Perutku mual.

"Tidak! Sekar pasti baik-baik saja di sana. Tenangkan pikiranmu, Gavin"

Aku menarik dan membuang napas dengan mulutku yang ku sekap dengan tanganku sendiri.

"Dik! Hei! Tarik napasmu dalam-dalam. Pak! Tolong pak!"

Tubuhku menjadi berat dan pandanganku langsung menjadi gelap.

...----------------●●●----------------...

Suara sirine dan suara orang-orang begitu berisik. Sekilas, pemandangan gedung aula falkultas kesenian runtuh lewat di ingatanku. Aku langsung membuka mataku. Masker oksigen porteble terpasang di hidungku. Langit begitu cerah dan tak menampakkan awannya sedikitpun.

Aku bangkit perlahan. Melepas masker oksigen itu.

Ambulan banyak dan berjejer di sana. Anggota-anggota berseragam polisi, tentara, perawat berada di sana. Tak tertinggal juga reporter yang meliput di dekatku.

Kepalaku pusing. Tanganku bergetar. Aku masih teringat dengan warna darah yang menjadi hitam putih mengalir dari teras aula. Aku melihat ponselku. Ini 45 menit kemudian setelah ledakan itu terjadi.

69 panggilan tak terjawab dari Vivian, Hendrik, dan Dani. Mereka mengkhawatirkanku. Aku mencoba menelepon salah satu dari mereka.

"TUT... VIN! LU KAGAK KENAPA? KENAPA KAN?!" Suara Vivian terdengar panik.

"Aku gak papa, maaf aku baru jawab panggilan kalian" Ucapku.

"ANJIR! LU NAPA KAGAK JAWAB! KITA DAH DI KERETA MENUJU TEMPAT LU. ASTAGA! Gua nangis gara-gara lu, anjir! Hendrik langsung kagak ada suara, waktu liat berita gedungnya hancur. Dani dari tadi over thinking dan dia marah-marah ke rektor yang ngizinin lu berangkat. Astaga. Tunggu kita di sana ya. Dah gua tutup. PIP!"

Aku melihat telapak tanganku yang bergetar. Aku kembali berdiri mencari kacamataku, memeriksa tasku dan menemukannya di dalamnya.

Aku berjalan ke arah relawan di sana. Banyak mahasiswa yang terluka parah dan beberapa dari mereka langsung dilarikan ke rumah sakit. Ada juga yang masih berteriak 'tolong-tolong' dari dalam reruntuhan itu.

Teras aula sudah bersih dan relawan mulai memasuki bagian dalam aula. Aku mencari Firza dan anak kelas yang tertimpa reruntuhan itu.

Penangung jawab prodi Pend. Bahasa Inggris ada di sana. Aku mendatanginya. Bertanya tentang Firza.

"Dia sudah dilarikan ke rumah sakit umum"

Di tangan kanan penangung jawab prodiku itu, terlihat dia memegang kertas tamu yang ku lihat di meja resepsionis sebelumnya. Kertasnya terlihat usang dan berdebu.

"Bu, apa saya boleh melihat kertas itu?" Tanyaku.

Rombongan relawan yang memasuki reruntuhan itu, keluar dengan membawa tandu.

"Oh, ini? Silahkan. Barangkali ada temen yang kau kenal" Ucapnya sambil memberikan kertas itu padaku. Namun, saat tandu itu lewat, tangan kiriku tiba-tiba di pegang seseorang.

Tangannya terasa basah dan dingin. Aku menoleh ke arahnya. Jantungku berdebar dengan kencang. Itu Khanza. Wajahnya penuh dengan darah.

Dia menarik tanganku dan aku terpaksa terbawa orang-orang pembawa tandu itu. Bibir Khanza berkecap sesuatu. Aku tak bisa mendengarnya. Suaranya terlalu pelan. Mata Khanza berlinang saat itu. Kondisi Khanza sungguh buruk. Aku melihat lengan Khanza yang kiri di ikat dengan kain. Mungkin, darah tak berhenti dari tangannya itu.

Pembawa tandu itu berhenti sejenak sebelum mereka memasukkan Khanza ke ambulan. Aku mendekatkan telingaku di dekat bibirnya.

"KHANZA!!!" Suara Elgard terdengar dari kejauhan. Aku melihatnya tanpa memindahkan kepalaku. Aku terkejut melihat Elgard dengan rambut pirang itu. Dia menggunakan setelan bagus. Dia terlihat seperti model.

"Sekar... dia masih di dalam.... tolonglah dia" lirihnya sambil meremas tanganku. Mata Khanza berair dan meneteskan air matanya di pipi.

Mataku terbelalak, melihat ke arah utara. Tepat di reruntuhan itu. Sekar ada di sana. Mereka belum menolong Sekar. Tanpa sadar, kertas di tanganku itu menyentuh tanah. Aku berlari menuju reruntuhan itu.

Namun, sosok berambut pirang itu menahan, menarik tanganku sebelum aku memasuki reruntuhan itu.

Aku melihat wajahnya dengan jelas. Dia memang Elgard. Namun, orang-orang di sekitarku memanggil dia dengan sebutan El Cearoz.

"Bodoh! Apa yang kau pikirkan?! Perhatikan langkahmu! Jangan sembrono!" Tegasnya.

Aku tak tau ekspresi apa yang ku keluarkan sekarang. "Sekar ada di dalam sana! Apa yang ku pikirkan lagi?!" Aku marah padanya yang menghalangi jalanku.

"Sekar?" Matanya yang beriris seperti warna savana itu, menoleh ke arah reruntuhan.

Dia melepas tanganku dan langsung berlari ke arah reruntuhan itu. Aku mengejarnya balik. Dia menelan ludahnya sendiri.

1
Introvert
Novel awal yang bagus
gua udah Vote, Vav, Rate, Thor

nyicil gua bacanya
ChiArt_27: Makasi kak, atas dukungannya
total 1 replies
Introvert
bagus ceritamu Thor. pembawaannya juga jelas dan tulisan yang rapih
Introvert
Sekar gadis baik meski memiliki kekurangan tak ada patah semangat
Archplanetes
Semangat thor🙌
Archplanetes
emang sakit sih, harus kuakui🗿
ChiArt_27: Apa lagi, kalau bolanya baru ya kak/Smile/
total 1 replies
Archplanetes
OH! NAMANYA SEKAR... astaga, aku lupa, udah lama gak baca :v

Sorry banget thor🙏
Archplanetes
Huft, syukurlah :v
Archplanetes
Waduh, perasaanku kok gak enak ya...
Archplanetes
Iya juga😂
Archplanetes
uhuk, dia anak laki2 kan? Masih masa pertumbuhan haha
Archplanetes
Waduh, berat banget. Tapi keren thor! Aku suka caramu membawakan ceritanya!!!
ChiArt_27: Hehe, terima kasih kak🙌
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!