Vindra adalah menantu yang tinggal di rumah keluarga istrinya dan selama itu juga, Vin selalu mendapatkan hinaan dan di rendahkan karena kastanya yang rendah.
Namun suatu hari, tanpa sengaja ia mendapatkan batu permata dan mengaktifkannya kembali yang membuatnya memiliki kemampuan medis dan berhasil menyelamatkan seorang anak yang berada diambang Kematian. Berkat pertolongannya membuat Vin mendapatkan black Card yang mampu mengubah hidupnya.
Bagaimana kisah Vindra, Mengubah hidupnya dari menantu hina menjadi Penguasa tak tertandingi bersama batu permata dan keahlian Medis yang dimilikinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dina Auliya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27. Gertakan Preman
Pagi-pagi Sifa sudah di hebohkan dengan bonekanya yang terlihat jelek, dia langsung menuduh Vin yang sudah merusaknya.
"Apa yang kamu lakukan dengan bonekaku, Sudah aku katakan jangan menyentuhnya. Tapi kenapa kamu masih saja merusaknya." ucap Sifa dengan marah.
"Aku tidak merusaknya, Boneka itu memang jelek, dan kamu terhipnotis dan melihat Boneka itu bagus padahal kan memang kelak." Jawab Vin yang tengah bersiap.
"Jangan membalikkan fakta Vin. Aku gak mau tau, kamu harus menggantinya dengan yang baru."
"Ya, baiklah aku kan membelikan yang baru untukmu, tapi setelah aku menjenguk ibu di pasar." jawab Vin.
"Pasar?! ngapain ibu di pasar?"
"Ibu jualan disana. Makanya aku ingin lihat kesana."
"Aku mau ikut."
"Ikut?! apa kamu yakin? ini pasar bukan mall."
"Aku tau, dan aku tetap akan ikut."
Vin pun akhirnya membawa Sifa yang kekeh ingin ikut menemui ibu angkatnya.
Tak lama mereka pun sampai dan Vin segera memarkirkan mobilnya di parkiran khusus roda empat. Sifa mengedarkan pandangannya dari dalam mobil, ia mengerutkan keningnya melihat realita pasar yang sesungguhnya. Bayangannya dia luar ekspektasi yang dia pikirkan sebelumnya.
"Ayo turun, katanya ingin bertemu ibu!" ajak Vin.
"Ini pasar?!" tanya Sifa tak yakin untuk keluar dari dalam mobil.
"Ya ini namanya pasar, bukan mall." ucap Vin dan segera keluar dari dalam mobil. Vin tak mengajak Sifa dan memilih berjalan Sendiri.
"Vin tunggu, jangan tinggalkan aku!" teriak Sifa dan segera menghampiri Vin yang berhenti untuk menunggunya. Sifa segera meraih lengan Vin dan berjalan di samping Vin menuju ke kios tempat ibu angkatnya berjualan.
"Bu." panggil Vin membuat Ningrum segera menoleh ke arah sumber suara, ia pun tersenyum melihat putra kesayangannya datang berkunjung ke kiosnya bersama sang istri.
"Kalian kemari?" tanya Ningrum. Sifa langsung tertarik dengan apa yang di jual ibu mertuanya itu.
"Ibu jualan apa? kelihatannya enak-enak." ucap Sifa membuat Ningrum tersentuh melihat menantunya yang anak orang kaya mau datang ke pasar.
Ningrum pun menjelaskan makanan yang di jualnya. Vin dan Sifa pun membantu ibunya berjualan yang terlihat cukup ramai.
Tak lama, saat kiosnya sepi tiba-tiba datang sekitar tujuh atau delapan preman pasar untuk meminta uang ke keamanan.
Braakkk!!!
Ketua preman itu menggebrak meja untuk menggertak agar Ningrum memberikan uang pajak uang yang dia mau.
"Serahkan uang keamanannya, atau akan aku hancurkan kios ini." bentak Ketua preman.
Vin memperhatikan satu persatu wajah para preman dan mengenali salah satu wajah dari beberapa preman tersebut, dia adalah Joni anak bungsu dari paman Tom.
"I-iya, tunggu sebentar." jawab Ningrum dan segera mengambil uangnya dari laci untuk diberikan kepada preman itu. Namun Vin segera menahan tangan Ningrum.
"Jangan berikan uang ibu. Biar aku yang mengurusnya." ucap Vin.
"Tapi nak."
Vin mendekati ketua preman tersebut, "Kalian butuh uang ya? aku akan memberikan kalian banyak uang, tapi dengan satu syarat, setelah ini jangan pernah lagi meminta uang keamanan kepada ibu ataupun kepada yang lain." ucap Vin, namun ucapannya diremehkan dan menertawakan Vin.
"Seberapa banyak kamu ingin memberikan kami uang? paling-paling seratus ribu."ucap mereka lalu terkekeh.
"Jangan banyak bacot, cepat berikan uang keamanannya atau aku obrak Abrik kios kalian."
"Jangan pernah menggertak ku, atau aku akan buat perhitungan dengan kalian." Vin segera mengeluarkan cek dari paman dom dan diberikan kepada ketua preman itu.
"Ini ambilah cek ini dan jangan pernah lagi muncul lagi disini."
Ketua preman itu segera menyambar cek tersebut untuk memastikan. Matanya terbelalak saat melihat jumlah uang yang ada dalam nominal, namun segera ketakutan saat melihat nama pemilik cek tersebut.
Ketua preman ini melirik Vin yang begitu santai dan sedang memperhatikan ekspresi preman itu dengan jumlah uang yang ada dalam cek tersebut.
"Tidak, aku tidak bisa menerima cek ini. " ucap ketua preman lalu menyerahkan cek itu kepada Vin kembali." Membuat anak buahnya tercengang melihat apa yang dilakukan ketuanya.
"Kenapa kamu kembalikan? apakah jumlahnya kurang?"
"Bos apa yang bos lakukan, kenapa menolak cek itu? kita bisa senang-senang bos dengan menggunakan uang itu." ucap salah seorang anak buahnya.
"Diam kalian, lebih baik aku kembalikan cek ini. Aku masih belum ingin mati konyol hanya kerena ini." ucap Ketua preman membuat yang lain kebingungan.
"Ambillah, kalian butuh uang keamanan kak."
"Tidak aku tidak bisa mengambilnya."
"Vin apa yang kamu lakukan, jangan mengerjai mereka, lebih baik cepat kasih uang dan biarkan mereka pergi. Jangan buat Masalah terus Vin." ucap Sifa yang sudah tidak tahan melihat Vin mempermainkan preman tersebut.
"Aku sudah memberikan apa yang mereka mau, bahkan jauh lebih besar tapi dia terus saja menolaknya. Aku tidak mengenai mereka." Saut Vin.
Vin yang sedari tadi begitu santai tiba-tiba langsung menggertak ketua preman tersebut.
"Kalian sudah membuat kesalahan dengan datang di waktu yang tidak tepat. Aku akan memberi pelajaran untuk kalian para preman kencur seperti kalian." gertak Vin.
Mereka tak terima dengan ucapan Vin dan ingin menyerang Vin namun dengan segera ke tua Preman itu berlutut di kaki Vin. Melihat apa yang di lakukan ketuanya membuat yang lain semakin marah, marah kepada ketuanya.
To be continued ☺️☺️☺️
cuma nma2 nya aja yg beda ini versi indonesia tpi uang nya macam doktter lukas pke mode M M an