Hangga menatap gadis kecil di hadapannya,
" bunda sedang tidak ada dirumah om.. ada pesan? nanti Tiara sampaikan.." ujar gadis kecil itu polos,
Hangga menatapnya tidak seperti biasanya, perasaan sedih dan bersalah menyeruak begitu saja, mendesak desak di dalam dadanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kembalilah padaku
" Aku benci kebohongan.." desis Rani, ia sungguh sungguh tidak bisa menerima pernyataan cinta yang tiba tiba itu begitu saja.
" Aku mengira itu hanya perasaan sementara yang timbul karena kekaguman..
susah payah aku menyingkirkan perasaan itu,
tapi kau malah menjadi istriku..
aku bahagia, juga sedih..
aku bahagia karena bisa melihatmu setiap hari,
tapi aku sedih karena tau dengan jelas bahwa bukan aku yang ada di hatimu.." Hangga menatap Rani sayu.
" Kau bohong..!"
" aku bukan pembohong seperti orang lain yang kabur saat menjelang akad nikah.."
" tapi akhirnya kau jug meninggalkanku!"
" karena aku tau kau tidak akan pernah mencintaiku?!" tegas Hangga dengan nada frustasi.
" Kau tidak tau rasanya ketakutan setiap hari?"
" takut? Apa yang kau takutkan dariku yang sudah menjadi istrimu saat itu?" Rani terus saja penasaran dengan jawaban jawaban Hangga, ia ingin membuktikan bahwa yang ia dengar adalah sebuah kebohongan.
" Aku takut.. Kau bisa kapan saja kembali pada mas Genta, karena mas Genta pernah berkata, bahwa ia tidak rela kau menjadi istriku dan kapan saja bisa mengambil mu dari sisiku...".
Rani sungguh tak percaya, benarkah ucapan Hangga ini, atau hanya sebuah kebohongan untuk mendapatkan simpatinya?.
" Aku mengatakannya bukan untuk kau percayai,
tapi agar dadaku tidak sesak lagi..
setidaknya kau sudah tau apa yang kurasakan selama ini..
jadi..
jangan kau kira diam ku tidak perduli,
aku perduli, sangat perduli..
apapun itu tentangmu.." ucap Hangga lirih dengan tangan menyentuh pipi Rani yang masih tenggelam dalam pikirannya.
" Ini adalah penjelasanku.. Kuharap kau tidak akan bertanya lagi kenapa aku begini..
itu tidak tiba tiba Rani, tapi sudah tersemat sedari dulu..
dan Tuhan kembali mempertemukan kita sekarang.."
Melihat Rani yang masih terdiam kebingungan mencerna situasi, hangga yang perasaannya sudah penuh itu, tentu saja ingin menyatakan perasaannya dengan lebih nyata.
Di sentuhnya bibir Rani, dan heran nya Rani masih terdiam menatap Hangga.
Melihat itu tentu saja Hangga menjadi lebih berani,
Di kecupnya bibir Rani sekali, memandangi Rani sesaat,
" Kembalilah padaku.." ujarnya lembut, kemudian mencium bibir perempuan yang ada di hadapannya itu.
Dalam keremangan malam, Rani seperti terbius,
Keduanya terpaut,
entah kapan lengan Rani terulur dan melingkar di leher Hangga.
Dan entah kapan bibir Hangga mulai turun menjelajah ke leher Rani.
Rani yang selama ini tidak pernah tersentuh laki laki tentu saja berdesir hebat.
Apalagi laki laki yang menyentuhnya adalah ayah dari putrinya, laki laki yang dulu.. dulu sekali pernah menyentuhnya.
Rani jatuh dalam kepasrahan, hingga dirasakan tubuh itu sudah terbaring begitu saja di atas sofa ruang tengah.
Rani menggeliat, merasakan dada bidang milik Hangga mulai mendesaknya.
Merasakan kepasrahan demi kepasrahan Rani, laki laki itu nekat mengendong perempuan yang pernah menjadi istrinya itu.
Sudah jelas kaki Hangga melangkah ke arah Kamarnya, dan herannya yang di gendong masih saja pasrah dengan tangan masih melingkar di leher hangga.
Setelah sampai di kamar di rebahkan Rani dengan bebas.
Tempat tidur yang cukup luas untuk keduanya berguling ke kanan dan ke kiri sesuka hati.
Tangan Rani yang semula melingkar di leher hangga itu di tarik oleh Hangga, dan di letakkan di kedua dadanya.
Merasakan detak jantung hangga yang berkejaran Rani semakin kehilangan kendali atas dirinya, keduanya sedang di mabuk kepayang.
Sementara Rambut panjang Rani yang terurai di atas tempat tidur makin mempesona Hangga, di tambah lagi dengan kepasrahan kepasrahan yang luar biasa,
Hangga masih ingat dengan jelas, bagaimana dulu keduanya menghabiskan malam bersama,
malam yang penuh paksaan dan di tunggangi emosi.
Tangan hangga menyusup ke pinggang Rani, merengkuhnya sehingga keduanya tak lagi berjarak.
Namun segala hal intim itu segera terhenti, saat Rani mendengar suara keluhan Hangga yang mirip kucing yang sedang di elus elus kepalanya itu.
Jika tidak di hentikan sekarang, maka keduanya akan habis terbawa gelombang.
Menyadari Hangga sudah tidak bisa di hentikan Rani mencengkeram dada Hangga dengan kedua tangannya, sekuat kuatnya.
" Hen.. Hentikan.." suara yang biasanya ketus itu, kini menjadi parau dan tersendat sendat.
" Kumohon.. sudah cukup..?" imbuhnya lagi dengan kesadaran yang mulai pulih dari kepasrahannya.
.....