Anaya tak pernah menyangka hidupnya sebagai seorang gadis yatim bisa berubah drastis dalam satu malam. Tanpa pilihan, ia harus menikah dengan pria yang bahkan tak pernah terlintas di pikirannya.
Akmal, CEO muda yang tampan dan bergelimang harta, harus menelan pahitnya pengkhianatan saat calon istrinya membatalkan pernikahan mereka secara sepihak.
Takdir mempertemukan keduanya dalam ikatan yang awalnya hampa, hingga perlahan benih cinta mulai tumbuh. Namun, ketika kebahagiaan baru saja menyapa, bayang-bayang masa lalu datang mengancam, membawa badai yang bisa meruntuhkan rumah tangga mereka.
Mampukah Anaya mempertahankan cintanya? Ataukah masa lalu akan menghancurkan segalanya?
Baca kisahnya hanya di "Mendadak Jadi Istri Miliarder"
Yuk ikuti kisah mereka...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moms TZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18
°
°
°
Flashback on
Siang itu menjelang istirahat makan siang, Anaya mendatangi kantor Bagaskara Group untuk menemui Risna, mantan calon istri Akmal.
Setiba disana, Anaya lekas menghampiri resepsionis dan mendapatkan sambutan ramah, karena keduanya sudah saling mengenal. "Mau ketemu siapa, Kak?" tanya resepsionis dengan tersenyum.
"Aku ingin ketemu Risna Adriana, dari divisi keuangan," jawab Anaya.
Resepsionis menjawab, "Sebentar lagi istirahat, pasti Mbak Risna keluar sama teman-temannya, Kakak tunggu saja."
Dan benar saja, orang yang baru saja dibicarakan tampak keluar dari lift bersama kedua temannya. Anaya segera menghampirinya.
Dengan tersenyum ramah, Anaya menyapa, "Hai... Mbak Risna! Bisa kita bicara?"
Risna tampak terkejut melihat kedatangan Anaya dan menyapa dirinya. Dia terdiam beberapa saat sambil menatap kedua temannya. Setelah mendapatkan anggukan dengan canggung Risna bertanya, "Mau bicara apa denganku?"
"Lebih baik kita bicara sambil makan siang, agar bisa memanfaatkan waktu dengan baik, bagaimana?"
Risna mengangguk setuju. "Baiklah."
"Mbaknya boleh ikut kalau takut Mbak Risna kenapa-napa," cetus Anaya, wajahnya masih menampilkan senyuman ramah.
Kedua teman Risna, yakni Nola dan Wina mengangguk setuju. Maka mereka berempat langsung bergegas keluar dari kantor Bagaskara group menuju tempat makan yang dekat dengan kantor.
Usai makan, Anaya langsung membuka percakapan. "Maaf sebelumnya jika aku kepo dengan urusan pribadi Mbak Risna. Akan tetapi, ini penting agar aku bisa mengambil sikap untuk menghadapi seseorang."
Risna mengerjap, ia tidak mengerti maksud perkataan lawan bicaranya. "Lalu apa hubungannya denganku?"
Anaya mengangkat tangannya ke atas meja dan menatap Risna dengan serius. "Mbak Risna kenal dengan Khanza?"
Deggg
Wajah Risna tampak menegang, dia menggosok tengkuknya berulang kali, dengan gelisah. Risna meremat jemari tangannya untuk menutupi rasa gugupnya.
Semua itu tertangkap oleh mata tajam Anaya, lalu melanjutkan pertanyaannya, "Apa gagalnya pernikahan Mbak Risna dengan Mas Akmal, ada campur tangan dia?"
Risna menunduk, suaranya pelan. "Aku tidak ingin membicarakan masa lalu."
Anaya meraih tangan Risna dan menggenggamnya, mata mereka bertemu. "Tapi aku perlu tahu, Mbak. Apakah benar, Khanza yang berada di balik semua ini?"
Risna menghela napas dalam-dalam dan akhirnya mengangguk. "Iya, dia selalu menekanku, dan mengancamku. Dia juga bilang bahwa dia kekasih Mas Akmal yang tidak direstui oleh Ayah Bunda."
Anaya menutup mulutnya dengan mata membulat. Dia menggelengkan kepala tak percaya. "Astaghfirullah... benar-benar licik dia. Dan sekarang dia berada di rumahku, membuat ulah dan selalu mencari perhatian Mas Akmal."
Anaya terdiam matanya menatap Risna serius. "Apa Mbak Risna bisa membantuku. Maksudku, bukan aku ingin menyatukan kembali Mbak Risna dengan Mas Akmal, bukan!"
Anaya menangkupkan kedua tangannya di dada. "Karena bagiku pernikahan bukan permainan. Jadi, maaf..." Anaya tersenyum lembut.
Risna membalas tersenyum. "Iya, aku mengerti. Mungkin kami memang tidak berjodoh. Lalu apa yang bisa aku bantu?"
Anaya berkata dengan serius, "Aku mengundang Mbak Risna datang ke rumahku besok. Aku ingin membuat Khanza jera dan mengakui perbuatannya. Aku sangat mengharapkan kedatangan Mbak Risna dan kita bisa berteman."
Anaya mengulurkan tangannya dengan tersenyum hangat. Risna mengerjapkan mata tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Dia menatap tangan Anaya lalu ragu-ragu menyambut uluran tangan tersebut. Namun hal tak terduga terjadi, Anaya menariknya dan memeluk dengan hangat.
Keduanya melerai pelukan, lalu Risna berkata dengan keyakinan penuh. "Baiklah, aku akan datang dan membantumu."
Flashback off
°
"Assalamualaikum," Risna mengucap salam saat mencapai depan rumah Akmal. Risna merasakan sedikit sesak di dadanya, melihat rumah yang seharusnya menjadi miliknya kini dihuni Akmal bersama orang lain.
Anaya, dengan senyum cerah, menyambutnya. "Waalaikumsalam, masuk yuk! Tidak usah sungkan." Dia menarik lengan Risna, mempersilakannya masuk.
Risna melangkah masuk ke dalam rumah, matanya memandang sekeliling ruangan yang pernah menjadi impian hidupnya. Setiap sudut, setiap benda, membangkitkan kenangan pahit.
Sedangkan di balkon, Akmal benar-benar terkejut melihat kedatangan Risna ke rumahnya. Pikirannya langsung dipenuhi berbagai pertanyaan. Sambil menggendong Baby Zay, Akmal bergegas turun diikuti Arbi yang terheran-heran melihat sikap sahabatnya.
Akmal berdiri terpaku di ujung tangga, ternyata benar penglihatannya tidak salah. "Nay...?"
Anaya memperhatikan reaksi Akmal, lalu mendekati suaminya dan berkata dengan lembut. "Aku yang mengundang Mbak Risna kemari, Mas."
Akmal terlihat bingung, matanya berpindah antara Anaya dan Risna. "Apa maksudnya?" tanyanya pelan.
Anaya tersenyum. "Aku ingin kita berdamai dan melupakan masa lalu."
Akmal terdiam, konflik batinnya terlihat jelas. Anaya memegang tangannya. "Mas, kita harus melepaskan masa lalu dan melangkah ke depan."
Risna menatap Akmal dengan tersenyum pahit. "Anaya benar, Mas. Masa lalu sudah berlalu. Tidak ada gunanya menyesali semuanya. Aku ingin meminta maaf, Mas. Aku yang salah telah mengacaukan semuanya."
Akmal menatap Risna sejenak, lalu beralih memandang Anaya yang memegang tangannya. "Kalian berdua benar," katanya pelan. "Masa lalu memang sudah berlalu. Tapi, Risna, aku perlu tahu, apa yang membuatmu membatalkan pernikahan kita dulu?"
Risna menghela napas dalam-dalam, mempersiapkan diri untuk mengungkapkan kebenaran.
"Khanza terus menterorku, menekan dan mengancamku, Mas. Dia bilang kalau dia sebenarnya kekasih kamu yang tidak mendapat restu Ayah dan Bunda. Bahkan dia bilang akan menghancurkan semua yang dekat denganmu."
Mendengar penuturan Risna, emosi Akmal serasa meledak. Dia bahkan langsung menggedor pintu kamar tamu yang ditempati Khanza. Namun tidak ada respons dari dalam. "Khanza...!!!"
Adzana dan Ersa serta Arbi melangkah mendekat, mereka terkejut dan bertanya-tanya tentang tentang apa yang terjadi.
"Khanza...! Keluar kamu...!!! Kalau tidak, aku akan mendobrak pintunya!" Akmal berteriak dengan emosi yang telah menguasai aliran darahnya.
Adzana dan Arbi naik ke atas membawa anak mereka, sementara Ersa masih diam di tempatnya ingin tahu apa yang akan terjadi selanjutnya dengan tikus kecil itu.
Mendengar suara keributan, Khanza keluar dari kamar dengan kekesalan di wajahnya. "Ada apa lagi sih, berisik banget!" Lalu ia memalingkan wajahnya dan melihat Risna berada tepat di hadapannya. Khanza terkejut lalu mulai memahami situasi dan memainkan perannya.
Melihat Khanza bertingkah menjengkelkan, membuat Akmal geram. "Khanza, jawab dengan jujur! Apa kamu yang berada di balik batalnya pernikahanku dengan Risna? Jawab!!!" Suara Akmal menggema di udara memenuhi ruangan.
"Kak Akmal, aku hanya ingin melindungimu, karena Risna hanya berasal dari keluarga biasa dan tidak pantas untukmu. Dia pasti akan memanfaatkan hartamu saja," sahut Khanza tanpa rasa bersalah.
Anaya berdiri di antara mereka dan menenangkan. "Cukup! Mari kita berbicara dengan kepala dingin."
Akmal menatap Khanza, dan berkata dengan pandangan mata kosong. "Apa kau tahu akibat dari perbuatan kalian? Berapa kerugian yang harus ditanggung keluargaku? Tapi itu tidak sebanding dengan rasa malu yang akan keluargaku terima."
Anaya meraih tangan Akmal dan menggenggamnya dengan lembut, memberikan kehangatan dan ketenangan. Akmal menatap Anaya dengan penuh cinta. "Nay, terimakasih telah bersedia menikah denganku, meskipun kamu tidak tahu siapa calon suamimu. Terimakasih atas ketulusanmu padaku. Maukah kamu merajut hari esok denganku dan kita menua bersama?"
"Tidak....! Kalian tidak boleh bersama, hanya aku yang pantas bersamamu dan bukan dia...!!!"
Plok plok plok
Semua mata beralih menatap ke arah pintu.
°
°
°
°
°
Haduuuhhh, ntar dulu atur napas biar gak tegang😊
untuk apa melihara ular beludak sampai tua begitu hibgga kau tak pernah menikmati surga dunia
cinta seiring waktu karena berada dalam takdir pernikahan yang mengejutkan. Anaya dan Akmal bisa melewatinya💘
astaga khanza /Joyful//Joyful//Facepalm//Facepalm/
mau ketawa tkut dosa/Sob//Sob//Sob//Joyful//Joyful//Joyful/