Kisah Odelia sang putri duyung terpaksa memindahkan jiwanya pada tubuh seorang wanita terdampar di tepi pantai, kerena situasi berbahaya sebab ia di buru oleh tunangan serta pasukan duyung atas kejahatan yang ia tidak lakukan.
Di sisi lain wanita terdampar dan hampir mati mengalami hal yang pilu di sebabkan oleh tunangannya.
Akankah Odelia mendapatkan kembali tubuh duyungnya untuk membalaskan dendamnya serta orang yang telah merebut kebahagian tubuh yang ia ditempati atau Odelia memilih menjalani hidup bersama orang yang mencintainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tilia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 32
“Ini dia”
“Aku akan mencobanya”
“Semoga keberuntungan bersama ku malam ini”
Beberapa pria segera mengeluarkan koin mereka dan mencoba tantangan ini berharap dapat memenangkan hadiah utama dan berkencan dengan Odelia.
“Pen, mengapa kamu melakukan ini?” Odelia khawatir dan tidak mengerti apa yang di pikirkan Penelope.
“Tenang saja Cath, mereka tidak akan bisa menghabiskan roti ini”
“Mari kita bersenang-senang malam ini” Penelope berbisik pada Odelia dan mengedipkan matanya, Odelia tidak berdaya melihat Penelope.
“Dia menjual temanya sendiri” Elio bersandar pada papan di depan kios melihat apa yang di lakukan Penelope.
Sesuai dengan perkiraan Penelope para penantang ini gagal setelah memakan empat roti.
Di belakang kerumunan, Davian bersama yang lain melihat banyaknya pria yang berkumpul di sekitar kios Tuan Laurent mereka penasaran dengan apa yang di bicarakan Penelope mengenai resep baru tantangan roti musim semi ini mereka pun mendekati kerumunan.
“Sial! Roti ini akan membunuhku”
“Tapi dapat berkencan dengan wanita secantik Catherine, ini merupakan sebuah hal yang langka”
Adrian, Ael dan Jamie terkejut mendengar apa yang di bicarakan pria-pria ini segera menerobos kerumunan melihat apa yang terjadi.
“Tantangan terakhir siapa yang ingin mencobanya kembali”
“Dapatkan lima koin emas dan berkencan dengan wanita cantik” Penelope berteriak dengan energik menguncangkan loncengnya.
Ketiganya benar-benar tidak percaya dengan apa yang mereka dengar, berkencan dengan Catherine!, melihat Odelia tengah duduk di kursi samping kios dengan pasrah menatap Penelope.
“Aku ingin mencobanya” Elio ingin mencoba tantangan ini, Jamie terkejut mendengar seseorang ini mencobanya.
“Maaf, Tuan Elio anda tidak di ijinkan mencobanya” Penelope menolak keinginan Elio.
“Mengapa? Aku akan tetap membayarnya!” Elio mengeluarkan koin di sakunya.
“Jika kau ingin mencobanya, mengapa tidak sedari siang kau melakukanya”
“Kau memiliki niat tersembunyikan!”
“Lagi pula kau membuat resep ini, untuk apa mencoba tantangan ini” Penelope memukul lonceng pada dada Elio dan menatapnya dengan penuh curiga.
“Tidak seperti itu” Elio berkeringat tidak dapat menyangkal tebakan Penelope.
“Aku akan mencobanya!” Adrian mengeluarkan koin dan menaruhnya di mangkuk kios.
“WAh… kita mendapatkan penantang terakhir!” Penelope berseru, Jamie tidak menyangka Adrian akan mencoba tantangan ini menatap roti di meja Jamie mengingat kesialannya tahun lalu.
“Berikan padaku!” Ael meletakan kion untuk mengikuti tantangan ini.
“Penantang lainya!” Penelope mengoyangkan loncengnya, Jamie kembali terkejut menatap Ael yang akan mencoba tantangan ini dan menatap Odelia. Jamie merasakan kebingungan di hatinya, jika ia tidak mencobanya salah satu dari mereka akan berkencan dengan Odelia namun mengingat rasa roti ini Jamie menelan ludahnya.
“Menangkan tantangan ini!” Jamie berteriak dan memberikan koin pada Penelope.
Menerima koin di mangkuk, Penelope tersenyum puas. Odelia tidak berdaya menatap ketiga temanya telah jatuh dalam permainan Penelope serta Davian tidak dapat menahan tawanya karena ketiganya mencoba tantangan yang mematikan ini.
“Mulai!!” Penelope berteriak, ketiga duduk di depan meja terdapat piring dengan tujuh roti di masing-masing piring mereka. Para penonton di belakang ikut terbawa suasa mereka ikut memberikan dukungan pada ketiganya, bahkan terjadi pertaruhan di antara mereka siapa yang dapat menghabiskan ketuju roti ini dan memenangkan hadiah.
Roti pertama, ketiga memakan secara bersamaan. Jamie langsung merasakan keanehan rasa pada roti ini, Adrian terkejut dengan rasa yang ia dapatkan serta Ael hanya sedikit perubahan di wajahnya.
Roti kedua dan ketiga, mereka dapat menghabiskan roti secara utuh.
Roti ke empat, wajah Jamie sudah berubah dan ia telah menghabiskan air di gelasnya.
Roti ke lima, Jamie sudah dalam batasnya ia segera berlari menerobos kerumunan dan memuntah isi perutnya ia pun gagal dalam tantangan ini. Di sisi lain wajah Adrian sudah menunjukan batasnya untuk memakan roti.
Roti ke enam, setelah menghabiskan roti dan meminum air di gelasnya Adrian ingin mengambil roti terakhirnya namun tubuhnya berkata lain, ia segera berlari keluar kerumunan dan memuntah semua yang telah ia makan.
Roti ke tujuh, tersisa Ael di meja mengambil roti terakhirnya menatapnya cukup lama membuat para penonton ikut terdiam penasaran apakah Ael dapat memenangkan tantangan ini, mengambil napas panjang Ael memakan roti di tangannya tanpa tersisa kemudian meminum sisa air di gelasnya.
“Kita mendapatkan seorang pemenang!” Penelope berteriak di ikuti para penonton yang bersorak akan kemenang Ael. Beberap dari mereka saling berpelukan atas kemenangan Ael, menepuk pundaknya atas keberhasilannya dan melompat-lompat memenangkan tahuran mereka.
Dengan tubuh bersandar pada pinggiran sungai Adrian dan Jamie di luar kerumunan tidak percaya dengan Ael yang dapat menghabiskan semua roti itu. Odelia ikut tidak mempercayai Ael dapat menghabiskan semuanya.
Ael berjalan menuju Odelia, Penelope memberikan kantung berisikan lima koin emas. Tanpa membuka kantung itu, Ael memasukanya padu saku di balik vestnya. Berlutut di hadapan Odelia dan mencium tanganya.
“Saatnya berkencan Lady Catherine” Ael menatap Odelia dengan mata ungu indahnya.
Memegang tangan Odelia berjalan menuju apin unggun, kerumunan pria segera memberikan jalan mereka bubar dan pergi.
Melewati Adrian dan Jamie, Ael dengan sengaja memeluk pinggang Odelia secara erat melirik keduanya tersenyum bangga meninggakan mereka yang bersandar pada pinggiran sungai.
“Sialan! Dia mengejek ku” Adrian kesal dengan kekalahannya.
“Ael kurang ajar, dia sengaja melakukanya” Jamie telah pulih menatap keduanya menuju api unggun.
Adrian dan Jamie segera bangkit, mereka saling bertukar pandangan satu sama lain seperti memahami isi pikiran masing-masing keduanya menganggukan kepala dan siap pergi. Namun sebuah tangan menahan pundak mereka.
“Apa yang kalian rencanakan?” Davian berbicara di antar keduanya.
“Kami tidak mengerti maksud mu” Adrian tidak melihat pada Davian.
“Ya, kami hanya ingin pergi minum untuk menghibur diri. Benarkan Ian?” Jamie membuang pandanganya dan bersiul.
“Benar” Adrian mengangguk.
“Benarkah itu?” Davian tidak mempercayai keduanya.
“Benar-benar, ayo kita pergi, kawanku” Adrian merangkul Jamie.
“Ayoo!” Jamie mengepalkan tanganya ke udara, keduanya segera pergi meninggalkan Davian.
“Kemana mereka akan pergi?” tanya Penelope menghampiri Davian.
“Entahlah, mereka pasti akan membuat keributan”
“Aku akan membantu merapihkan kios mu dan menyusul keduanya” Davian berbalik menuju kios dan membantu.
......................
Cahaya hangat menyinari alun-alun kota, percikan api di udara menghiasi langit malam, bintang-bintang berkilau menunjukan keindahanya, alunan musik mengiri warga kota yang berdansa di sekitar api unggun.
Dengan gaun biru mudanya, Odelia berdansa bersama Ael yang mengenakan setelan ungu tuanya. Bergerak mengikuti ritme dansa Ael, Odelia merasa dirinya sudah mengalami peningkatan dalam berdansa.
Di podium sisi panggung, Annalise menikmati winenya bersama beberapa sepupu bangsawan menyaksikan warga kota berdansa berpasangan. Di sampingnya terdapat Calix yang berdiri mengawal mereka.
Calix melihat pada pasangan yang berdansa dekat api unggun, ia melihat Odelia berdansa dengan Ael keduanya nampak serasi dan menawan.
Annalise menyadari Calix memperhatikan sesuatu meliriknya dengan tidak senang.
“Apa yang kau lihat?” Annalise melirik Calix.
“Aku harap kita dapat ikut berdansa di api unggun itu” menyadari nada kesal Annalise, Calix berbisik lembut dan mencium telinga Annalise.
“Benarkah itu?” Annalise sedikit tergoda dengan tindakan Calix.
“Tentu saja, tubuh indah mu akan sangat mempesona berdansa di sana” Calix berbicara lembut dan menyentuh pundak Annalise.
“Sayangnya, aku harus mematuhi ayahku” Annalise menghela napas dan tersenyum menggoda pada Calix.
“Ya, itu benar” Calix melepaskan tanganya, kembali pada sikap awalanya. Ia menyadari saat ini dirinya dan Annalise tidak boleh terlihat begitu akrab.
......................
Menikmati waktu berdansanya, Ael memegang pinggang Odelia dengan erat memutanya ke udara dengan mudah, memperhatikan wajah cantik Odelia, Ael tersenyum tipis.
Beberapa wanita di dekat api unggun melihat Ael berdansa dengan seorang wanita dengan indah, mereka menatap Odelia dengan api di matanya.
Merasakan beberapa tatapan tajam terhadapnya Odelia melirik Ael yang tidak terpengaruh oleh panasnya tatapan mereka.
Ael melihat Odelia yang nampak terganggu oleh sesuatu, menarik tubuhnya lebih dekat dan membungkuk.
“Apa sesuatu mengganggu mu?” Ael berbisik pada Odelia sambil berdansa.
“Kau tidak melihat mereka” Odelia melirik Ael.
“Tidak” Ael menjawab dengan santai. Odelia terheran dengan sikap santai Ael.
“Gerakan dansa mu, masih buruk” Ael menggoda Odelia.
“Apa kata mu!” Odelia tidak menerima ejekan Ael, ia menengokan kepalanya pada Ael tanpa ia sadari gerakan tiba-tibanya itu membuat bibirnya dan bibir Ael bersentuhan dengan ringan.
Odelia terkejut segera memundurkan kepalanya, ia kehilangan keseimbangannya dalam berdansa. Ael segera memeluk lebih erat dan tersenyum tipis padanya. Odelia merasa dirinya selalu di ejek oleh Ael.
“Hey! Kalian terlalu dekat” Adrian berteriak di samping mereka, ia berdansa dengan Jamie mengikuti keduanya.
“Ya, berikan ruang padanya, kau membuat Catherine kesulitan bernapas!” Jamie ikut berteriak pada Ael.
Odelia terkejut melihat keduanya berdansa bersama di samping dirinya. Ael melirik keduanya denga kesal.
“Apa yang sedang mereka lakukan?” Penelope memakan apel duduk bersebelahan dengan Davian menyaksikan teman-temanya berdansa.
Saat melewati wanita yang kumpul, Ael sengaja menghentikan dansanya.
“Selamat malam semuanya, kedua teman ku di sana membutuhkan pasangan untuk berdansa”
“Mereka meminta ku, untuk bertanya apakah salah satu dari kalian ingin berdansa denganya” Ael dengan menunjukan Adrian dan Jamie tengah berdansa, para wanita melihat teman yang maksud Ael ternyata mereka cukup tampan seperti Ael mereka segera pergi menuju keduanya.
Odelia tidak menyangka Ael akan mengatakan sebuah kebohongan dengan mudah dengan wajah tampanya.
“Ayoo, kita pergi dari sini” Ael memeluk pinggang Odelia mengajaknya pergi meninggal alun-alun kota.
Adrian melihat keduanya pergi, ingin segera menyusul.
“Tuan apakah anda ingin berdansa dengan ku?” seorang wanita muncul dan menahanya.
“Wah kamu memiliki mata yang indah! Aku bisa menemani mu berdansa” wanita lain memeluk tangan Jamie.
“Hey! Lepaskan” Jamie terkejut dengan serangan wanita-wanita ini.
Keduanya tiba-tiba di keliling beberapa wanita yang ingin berdansa dengan mereka, setika Adrian tidak dapat melihat kemana Ael pergi membawa Odelia.
...----------------...