GADIS BERGAUN MERAH

Arimbi tertunduk memikirkan alasan mengapa Emir setuju untuk menikahinya, dia yakin kalau pria itu pasti hanya ingin menyiksanya saja selama yang dia mau.

“Nona Rafaldi!” tiba-tiba suara asing terdengar dari belakang memanggil namanya.

Arimbi menoleh ke belakang dan melihat seorang wanita bertubuh agak gemuk berumur sekitaran empat puluhan tahun tersenyum padanya.

“Nyonya? apakah anda memanggilku?” tanya Arimbi.

“Nona Rafaldi, perkenalkan namaku Desi Juanda. Semua orang disini memanggilku Desi. Nenek Serkan ingin bertemu dengan anda. Apakah anda berkenan untuk ikut denganku dan menemuinya?”

Villa yang dimaksud oleh desi hanya berjarak seratus meter dan itu adalah bangunan paling mewah yang didekorasi dengan indah, terletak ditengah-tengah kompleks villa Serkan.

Itu adalah villa kediaman kepala keluarga Serkan. Akan tetapi Emir tidak menetap disana karena dia tidak suka berada disana dengan banyak orang. Kediaman utama ditempati oleh Nenek Serkan yang bernama Layla Serkan, orang tua Emir dan Elisha adik perempuannya Emir.

“Apa boleh aku menolak karena sekarang bukan waktu yang tepat?” kata Arimbi sambil memegang pipinya yang memerah.

Melihat ekspresi wajah arimbi, Desi segera menjelaskan “Nona Rafaldi! Nenek Serkan berharap untuk bertemu denganmu sekarang!”

Setelah terdiam sejenak, Arimbi akhrinya memutuskan kalau mereka tidak mempermasalahkan pipinya yang memar itu dia juga tidak akan mempedulikannya. “Baiklah.” jawabnya.

Dedi pun menghela napas lega dan mengangguk pada Arimbi untuk mengikutinya, “Nona Rafaldi, mari ikuti saya.” Mereka berdua pun pergi meninggalkan pavilliun menuju ke villa utama.

Setelah Arimbi memasuki kawasan villa utama, dia sangat terkejut dengan model kuno yang ada didalam kediaman utama itu. Jika Layla Serkan dan orang-orang yang tinggal disana tidak mengenakan pakaian modern, Arimbi mungkin akan berpikir bahwa dirinya pergi ke jaman masa kolonial. Interior mewah didalam villa Serkan itu sebanding dengan sebuah istana.

Meskipun Layla Serkan sudah berumur delapan puluh tahun lebih tapi dia masih kuat dan sehat. Dia memiliki lima anak laki-laki dan kelimanya kembar siam. Setelah melahirkan tiga anak laki-laki kembar, dia menginginkan seorang putri namun yang dia dapat malah dua anak laki-laki kembar. Saat ini kelima anaknya sudah berkeluarga dan memiliki banyak anak, hampir semuanya adalah laki-laki kecuali Elisha Melike Serkan.

Elisha adalah satu-satunya cucu perempuan Layla dan dari semua cucunya, Emir-lah yang menjadi cucu favoritnya dan juga penerus perusahaan yang telah dia didik secara pribadi bersama suaminya. Dalam keluarga Serkan, Layla adalah ratu dan selain Emir dan Elisha tidak ada seorangpun yang berani melawannya.

Meskipun Layla Serkan terlihat seperti seorang ratu yang bijak, Arimbi yakin bahwa Layla adalah orang yang tidak benar-benar baik. Bagaimana bisa orang baik mendidik orang menjadi dingin dan tidak berperasaan seperti Emir?

Saat Arimbi memasuki ruang tamu, dia melihat Layla duduk dikursi terapi dan seorang gadis kecil sedang memijat kakinya.

Disamping Layla ada beberapa wanita yang mengenakan pakaian mewah dan memakai perhiasan mahal. Pelayan yang mengantar Arimbi berhenti tepat didepan Layla dan melapor, “Nenek Serkan, Nona Rafaldi sudah sampai.”

Gadis kecil yang sedang memijat kaki Layla adalah cucu perempuan keluarga Serkan, Elisha. Dia menoleh dan menatap Arimbi, saat dia melihat pipi Arimbi yang memar dia terkejut sesaat.

Setelah itu dia berdiri dan menghampiri Arimbi, “Siapa yang memukulmu?”

Ketika Elisah bertanya pada Arimbi, Layla dan para wanita lainnya tidak menghiraukan Arimbi sama sekali. Arimbi hanya melirik mereka sekilas lalu menjawab, “Ayahku.”

Elisha yang terkejut pun tidak bisa membayangkan mengapa orang tua bisa memukul anaknya sendiri.

Setelah itu Desi memperkenalkanorang-orang itu pada Arimbi, “Nona Rafaldi, beliau adalah Nenek Serkan dan gadis ini adalah Elisha.” setelah itu dia memperkenalkan semua wanita yang ada diruangan itu pada Arimbi. Mereka adalah para istri dari keluarga Serkan, istri dari kelima anak Layla Serkan.

Dari semua wanita itu hanya ada satu yang melihat Arimbi dengan tatapan tajam dan menghina mulai dari saat dia memasuki ruangan, setelah perkenalan dan akhirnya Arimbi pun mengetahui kalau wanita itu adalah ibunya Emir dan istri dari putra sulung Layla.

Sebagai bentuk sopan santun, Arimbi menyapa mereka semua satu persaty namun lagi-lagi mereka mengacuhkan Arimbi kecuali Elisha. Layla menunggu sampai Arimbi selesai menyapa mereka semua sebelum menatapnya dan menyuruhnya duduk dengan suara lembut.

“Terimakasih,” ucap Arimbi. Dia menemukan tempat duduk yang kosong dan Elisha menyambutnya dengan ramah membuatnya merasa tenang selagi menunggu pertanyaan yang akan diajukan Layla padanya. Arimbi merasa kalau dia seperti sedang duduk diruangan sidang dengan deretan hakim yang siap untuk menelanjaginya dan menjatuhkan hukuman.

Awalnya Layla berencana menikahkan Emir dengan Arimbi karena ada rumor yang mengatakan bahwa Emir impoten. Ditambah lagi Emir juga tidak membantah rumor yang bereda. Bahkan keluarganya sendiri tidak ada yang tahu kebenarannya dan tidak ada seorangpun yang berani menanyakan pada Emir karena takut akan menyinggung perasaannya.

Layla merasa cemas, dia ingin mencari seseorang untuk menjaga Emir karena dia mempunyai begitu banyak pengawal, tapi tidak akan ada yang bisa mengalahkan ketelitian seorang wanita dalam merawat seorang pria. Akhirnya Layla ingin mencarikan istri untuk Emir dan berharap menikahkan Emir agar rumor-rumor buruk yang mengatakan bahwa Emir impoten itu bisa berhenti.

Jika Emir memang tidak impoten…..setidaknya dia mempunyai penjaga yang akan merawatnya jadi itu bukanlah hal buruk dengan cara menikahkannya. Tetapi, meskipun Layla sudah mendatangi semua keluarga kaya tidak ada satupun yang ingin menikahi Emir. Layla tidak punya pilihan selain memaksa Arimbi, pewaris keluarga Rafaldi.

Meski didalam hatinya sebenarnya Layla merendahkan Arimbi walaupun dia anak keluarga Rafaldi tapi dia dibesarkan didesa dan tidak memenuhi syarat untuk menjadi istri Emir.

“Aku dengar Emir membawamu kemari dan membiarkanmu tinggal bersamanya. Aku hanya merasa penasaran saja, karena itu aku memintamu untuk menemuiku.” kata Layla.

“Apa Emir memberitahumu mengapa dia membawamu kemari?”

Setelah mendengar ucapan Layla, dia pun yakin jika Emir tidak memberitahukan pada keluarganya kalau mereka sudah menikah. Mungkin hanya pengawal Emir saja yang tahu jika Arimbi adalah istri Emir. Tanpa izin Emir, bahkan orangtuanya sendiri tidak akan mengetahui kebenaran ini.

Diam-diam Arimbi mengagumi keteguhan suaminya dalam menjaga rahasia. “Aku sudah melukainya jadi dia membawaku kembali untuk menghukumku.” jawab Arimbi memberi alasan. Karena mereka sudah berjanji akan merahasikan hubungan mereka, Arimbi memilih untuk membohongi mereka. Meskipun apa yang diucapkannya tidak sepenuhnya bohong.

‘Bukankah Emir membawaku kembali untuk menyiksaku? Dia tidak akan membiarkan aku menanggung kewajiban sebagai seorang istri kan? Apakah dia bahkan bisa membuatku puas diatas ranjang?’ pikirnya. Setelah memikirkan itu, tiba-tiba Arimbi memikirkan sebuah ide jahat. Setelah dia terbebas malam ini, dia akan pergi menjahili Emir.

Melihat wajah Emir yang dingin itu tersipu malu adalah hal yang sangat menyenangkan bagi Arimbi. Layla memperhatikan wajah Arimbi dan dia merasa tidak puas dengan jawaban wanita itu, tapi dia tidak mengatakan apapun pada Arimbi. Sebaliknya, dia melirik menantu keduanya Lianti. Setelah Lianti menerima isyarat dari Layla, dia pun mendengus, “Nona Rafaldi, kamu telah menyayat pergelangan tanganmu sendiri dan menolak menikah dengan Emir dan itu telah melukai harga dirinya! Sudah pasti dia akan membalasmu!”