21++
sebagian cerita ada adegan panasnya ya.
harap bijak dalam membaca.
bocil skip aja. jangan maksa 😂😂
caera Anaya. rumah tangganya yang berakhir dengan perceraian karna penghiatan suami dan sahabatnya.
rasa sakit yang membuat hatinya membatu akan rasa cinta. tetapi ia bertemu dengan seorang lelaki dan selalu masuk dalam kehidupannya. membuat ia berfikir untuk memanfaatkan lelaki itu untuk membalas sakit hati pada mantan suaminya.
akankah caera dapat membalas sakit hatinya?
yuk ikuti karya pertama ku ya 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bennuarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 16
caera membereskan semua barang-barangnya. ia memutuskan akan pulang hari ini. benar apa yang di katakan Deva, bahwa masih banyak orang-orang yang mencintainya. caera bersyukur bisa bertemu Deva pagi ini. seperti membuka mata dan hatinya dari keegoisan yang terlanjur menumpuk di dada.
tadi dia memeriksa ponselnya. ada Arya dan ayahnya yang menghubunginya beberapa kali. tapi sayangnya ponsel caera tertinggal di kamar. caera keluar pagi tadi tidak bawa apapun. ia hanya berniat untuk jalan-jalan pagi di pinggir pantai dan tidak sengaja bertemu pria yang sangat sok tahu itu.
caera mencoba menghubungi ayahnya lagi. tapi ponselnya keburu mati karena kehabisan daya. tak ingin berlama-lama lagi, caera memutuskan untuk check out saja. tidak ingin mengisi daya baterai ponselnya. nanti juga dia akan bertemu dengan ayah di rumah.
menempuh perjalanan yang cukup jauh ke rumah ibunya. dia memutuskan ke rumah ibunya saja untuk bertemu Gino. caera sudah sangat rindu pada bocah lelaki itu. merasa sangat menyesal telah lalai meninggalkan Gino sendiri. pastilah Gino sangat membutuhkannya.
matahari telah bersinar terik ketika caera sampai di rumah ibunya. tapi rumah itu terlihat sepi. tidak ada tanda-tanda Gino dan ibu ada di rumah.
caera turun dari mobil dan langsung memeriksa. rumah itu sepi. dia memutar arah mencoba memeriksa perkarangan belakang. terlihat bik Oyah yang bekerja di rumah ibunya sedang membolak balik pakaian yang ada di jemuran belakang.
"bik Oyah"
panggil caera. Oyah yang sudah seumuran ibunya itu menoleh terkejut. raut mukanya terlihat khawatir.
"mbak Rara"
tanpa sadar Oyah membuang kain yang menumpuk di tangannya begitu saja. dan bergegas menghampiri caera.
"mbak Rara kemana saja? kenapa lama sekali baru pulang? dari tadi bapak dan ibu nelepon mbak nya terus. tapi tidak di angkat"
Oyah bertanya panjang lebar.
caera mengerutkan dahi. menatap wajah Oyah yang terlihat mau menangis karna cemas.
"ada apa bik? apa yang terjadi? mana ibu? Gino mana?"
caera juga jadi ikut merasa cemas. tiba-tiba ada perasaan tidak enak menyusup hatinya.
"anu mbak, ibu sama bapak ke rumah sakit"
"apa?? kenapa? siapa yang sakit?"
"Aden Gino sakit mbak"
Duuuaaaarrrrrr
serasa petir langsung menghantam kepala caera. Gino sakit. itu kenapa ayah menghubunginya beberapa kali. tapi karena ponsel caera ketinggalan makanya caera tidak tahu.
"badannya panas terus dari pagi tadi. jadi ibu ba..."
"rumah sakit mana?"
caera langsung saja memotong bicara Oyah. tersadar harus cepat bertemu Gino.
"rumah sakit xx mbak"
tanpa bicara lagi caera langsung berbalik dan menuju mobil Dinda lagi. segera tancap gas menuju rumah sakit.
caera menangis. sangat merasa bersalah karena telah meninggalkan Gino. dia terlalu egois hanya memikirkan perasaannya saja. bagaimana kalau terjadi apa-apa pada Gino? dia tidak akan memaafkan dirinya sendiri.
****
sesampai di rumah sakit, caera terburu-buru masuk. sampai tak menyadari dia menabrak seseorang di pintu masuk. tapi begitu dia ingin meminta maaf, yang di lihatnya ternyata Arya.
"Rara!"
Arya kaget melihat caera ada di depannya.
"di mana Gino?"
tanyanya tak sadar memegang lengan Arya. tatapan khawatir sangat kental di wajahnya.
"Gino ada di ruang perawatan bersama ibu. ayo aku antar"
Arya menarik tangan caera. tapi caera cepat menarik tangannya. bentuk protes bahwa dia tidak Sudi Arya menyentuhnya. baru tersadar bahwa ia memegang lengan Arya karena cemas yang melandanya.
"tidak perlu. katakan saja di mana"
masih bicara dingin.
"Ra, jangan begitu. aku ha.."
"katakan saja di mana Gino"
caera memotong ucapan Arya. menghembuskan napas berat dan lesu, Arya memberitahu kamar Gino. belum sempat Arya bicara lagi, caera sudah pergi meninggalkan arya yang dikelilingi rasa nestapa.
caera meremas jemarinya di dalam lift. terasa sesak dadanya di penuhi beban penyesalan pada Gino. pasti karena dia lah Gino jatuh sakit.
keluar dari lift di lantai empat, caera mencari-cari kamar Gino di bagian ruang anak. dengan gemetar ia membuka pintu ruang perawatan Gino.
begitu pintu terbuka, semua mata tertuju padanya. ada ibunya, ayah, dan juga ibu mertuanya.
"Rara"
ibu langsung menyongsong caera di pintu. ayah juga ibu mertuanya juga berdiri kaget tak menyangka caera muncul.
"ibu"
mereka berdua berpelukan. menumpahkan segala beban dalam bentuk tangisan.
Rani sungguh sangat menghawatirkan putri kesayangannya itu.
"ayo. lihat Gino"
ibu melepaskan pelukannya dan membiarkan caera mendekat ke arah Gino.
bocah lelaki itu sedang tidur. raut wajahnya tampak lelah. terbaring lemah dengan tangan yang di pasangi selang infus.
caera duduk di sebelah kiri brangkar Gino. menatap sedih pada anak tercintanya. menangis terisak memegangi tangan mungil Gino yang bebas selang infus.
"Gino panas terus dari subuh tadi. ibu bawa dia kerumah sakit jam tujuh pagi tadi. kamu tidak mengangkat telpon ayah, Ra"
ujar Rani sambil mengusap-usap punggung caera memberi ketenangan.
"maafkan Rara, Bu"
caera semakin terisak. hatinya sangat pedih melihat anaknya terbaring lemah.
"sudahlah tidak apa-apa. Gino hanya demam. jangan hawatir. dia baik-baik saja"
ayah menimpali. menenangkan putrinya.
Maya, ibu mertua caera hanya diam saja. duduk di sofa hanya menatapi menantunya yang menangis.
Maya memang bersikap begitu pada caera. dia tidak terlalu suka pada caera sejak dokter memvonis menantunya itu sulit mengandung. dia menginginkan seorang cucu dari benih Arya putra pertamanya. tapi malah caera tidak dapat memberikannya.
dulu dia pernah memberi usul pada Arya untuk menikah lagi. karena sudah segala macam cara di coba, tapi caera masih saja belum hamil. dan Arya menolak mentah-mentah. Arya bilang tidak sanggup melukai hati istrinya.
sekarang Arya malah selingkuh di belakang menantunya. Maya merasa itu tidak masalah. karena caera tidak dapat memberikan apa yang di tuntutnya pada Arya.
"Bu, apa kata dokter? Gino kenapa Bu?" caera bertanya pada Rani dengan air mata berlinang.
"tidak apa-apa. Gino hanya rindu kamu Ra. sudah dua hari ini dia agak sulit makan. Gino bilang mau sama kamu"
ibu menjelaskan.
hikss.. hikss.. hikss..
caera makin merasa pilu. karena dialah Gino jadi begini. sungguh caera tidak bermaksud meninggalkan Gino. tapi caera tidak sadar dampaknya pada Gino.
caera menangis sambil menciumi tangan mungil itu. barkali-kali melontarkan kata maaf pada Gino yang terbaring lemah.
"sudahlah jangan menangis begitu. nanti Gino terganggu. kemarin kamu kemana saja? kok sekarang malah menyesal"
maya nyeletuk tiba-tiba.
Rani menatap besannya tidak suka. bukannya ikut menenangkan, malah makin memperkeruh suasana.
caera hanya diam mendengar kata-kata mertuanya. dia tidak ingin ada keributan di kamar rumah sakit ini.
"jeng, jangan bicara begitu pada putri ku. jeng Maya pikir siapa yang membuat ulah lebih dulu?"
Rani merasa tersinggung. ia balik menyindir besannya.
"jangan hanya menyalahkan sepihak jeng. saya rasa pantas saja Arya berbuat begitu"
Maya tersulut emosi. bicara dengan tatapan sinis.
"diamlah. kalian tidak lihat keadaan Gino sekarang?"
ayah menengahi kedua wanita itu.
Maya dan Rani terdiam. Maya hanya menatap sinis kearah caera. dan Rani kembali mengusap-usap punggung caera menyalurkan kekuatan.
pintu terbuka. Arya masuk dengan membawa sekeranjang buah dan beberapa makanan ringan dan juga air minum.
mereka semua diam seribu bahasa. hanya isakan caera yang terdengar samar. Arya mendekati brangkar Gino. Rani segera menyingkir memberi ruang pada Arya.
"untung saja kamu pulang Ra. aku telpon kamu tapi kamu tidak menjawab"
kini Arya yang mengelus kepala caera. ingin mengatakan kalau dia sangat bersyukur istrinya mau kembali pulang.
caera hanya diam. tidak juga menepis tangan Arya mengelus kepalanya. dia tidak mau ada keributan di depan orang tua mereka berdua.
"Ra, ibu dan ayah keluar sebentar ya"
Rani berpamitan pada caera. mereka ingin memberi ruang pada putri dan menantunya. walaupun sebenarnya Rani sangat membenci perbuatan Arya. caera hanya mengangguk. dengan diam Rani dan alwan keluar kamar.
"ibu juga mau pulang dulu Arya. ibu capek"
ujar Maya juga ikut berdiri. ingin keluar dan berpamitan pada Arya. Arya pun hanya menganggukkan kepalanya.
kini hanya ada mereka berdua. cepat-cepat caera menepis tangan Arya dari kepalanya. dia tidak Sudi di sentuh Arya.
Arya hanya menarik napas berat dan menghempaskannya. dia tahu istrinya ini masih sangat marah padanya.
"Ra, ayo kita bi..."
"aku tidak mau ada keributan. kalau kau ingin istirahat, ya sudah istirahat saja"
ujar caera sinis. ia tidak mau menatap ke arah Arya.
"kamu pasti capek. istirahat dulu Ra. Gino biar aku yang jaga"
"tidak perlu"
sangat dingin caera bicara pada Arya. dia sungguh marah padanya. tak ingin menatap wajah orang yang sudah membuat dia pergi meninggalkan Gino.
"Ra, kita harus bicara"
Arya meraih tangan caera dan meremasnya pelan. tapi caera cepat menarik tangannya. seperti terkena api yang bersuhu di atas seribu derajat.
"kamu lihat tidak? Gino lagi tidur. jangan berisik" geram caera dengan suara di tekan. menoleh ke arah Arya, tapi tak melihat wajahnya. "aku yang jaga Gino sekarang. kalau kamu mau pulang atau istirahat, ya silahkan"
Arya mengalah. melangkah menuju sofa dan duduk di sana. memang ini bukan waktu yang tepat untuk berbicara pada caera. ia tahu caera sangat terluka karena ulahnya. tapi Arya juga tertekan dengan tuntutan ibunya.
memutuskan menunggu kapan caera siap berbicara, itu adalah jalan tengah. dia telah siap menerima amukan caera. sekalipun istrinya itu akan mencambuknya atau berbuat yang lebih parah dari itu, Arya sudah siap. tapi hanya satu, jangan sampai caera meminta cerai darinya. Arya tidak akan sanggup melakukannya.