Nasib malang menimpa Celine Violetta Atmadja. Baru saja dia berkabung kerena meninggalnya sang ayah, dia justru diusir oleh Ibu dan juga saudara tirinya. ternyata selama ayahnya sakit keras, mereka sudah membalik nama semua aset kekayaan milik keluarga Atmadja menjadi milik mereka. Untuk itu, Celine tidak mempunyai pilihan selain pergi dari sana.
Tapi bukan berarti Celine akan diam saja. Dia bersumpah akan membalas ibu dan saudara tirinya itu. Apapun akan dia lakukan, termasuk menikah dengan pria cacat yang kaya untuk membalas mereka.
Nicholas Arian Dirgantara, CEO tampan yang bernasib tragis. Dia harus duduk di kursi roda setelah kecelakaan hebat yang menimpa dirinya 2 tahun yang lalu. Karena hal itu juga, kekasihnya berselingkuh dengan sahabat Nick
Semenjak saat itu, Nick menjadi pria yang agresif. Kondisinya yang tidak bisa berbuat apa-apa membuatnya mudah marah. Hingga suatu hari, ibunya datang membawa seorang wanita yang akan menikah dengannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutzaquarius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 Permintaan Celine
Celine dan pelayan, kini sampai di rumah Nicholas. Sebelumnya, dia meminta pelayan untuk tidak mengatakan pada Nicholas atau siapapun tentang apa yang telah terjadi di pusat perbelanjaan tadi. Baru setelahnya, mereka menuju dapur dan mulai menyusun belanjaan mereka di kulkas.
Celine juga membantu para pelayan untuk menyiapkan makan siang. Dia juga berinisiatif membuat kue yang akan diberikan pada Nicholas nantinya.
Cukup lama mereka berkutat di dapur. Hingga makan siang sudah matang dan tersaji di meja makan. Kue buatan Celine juga sudah keluar dari oven dan dia meminta pelayan untuk menyajikannya. Dia juga meminta pelayan membagikan sebagian kue tersebut pada para pelayan karena dia memang membuat kue lebih banyak.
"Akhirnya selesai juga. Sekarang saatnya untuk mandi." Celine pergi ke kamar dan menyerahkan sisanya pada pelayan. Tapi saat dia masuk ke kamar, dia tidak menemukan Nicholas di sana. Dan hal itu membuatnya merasa lega. Dia bergegas ke kamar mandi dan menyelesaikan ritual mandinya.
Celine memilih mandi dibawah shower. Untuk sesaat dia terdiam dibawah guyuran air. Dia teringat tentang ayahnya dan perlakuan Soraya padanya. Bahkan hinaan Indira masih terngiang-ngiang diingatnya.
Tanpa terasa. airmata Celine menetes . Dia menangis terisak dibawah guyuran air shower. "Daddy!!! Hiks ... hiks... Daddy!!" isaknya memukul dadanya yang terasa sesak.
Celine mematikan shower dan membalut tubuhnya menggunakan bathrobe. Dia berdiri di depan cermin wastafel dan menatap dirinya yang menyedihkan.
"Aku tidak boleh bersedih. Aku harus kuat agar tidak ada orang yang meremehkan ku apalagi menindas ku." ucapnya bermonolog. Dia menyipitkan matanya dan mendekatkan wajahnya ke cermin.
"Ck..." Celine berdecak kesal karena tamparan Indira meninggalkan bekas di pipinya.
"Bagaimana aku menutupinya?" Celine memikirkan cara agar bekas tamparan Indira tidak terlihat. Bisa gawat jika Nicholas tahu. Dia pasti akan bertanya ini itu. Tapi, apa pedulinya? Nicholas pasti akan acuh tak acuh dengan apa yang terjadi padanya.
"Huh... Mungkin bisa ditutupi dengan makeup." Celine mengendap-endap keluar dari kamar mandi. Dan saat melihat tidak ada siapapun di kamar, dia bergegas berganti baju dan memakai makeup tipis untuk menutupi bekas tamparan Indira.
"Huh.. Sudah selesai. Sekarang saatnya melayani suamiku." Celine terdiam sejenak. Suami? Hah... Dia jadi teringat ciuman panas mereka tadi pagi. Dia menyentuh bibirnya, dan hisapan lembut Nicholas masih terasa di sana.
"Astaga, apa yang aku pikirkan?" ucapnya merutuki kebodohannya. "Lupakan Celine!! Lupakan!! Walaupun itu memalukan, tapi bersikaplah seolah tidak terjadi apa-apa. Lagipula, Nick juga terlihat biasa saja. " gumamnya.
Ya, bagi Nicholas, ciuman tadi pagi pasti tidak berarti apa-apa. Seperti yang dikatakan Rian, pria bisa melakukannya tanpa cinta sekalipun. Huh... Sepertinya Celine terlalu berharap lebih.
"Tidak apa-apa, Celine. Ingat saja tujuanmu." ucapnya menyemangati diri sendiri. Dia beranjak dan pergi mencari Nicholas untuk mengajaknya makan siang. Dia bertanya pada pelayan tentang keberadaan Nicholas yang ternyata ada di ruang kerjanya.
"Ruang kerja? Apa dia masih bekerja walaupun keadaannya seperti itu?" gumam Celine dalam hati. Tapi jika diingat-ingat, Keluarga Dirgantara adalah keluarga kaya. Bahkan Nicholas bisa membangun mimpinya tanpa bantuan nama besar ayahnya. Jadi selama dia sakit, siapa yang meneruskan pekerjaannya? Pikir Celine
Tidak ingin terlalu memikirkannya, Celine mulai mengetuk pintu ruang kerja Nicholas.
Tok Tok Tok
"Masuk!!"
Celine menghela nafas panjang dan membuka pintu setelah mendapat ijin dari si empunya.
"Kau masih sibuk?" tanya Celine
"Ada apa?" tanya Nicholas tanpa menatap Celine. Dia terlihat serius membaca sesuatu yang ada di depannya. Entah apa itu, tapi sepertinya itu berkas penting.
"Makan siang sudah siap. Kau ingin aku bawakan kemari atau....."
"Kita makan di sana saja " ucap Nicholas menyela.
Celine bergegas membantu Nicholas dengan mendorong kursi rodanya ke ruang makan. Di sana, Celine melayani suaminya itu seperti biasa. Hanya saja, Celine terlihat menunduk dan enggan menatap Nicholas karena malu jika mengingat apa yang sudah dia lakukan tadi pagi.
"Apa kau bersenang-senang?' tanya Nicholas tiba-tiba
"A-apa?"
"Apa yang kau beli?" tanya Nicholas lagi
"Ah iya." Celine teringat dengan alat pijat yang dia beli. Dia mengambilnya dan memberikannya pada Nicholas . "Ini."
"Apa ini?" tanya Nicholas. Dia membuka paper bag yang berisi alat pijat. Dia mengerutkan keningnya dan menatap Celine seolah bertanya untuk apa dia membeli itu?
"Ini alat pijat untuk melatih otot-otot di kakimu. Ya walaupun itu mustahil tapi tidak ada salahnya mencoba. Kau bisa memakainya saat malam hari atau saat kau beristirahat. Dan aku ingin kau kembali melanjutkan pengobatan mu dan juga melakukan terapi."
Deg
Nicholas terdiam sesaat. Dia meletakkan alat pijat itu di meja dan pergi begitu saja.
"Nick!!" panggil Celine. Tapi Nicholas seolah menulikan telinganya. Dia terus menggerakkan kursi rodanya masuk ke kamarnya.
Celine menghela nafas panjang. Apa dia salah bicara lagi? Pikirnya. Tapi tidak ada salahnya mencoba, kan. Celine meminta pelayan untuk membereskan meja makan sedangkan dia menyusul Nicholas ke kamar.
"Nick!!" Celine melihat Nicholas yang lagi-lagi menatap keluar jendela kamarnya. Dia mendekat dan jongkok didepan Nicholas.
"Kenapa? Kau tidak mau?" tanya Celine
"Tidak perlu repot-repot membujukku, karena aku tidak akan melakukan hal itu lagi." Nicholas menatap Celine dan kembali berkata, "jangan melakukan hal yang sia-sia. Setelah tujuanmu tercapai, kita bercerai saja dan kau tidak akan lagi terikat pernikahan dengan pria cacat seperti ku."
Deg
Hati Celine tercubit mendengar kata cerai dari Nicholas. Semudah itu Nicholas mengeluarkan kata cerai. Apa dia ingin mempermainkan pernikahan? Ya, dia akui jika mereka menikah karena terpaksa, dan tidak ada cinta diantara keduanya. Tapi apa harus bercerai secepat itu? Dia merasa seperti orang yang jahat yang hanya memanfaatkan orang lain demi mencapai tujuannya. Dan setelah dia mendapatkan apa yang dia inginkan, dia pergi begitu saja.
"Ada apa? Kenapa kau menatapku seperti itu?" tanya Nicholas
"K-kau ingin bercerai? A-apa karena aku tidak pantas untukmu?" lirih Celine
Nicholas terdiam. Kenapa wanita itu berkata seperti itu? Harusnya dia yang berkata jika dirinya tidak pantas untuknya karena keadaannya yang cacat.
"Baiklah. Jika itu maumu. Kita akan bercerai. Tapi, ijinkan aku merawat mu. Maksudku, kita coba sekali lagi pengobatan yang sempat terhenti. Aku janji akan selalu di sampingmu, aku akan membantumu sampai kau sembuh. Aku....."
"Berapa kali aku bilang, jangan melakukan hal yang sia-sia!!" teriak Nicholas
Celine tersentak, kedua matanya mulai berembun. Entah keberanian dari mana, tiba-tiba dia memeluk Nicholas. "tidak ada yang sia-sia selama kau percaya. Aku mohon, kali ini saja. Ijinkan aku membantumu. Lagipula, apa kau tidak mau membalas orang-orang yang sudah menyakitimu?"
"Membalas?"
"Iya," Celine mengurai pelukannya. "Membalas dua orang yang menghinamu. Apa kau tidak ingin melakukannya? Buktikan pada mereka jika kau bisa bangkit. Buat mereka jera dan tidak bisa menghinamu lagi." Celine mengusap bahu Nicholas, "kau mau, kan?"