menikah sebab perjodohan orang tua. namun setelah hampir delapan tahun belum di karuniai seorang anak.
hingga akhirnya suatu hari sebuah kenyataan membuat hati seorang istri merasa sangat tersakiti.
di antara percaya atau tidak.
simak cerita selengkapnya di cerita ya gaes
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pengagum Rahasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 30
"Bu Rani..." panggil seseorang di balik pintu dengan suara yang pelan.
Rani terdiam, telinga nya fokus mendengar suara lirih yang sepertinya tidak asing.
"Bu... tolong." lirih lagi suara itu.
Rani langsung beranjak ingin membuka pintu tapi di hentikan oleh bik Surti.
"non, jangan non. gimana kalau itu hantu" ucap bik Surti takut-takut.
"enggak bik, Rani kayak kenal sama suaranya"
"tapi non...."
Namun Rani tak peduli dan tetap mendekati pintu. Ia sangat yakin dengan pendengaran nya, ia kenal suara itu dan dugaan nya tak mungkin salah.
ceklek...
"Bu Rani...." ucap seseorang memandang Rani, wajah nya pucat, tubuhnya basah kuyup sebab terguyur hujan yang sangat deras.
"ya Allah Santi!" seru Rani melihat keadaan Santi yang kacau.
Ya, Rani sudah menduga bahwa itu adalah Santi. Suara nya sama, beberapa hari ini ia sering mendapati salah satu guru nya itu melamun dan diam-diam menghapus air matanya. Setiap kali di tanya akan menjawab baik-baik saja. Dan sekarang, ia datang dalam keadaan yang kacau. pasti telah terjadi sesuatu.
"buuu.... Huuuu....."
Santi langsung memeluk tubuh Rani, menumpahkan segala kesedihan yang selama ini ia pendam. Awalnya ia berpikir bawah ia pasti bisa menghadapi segala masalah nya, tanpa bercerita atau pun berkeluh kesah. Karena memang ia tidak memiliki teman perempuan disini dan jika ingin bercerita dengan kepala sekolah nya itu ia merasa sungkan, sebab ia merasa masalah nya ini memalukan.
Rani membalas pelukan Santi, tak peduli bajunya akan ikut basah kuyup. Tapi, Rani tahu bahwa saat ini Santi sedang membutuhkan sandaran dan sebuah pelukan. Di biarkan nya gadis itu menangis dalam peluk nya. Rani mengusap lembut punggung yang sedang terisak-isak itu. Memberikan tempat ternyaman untuk gadis yang perasaan nya sedang tak baik-baik saja.
Sementara bik Surti yang melihat seorang yang dirasa manusia sebab orang itu bisa bersentuhan dan memeluk Rani akhirnya memutuskan mendekat. Ia mendengar seorang gadis yang sedang menangis dalam pelukan nona nya itu.
Seperti tau keadaan, bik Surti kembali ke belakang untuk mengambil sesuatu. Dan beberapa saat sudah kembali dengan membawa dua handuk tebal.
"non" panggil bik Surti.
Rani menoleh, ia menerima handuk yang di sodorkan oleh bik Surti kemudian menyelimut kan pada punggung Santi.
"pakai lah ini dulu San" ucap Rani lembut.
Santi yang perasaan nya memang sudah sedikit lebih baik melepas pelukan nya kemudian meraih handuk yang sudah ada di punggung nya. Ia memandang baju Rani yang ikut basah kuyup sebab ia langsung memeluk nya.
"maaf Bu, baju ibu jadi ikutan basah" ucap Santi dengan suara parau. Tangan nya memilin ujung handuk yang tersampir, perasaan nya sungguh sangat kacau saat ini.
"tidak apa-apa, sekarang masuk lah bersama jika Surti. ganti pakaian mu dengan baju ku agar kau tidak masuk angin" jawab Rani lembut sembari mengusap bahu gadis yang dari sorot matanya tersimpan kesedihan.
"mari mbak Santi." ucap bik Surti.
"baju ganti non udah bibik siapin di kamar. Non juga cepet ganti baju biar ngga masuk angin. Katanya lusa mau ke kota" nasihat bik Surti sebelum benar-benar berlalu.
"iya bik. makasih ya. bilang sama Santi setelah ganti baju suruh ke kamar Rani"
"siap non"
bik Surti pun kemudian menyusul Santi yang sudah lebih dulu berlalu. Santi memang sudah sering ke rumah Rani, maka dari itu ia sudah tau dimana letak kamar bik Surti. Karena dari semua bagian di rumah ini hanya kamar pribadi dan ruangan belajar Rani saja yang belum pernah ia masuki. Sebab Rani tidak mau ruangan privasi nya di masuki orang lain, meskipun itu bik Surti. Untuk membersihkan pun Rani sendiri yang membersihkan nya.
Setelah lima belas menit, Rani sudah duduk di pinggiran ranjang kamarnya. Ia tengah menunggu Santi. Tak lama terdengar ketukan pintu dan Rani yang sudah tau siapa yang mengetuk pintu langsung menyuruh orang itu masuk. Ternyata itu adalah Santi, di tangan Santi ada nampan dengan dua gelas susu hangat.
"Santi, kenapa ngga nyuruh bik Surti aja" ucap Rani menghampiri Santi kemudian mengambil alih nampan itu dan meletakkan nya di nakas samping ranjang nya.
"duduk lah di sini" ucap Rani lagi menepuk tempat tepat di sebelah nya.
Santi yang semula berdiri pun kemudian manut dan duduk di samping Rani. Rani memandang wajah Santi yang terlihat sendu dan sembab. Dapat di pastikan jika gadis manis itu sering menangis.
"kau tak ingin bercerita?" tanya Rani pelan.
Santi menoleh ke arah Rani, menatap bola mata indah yang selalu menatap dengan penuh kasih sayang, wajah cantik yang selalu di kagumi oleh semua orang. Tutur kata yang lembut yang mampu menghipnotis setiap orang yang berbicara dengan nya. Santi meremat tangan nya, bagaimana pun jika di bandingkan mereka berdua adalah perbandingan yang sangat jauh. ibarat langit dan bumi, jika Santi ingin seperti Rani maka sama saja ia akan menjadi seperti pungguk yang merindukan rembulan.
"San"
Tepukan pelan itu membuat Santi menoleh ke arah lain kemudian menghapus air mata yang tiba-tiba menetes. Sebenarnya ia sangat iri kepada Rani yang terlihat sangat sempurna bagi kaum wanita. tapi Rani tak berani marah atau pun menunjukkan nya secara langsung sebab bagaimana pun wanita di samping nya lah yang sudah menolong nya tiga tahun lalu.
"kau sedang membandingkan dirimu dengan diriku? kenapa?"
Santi semakin tertunduk semakin dalam, sebenarnya tak apa jika Rani sangat cantik dan terlihat sempurna. Namun, apakah bisa jika pujaan hatinya juga tidak menyukai Rani. Itu sangat menyakitkan untuk Santi.
"tak perlu membandingkan San, sebab kau pun istimewa dengan segala yang kau punya. Kau beruntung memilih kisah yang lebih indah dari pada aku."
Santi menatap Rani dengan mata berkaca-kaca, ia menggelengkan kepalanya ketika mendengar ucapan Rani. Beruntung? Bahkan saat ini Santi merasa ingin Bu*nuh diri saja.
"istirahat lah"
Rani merebahkan tubuhnya kemudian menutup selimut sebatas dada. Santi pun ikut merebahkan tubuhnya di samping Rani. Sungguh gadis itu berharap bahwa malam ini akan mengalami mimpi indah yang selama beberapa terakhir tak pernah ia dapat kan.
"San, yang kau ketahui adalah kisah baik ku selama tiga tahun ini. Kau tak pernah tau dengan kisah ku tiga tahun lalu. Jadi jangan pernah membandingkan dirimu dengan ku, sebab itu hanya akan menyakiti dirimu." ucap Rani menatap langit-langit kamarnya.
Ia pun memejamkan matanya mencoba menyelami mimpi indah yang belum pernah menghampiri nya. sedang Santi terpaku dengan ucapan Rani.
memang benar apa yang di katakan Rani, Santi terlalu melihat Rani yang sekarang bukan yang masa lalu. Tapi, apa yang telah terjadi pada Rani tiga tahun lalu?
samawa....
pnysln mmng sllu dtng trlmbat ,hrsnya mnkmti msa tua brsma kluarga mlh hrs hdp d pnjra...
smga pa bewok bnr2 tobat....