Catherine, seorang psikolog berbakat dengan kemampuan membaca pikiran, selalu mengira bahwa bakatnya akan melindunginya dari kebohongan dan manipulasi. Namun, semuanya berubah ketika dia bertemu Leo, seorang pria misterius yang pikirannya bisa dia baca, tetapi perasaannya tetap menjadi teka-teki. Apa yang Catherine tidak tahu, Leo adalah kakak dari mantan kekasihnya—seorang pria yang menyimpan dendam karena kematian adiknya.
Dulunya, adik Leo adalah kekasih Catherine, yang sakit hati dan bunuh diri. Leo, yang mengetahui kemampuan Catherine, bertekad untuk membalas dendam dan menghancurkan hidupnya. Dengan kecerdikannya sebagai mafia, Leo dengan sengaja memanipulasi pikiran Catherine, membuatnya terjebak dalam permainan pikiran yang semakin dalam dan penuh misteri.
Namun, rencana Leo terancam gagal saat ia mulai merasakan cinta yang tulus kepada Catherine.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leona Night, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mati Rasa
Cathy’s POV
Penderitaan terbesarku dalam hidup ini terjadi saat Istri Don menamparku dalam kamar villa itu. Sungguh aku tidak mampu lagi menanggung malu, aku merasa duniaku runtuh seketika. Aku ingin lari sembunyi entah kemana, atau…lebih baik aku mati saja.
Dilambari perasaan jengkel pada diri sendiri aku mulai mengiris iris tanganku, setelah itu aku kembali tak sadarkan diri. Ketika aku sadar aku sudah berada di ICU dan berbagai alat bantu kehidupan menancap di tubuhku. Aku merasa diriku beku sehingga aku tidak tahu lagi apakah aku masih hidup atau sudah lama mati. Intinya aku hanya bisa diam dan tidak punya rasa apa apa lagi.
Setelah kejadian itu, aku mendapat terapi dari seorang psikiater dan pengawasan ketat dari Leo. Aku tidak lagi pegang ponsel, tidak ada lagi benda tajam, semua tas diperiksa dan aku tidak diperkenankan bawa apapun yang bisa mengulang kejadian bunuh diri itu. Aku heran mengapa Leo Care pada kondisiku? Aneh. Seharusnya dia biarkan saja aku mati.
Hari ini aku keluar dari Rumah Sakit dan kembali ke penjara mewah Leo. Entahlah bisakah aku berada di kamar itu lagi setelah peristiwa itu. Aku tidak tahu. Tepat pukul 9 pagi teman Leo bernama Mark menjemputku. Dia akan mengantarku kembali ke Mansion jahanam itu. Seorang perawat masuk dan mengantar Mark masuk.
“Halo Cathy, apakah kau sudah siap?” tanya nya
Aku hanya melirik saja dan berkata,” Kau akan bawa aku lagi ke rumah Jahanam itu?”
“Maaf, Leo tidak bisa menjemputmu karena ada janji dengan seseorang . Tapi dia menunggu mu di rumah.” kata Mark
“Buat apa dia menungguku? Aku sudah tidak layak sebagai Istrinya.”
“Jangan begitu. Leo lah yang menemukanmu dan membawamu ke Rumah Sakit ini, hingga nyawamu tertolong,”
“Buat apa dia menyelamatkan nyawaku? Aku sudah tidak ingin hidup,”
“Cathy, ketika alam masih memberikanmu kesempatan hidup, syukuri lah itu. Kita tidak pernah tahu apa makna dibalik ini. Tapi setidaknya siapa tahu kau punya kesempatan kedua untuk hidup lebih baik setelah ini,”
Aku meneteskan air mata dan berkata pada Mark,” Aku tidak tahu apa itu hidup lebih baik. Aku bahkan tidak ingat mengapa aku bisa ada di kamar itu bersama Don dalam kondisi yang tidak pantas. Aku hanya minum anggur merah, lalu aku tidak tahu apa yang terjadi setelahnya. Buat apa hidup dengan otak yang tidak bisa ingat apapun tentang apa yang kita lakukan?”
“Suatu saat kau akan tahu segalanya. Namun saat ini kau hanya punya tugas bertahan, Cathy.”
“Bertahan pada apa? Aku dan Leo hanya menikah kontrak, yang itu pun aku tidak tahu untuk apa? Dia melunasi hutang ku pada rentenir yang dia kenalkan. Lalu untuk apa? Aku tidak paham. Toh dia tidak mencintaiku.”
Marks menghela nafas panjang,” Kadang hidup memang terasa tidak adil. Namun yakinlah tidak ada yang abadi. Suatu saat semua ini akan berlalu. Maka dari itu, lalui saja semuanya dengan sabar dan baik.”
Aku tercenung mendengar pernyataan Mark. Aku merasa menemukan sebuah kebenaran dibalik ucapannya. Bukankah ini hanya dua tahun? Lalu buat apa aku ngotot melakukan hal hal yang pada akhirnya hanya akan menyusahkan diriku sendiri dan orang lain?
“Kau benar Mark. Toh aku juga sudah tidak lagi mencintai Leo. Ya sudahlah aku akan ikuti saja apa maunya. Toh perjanjian sudah jelas, hanya dua tahun.”
Mark tersenyum dan menepuk punggungku lalu dia membantuku membawa semua koper dan perlengkapan ku lalu mengantarku pulang ke Mansion Leo.
******
Mansion itu masih sama seperti ketika aku tinggalkan. Bedanya aku sudah menjadi orang yang berbeda. Semua obat obat psikiatri itu membuatku kadang menjadi pribadi yang berbeda. Namun aku sudah bertekad untuk mengikuti saja semua permainan Leo dan bertahan hingga dua tahun itu selesai.
Seorang pelayan menurunkan koperku, dan membawanya ke rumah utama.
“Hey. bukankah kamar ku ada di Paviliun ?” tanyaku
“Maaf Nyonya, tuan leo meminta kami membawa semua barang anda ke kamar Beliau.”
Aku mengangkat tangan dan tersenyum sinis. Namun aku sudah malas untuk bertengkar dengan siapapun. Aku ikuti saja mau mereka.
Aku masuk bersama Mark ke ruang tamu dimana Leo sudah menungguku.
“Halo cathy, apa kabar? Kau sudah lebih sehat?” tanya Leo
Belum sempat aku menyahut Mark tiba tiba berkata,” Aku pamit dulu Leo. Ada hal yang harus aku kerjakan. Take care Cathy.”
Aku hanya mengangguk saja lalu mengucapkan terimakasih.
“Duduklah Cathy. Kau mau minum apa?”tanya Leo
“Tidak aku sudah trauma minum alkohol. Aku juga tidak haus,”
Leo lalu menyodorkan sebuah tabloid padaku. Aku melihatnya, di halaman depan terpampang fotoku dan Don yang di Blur saat kami digrebek di Villa itu. Dengan Headline “Perselingkuhan terpanas tahun ini” . Aku hanya bisa menghela nafas dan memalingkan mukaku dari tabloid itu.
“Bagaimana pendapatmu Cathy?” tanya Leo
“Tidak ada. Aku tidak punya pendapat,”
“Aku ini suamimu, aku bertanya padamu. Aku harus bagaimana menghadapi berita macam itu?”
“Leo, aku berterima kasih kau menyelamatkan nyawaku. Namun aku juga sudah enggan hidup. Jika kau merasa keberatan dengan istri macam aku, kau bisa menceraikan aku dan mengakhiri perjanjian kita. Aku cukup tahu diri, jika kau ingin menuntutku dan memasukkan ku ke penjara. Aku tidak akan menolak. Sebuah kehancuran lagi tidak akan membuat perbedaan bermakna lagi bagi hidupku,”
Leo diam termangu lalu menjawab,” Bagaimana pun aku suamimu dan aku juga tidak mau reputasiku hancur karena ulahmu. Aku sudah ambil keputusan, aku akan membawamu pulang ke Italia,”
Aku hanya diam,lalu menjawab,” Terserah apa yang mau kau lakukan. Aku akan ikuti semuanya. Aku sudah mati rasa Leo. Aku ingin tidur,”
“Mulai sekarang, kau tidur denganku. Aku tidak ingin kau melakukan hal tolol lagi yang bisa merusak reputasiku.” ujarnya
Aku hanya diam dan melangkah menuju kamar Leo, diantar oleh seorang pelayan yang memang ditugaskan khusus untuk melayaniku.
*****
Seharian aku tidur. Mungkin karena pengaruh obat Psikiatri itu. Aku bangun hampir jam 9 malam. Di meja sebelah tempat tidurku, aku lihat ada susu hangat dan beberapa Cookies. Mungkin sengaja disiapkan untukku jika aku bangun.
Karena lapar yang menggoda, aku minum susu hangat itu dan makan beberapa keping Cookies. Setelah itu aku minum obatku lagi. Baru saja aku mau beranjak tidur, Leo masuk ke kamar dengan kimononya. Aku tidak ambil pusing.
Tiba tiba dia melepas bajunya dan bertelanjang dada. Lalu dia mematikan lampu utama dan membiarkan lampu tidur menyala temaram. Setelah itu dia meraih ku dan menciumku dengan buas. Aku sudah mati rasa. Aku biarkan saja dia meremas dadaku, melepas semua baju yang kupakai satu persatu dan mulai mencumbuku.
Aku hanya diam dan mengikuti semua apa yang dia mau. Sekeras apapun dia berusaha, sekuat apapun dia ingin aku meraih pelepasanku, namun aku sudah tidak ada minat. Dia makin penasaran, dan menjadi semakin buas. Dia mempermainkan lembahku dengan lidahnya membuatnya basah dan membalik badanku lalu melakukan penyatuan. Aku hanya mengikuti saja. Aku sudah Numb. Dia menampar bagian belakangku berkali kali seolah dia ingin membuatku bangkit tapi aku kehilangan rasa, Aku sudah separuh mati.
Setelah hampir sejam lebih dia melampiaskan hasratnya, dia pun mencapai pelepasannya dan menumpahkan semua lavanya dalam diriku. Aku sudah tidak ambil pusing. Lalu dia terkapar dan tidur disebelahku. Aku memunggunginya dan pura pura segera tidur. Dia memelukku dengan erat dan mencium lembut kepalaku. Saat dia mencium lembut kepalaku itulah aku merasa tidak bisa lagi membendung butiran air mata untuk tidak mengalir di pipiku.Entahlah mengapa aku jadi terpicu untuk melankolis. Aku tidak tahu. Aku berusaha keras menahan tangisan sampai dia tertidur pulas. Lalu perlahan aku turun dari tempat tidur dan masuk ke dalam kamar mandi.
Disana kau nyalakan kran air Bath up dan mengisinya penuh lalu berendam dan menangis hingga sesak di dadaku terasa ringan. Setelah mengeringkan badanku, aku kembali ke sebelah leo dan tidur sampai pagi.
*****
Leo's POV
Malam itu aku tidak bisa lagi menahan hasratku untuk menidurinya. Aku sangat merindukan dia. Entahlah, dekat dengannya selalu membuatku tidak bisa menahan diri. Aku menciumnya seperti dulu. Aku ingin dia merespon ku. Tapi dia bagai mayat hidup dingin dan membeku.
Sekuat apapun aku mencumbu dan merayunya, tubuhnya benar benar kaku dan tidak bisa mengikuti apa yang aku mau. Aku enggan memaksanya. Sebenarnya aku ingin memberi dia pelepasan dan kepuasan batin. Namun sepertinya rasa sakit hatinya sudah kelewat tinggi. Perkawinan ini dan semua kekerasan psikis dan fisik yang aku berikan, nampaknya memicu dia menjadi seperti batu. Dingin.
Aku sudah tidak ambil pusing. Aku tuntaskan hasratku dan segera tidur. Namun di tengah tidurku aku mendengar dia beranjak ke kamar mandi. Sebenarnya aku enggan untuk mencampuri. Tapi peristiwa percobaan bunuh diri itu membuatku waspada. Aku mendengar dia mengisi Bath up. Dadaku berdegup kencang, apakah dia akan menenggelamkan dirinya kali ini? Aku tidak bisa mendengar apapun selain kesunyian panjang.
Hampir saja aku mendobrak pintu kamar mandi, namun kemudian aku mendengar dia menangis. Aku urungkan niatku. Dia menangis sangat lama. Tangisan yang tertahan dan dalam. Aku biarkan. Aku tidak ingin mengganggunya.
Tak berapa lama, aku dengar dia bangkit dari bath up, lalu mengeringkan diri. Segera aku kembali ke tempat tidurku dan pura pura tidur. Aku merasakan dia kembali berbaring di sebelahku dengan nafas yang masih tersendat karena tangisan. Ingin aku memeluknya, tapi aku tahan. Aku bisa merasakan penderitaannya.
Seketika memoriku kembali pada kenangan akan Nick, pemakaman nick dan seterusnya. Tubuhku menegang dan rahang ku mengatup menahan amarah. Hasratku menggebu ingin membalikkan tubuh Cathy dan meninju wajahnya berkali kali hingga pingsan. Tapi aku urungkan semuanya. Aku sadar aku harus menahan diriku lebih keras.
Besok aku akan bawa dia ke Italia. Sebuah tempat yang jauh dari lingkungan dia tinggal selama ini. Aku ingin membuatnya makin menderita dan bila perlu mati pelan pelan. Oke lah biar dia tidur nyenyak kali ini. Masih banyak waktu tersisa untuk memberikan torehan torehan menyakitkan di hatinya dan di jiwanya. Tenanglah Nick, kematianmu akan terbalas dengan sempurna.
****
semangat