Raisa, seorang gadis berparas cantik, adalah primadona desa yang hidup dalam kesederhanaan bersama ayahnya. Kehidupannya yang bahagia berubah drastis ketika suaminya meninggal dalam kecelakaan mobil pada awal pernikahan mereka. Raisa terpaksa harus menjanda dan menghadapi tantangan hidup yang lebih besar.
Di desa kecil mereka, di mana kabar berita menyebar dengan cepat, gosip dan fitnahan dari masyarakat selalu menghampiri Raisa. Kehadirannya yang sebagai pengantin baru dan langsung ditinggalkan oleh suaminya yang meninggal membuatnya menjadi sasaran ejekan dan celaan. Dia merasa terisolasi dan terpinggirkan.
Namun, Raisa adalah seorang wanita yang kuat dan tegar. Dia tidak menyerah pada keadaan dan bertekad untuk membuktikan bahwa dia bisa bangkit dari penderitaan yang menimpanya.
Bagaimana kisah Raisa dalam menjalani kehidupannya? Ikuti ceritanya di novel yang berjudul "Janda Tapi Perawan Tulen"
Jangan lupa kasih like, subcribe, vote rate 5...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 33 - Momen tidak di duga
\*\*\*
Setelah menimbang dan berpikir panjang, Bian akhirnya memutuskan untuk menyetujui perjodohan dengan Laura. Meskipun dia tidak terlalu berharap pada pernikahan tersebut, dia menyadari pentingnya dukungan keluarga dan menghormati keinginan keluarga.
Siang itu, Bian bertemu dengan Laura untuk membicarakan keputusannya. Dengan tegas dan jujur, Bian menjelaskan bahwa meskipun dia tidak memiliki perasaan cinta untuk Laura, dia bersedia memberikan kesempatan pada hubungan mereka.
Bian berjanji akan berusaha membangun ikatan yang baik dengan Laura dan menjalani pernikahan dengan baik dan hal itupun membuat Laura merasa sangat bahagia.
Laura menerima keputusan Bian dengan senang hati. Dia menyadari bahwa perjodohan ini bukanlah hal yang mudah baginya juga, tetapi dia berkomitmen untuk menjaga hubungan mereka dan memberikan kebahagiaan bagi Bian.
Keesokan harinya...
Ketika Bian dan Laura mengumumkan keputusan mereka kepada keluarga, tante Rose sangat gembira. Dia merasa lega bahwa Bian akhirnya setuju dengan perjodohan tersebut dan yakin bahwa Bian dan Laura akan menjadi pasangan yang baik.
"Kalau begitu, kita tidak usah menunggu lama untuk menyiapkan pernikahan ini," kata tante Rose penuh semangat.
Sekarang seluruh keluarga sedang berkumpul di ruang keluarga dan membahas pernikahan Bian dan Laura. Juga hal itupun membuat Radit tertawa bahagia karena baginya Bian adalah salah satu penghalang untuknya mendapatkan Raisa.
"Baguslah jika Bian menikah dengan Laura, satu penghalangku sekarang sudah beres ha ha ha...," batin Radit.
"Hei, Raisa, ambilkan perhiasan yang ada di kamarku tadi, hati-hati ya, itu harganya sangat mahal dan kamu tidak bisa menggantinya jika hilang."
"Baik Nyonya."
Kemudian tante Rose, Laura dan Bela sibuk berbincang dan memilah milih dekor hiasan untuk pelaminan pernikahan yang akan di gelar dalam waktu dekat ini.
"Menurutku ini bagus...."
"Yang ini juga bagus...."
"Kalau aku terserah tante dan Kak Bela saja," seru Laura dengan sorot mata bahagianya.
Kali ini Raisa keluar dari kamar tante Rose yang tidak jauh dari meja makan, dimana Bian sedang berdiri dan bersandar di dinding dekat kulkas sambil meminum air dingin dan melihat gerak gerik Raisa.
Sekilas Raisa melihat ke arah Bian yang lalu menghindari tatapan Bian dan bersikap seolah tidak melihatnya. "Kenapa dengan dia? Semenjak kejadian itu apa dia sengaja menghindariku?," batin Bian.
"Raisa, duduklah... Menurutmu aku lebih pantas pakai gaun pernikahan yang mana?."
Raisa yang hendak beranjak setelah memberikan perhiasan milik tante Rose, tangannya di raih Laura dan mengajaknya bergabung untuk duduk bersamanya.
Dengan perasaan canggung dan menghindari tatapan tante Rose yang terlihat tidak suka, Raisa pun mencoba menolak keinginan Laura namun Bela ikut memintanya untuk bergabung juga sehingga Raisa pun terpaksa menurutinya.
Dengan senang hati Laura melihat setiap model gaun yang ada di album foto model dan selalu minta pendapat Raisa. Kedekatan antara Raisa dan Laura selama ini menjadikan mereka sudah seperti sahabat dekat dan tidak ada jarak.
Setiap pendapat Raisa selalu Laura jadikan panduan keputusannya tanpa ada keraguan karena memang pilihan Raisa selalu yang terbaik dan berkelas.
"Kamu memang pandai memilih Raisa, seperti kamu sudah pernah menikah saja," ucap Laura yang memang dia tidak tau status Raisa sesungguhnya.
Mendengar hal itu, seketika Raisa terdiam sejenak dan merasa seolah waktu berputar ke waktu masa lalu, dimana saat dia dan Rio juga sedang dalam momen bahagia saat itu.
Tidak terasa air mata Raisa pun lolos menetes di pipinya yang langsung ia seka karena berharap tidak ada orang yang melihatnya. Namun, hal itu tidak sesuai harapannya karena nyatanya Bian sudah terlanjur melihat momen itu.
Raisa mencoba memasang senyum lagi di wajahnya dan mendengar semua pendapat Laura. Lalu, Laura meminta Raisa untuk mencoba perhiasan yang akan dia pakai saat pernikahan nanti.
Raisa pun di pinta untuk menghadap ke cermin saat Laura memakaikan kalung berlian yang nampak indah di leher putih Raisa, yang ia sendiri pun tersenyum saat melihat pantulan dirinya di cermin.
Namun, saat Raisa melihat bukan hanya pantulannya saja yang terlihat di cermin, ia juga melihat Bian yang sedang menatapnya di dalam cermin hingga ia merasa tidak nyaman dan segera menghindari tatapan Bian di cermin.
"Nona Laura, aku izin ke dapur dulu... Masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan," ucap Raisa. "Ok, karena semuanya sudah lengkap, kamu boleh pergi, dan jangan lupa, pokoknya kamu harus jadi pendamping pengantin, ok?."
"Tapi... ~."
"No, no, no... Tidak ada penolakan," ucap Laura seraya tersenyum lebar.
Beberapa hari terakhir, keluarga Aryana sedang sibuk menyiapkan pernikahan tuan muda di rumah tersebut. Semua anggota art pun terlibat dalam kesibukan tersebut, termasuk Raisa.
Meskipun sibuk, Raisa merasa senang dan bahagia. Ia dengan penuh semangat ikut membantu dalam persiapan pernikahan.
Dia membantu tante Rose dengan dekorasi ruangan, mengatur meja makan, dan menjaga agar semuanya berjalan lancar. Raisa juga membantu art lain dalam menyajikan hidangan dan minuman kepada para tamu.
Walaupun kesibukannya menuntut waktu dan tenaganya, Raisa tidak merasa lelah. Sebaliknya, dia menikmati suasana penuh keceriaan dan kegembiraan yang terasa di rumah tersebut. Setiap langkahnya diisi dengan senyuman dan kegembiraan.
Ketika hari pernikahan tiba, Raisa bersama seluruh art lainnya berpakaian rapi dan bersemangat dalam melayani para tamu. Dia dengan penuh keceriaan menghadiri acara pernikahan dan membantu dalam segala hal yang dibutuhkan.
"Tuan Bian dan Nona Laura pasangan yang serasi ya?."
"Iya, mereka terlihat seperti Putri dan Pangeran dari negeri dongeng...."
Mendengar pertanyaan teman satu perjuangannya, Raisa pun turut bahagia melihat kebahagiaan yang terpancar dari pasangan calon pengantin.
Dia merasa bangga menjadi bagian dari tim yang berhasil menciptakan momen indah ini. Meskipun sibuk, Raisa juga mendapat kepuasan dan kebahagiaan dalam membantu mewujudkan pernikahan yang sempurna.
"Selamat menempuh hidup yang baru dan semoga kalian bahagia Tuan Bian dan Nona Laura...."
Di saat Raisa tersenyum bahagia menatap serasinya sepasang pengantin, tiba-tiba ia di tarik oleh seseorang dari belakang dan membawanya ke sebuah ruangan yang cukup sepi dan jauh dari orang-orang.
"Siapa kamu? lepaskan!...."
"Raisa, ini aku!."
"Radit? Kenapa kamu membawaku kemari? Ada apa?."
"Raisa, aku perlu bicara padamu."
"Baiklah, cepat katakan... Aku harus bekerja lagi."
Radit memegang kedua bahu Raisa sehingga Raisa terkejut dan mencoba menghindarinya. "Maaf Radit, tanganmu...." Lalu, Radit pun melepaskan tangannya dan mulai bicara.
"Raisa, aku tau ini mungkin terlalu terburu-buru... Tapi aku harus bicara padamu saat ini juga."
"Radit, katakan intinya dan jangan bertele-tele," ucap Raisa dingin.
"Raisa, aku ingin menikah denganmu dan aku berjanji akan membahagiakanmu...."
Perkataan Radit barusan saja membuat Raisa seolah tidak percaya dan merasa mimpi. "Radit, apa kamu sadar dengan apa yang kamu katakan barusan?."
"Aku benar-benar sadar, aku sangat mencintaimu dan aku rela meninggalkan Bela untuk bisa menikah denganmu."
"Tidak Radit!... Maaf, aku harus pergi."
Radit tidak membiarkan Raisa pergi dan kini ia telah memeluk gadis yang menjadi obsesinya itu dengan paksa. "Radit lepaskan!."
Tidak di duga, momen tersebut kini telah di lihat oleh Bian yang tidak sengaja mendapati mereka berdua di dalam sana. Bian merasa marah dan tangannya mengepal kuat dengan mata yang memerah. Ia merasa jika Raisa dan Radit sudah mengkhianati kakaknya, yakni Bela.
Bersambung...
🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸
karakter raisa terlalu lemah,
smoga raisa jd wanita yg smart
semoga hari2 kalian bahagia 🤲💪 semangat y untuk authornya 😘😘😍