Apakah masih ada cinta sejati di dunia ini?
Mengingat hidup itu tak cuma butuh modal cinta saja. Tapi juga butuh harta.
Lalu apa jadinya, jika ternyata harta justru mengalahkan rasa cinta yang telah dibangun cukup lama?
Memilih bertahan atau berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ipah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Wanita tak tahu diri
"Pelan-pelan dong sayang. Sakit tahu." ucap Doni menahan sakit.
"Ini juga sudah pelan-pelan kok mas. Lagian kamu kenapa bisa kayak gini?" Siska terlihat tak sabar merawat suaminya.
"Aku.... Aku di keroyok sama preman."
"Apa? Di keroyok preman? Kok bisa?"
"Iya, aku tak sengaja menendang batu dan terkena mereka. Jadi mereka ngga terima dan membuatku sampai seperti ini."
"Tunggu-tunggu. Kamu tadi berangkat naik mobil. Terus kok bisa jalan sampai menendang batu dan mengenai mereka? Bagaimana ceritanya?" Bu Mirna yang sejak tadi diam menyimak, tiba-tiba angkat suara.
Doni memegang kepalanya yang terasa berdenyut nyeri, karena mendengar pertanyaan beruntun dari mulut kedua wanita yang ada dihadapannya.
"Mobil Doni di rampok sama mereka Bu." lirih Doni.
"APA! DI RAMPOK?" ucap Siska dan Bu Mirna bersamaan.
"Lalu uangnya ikut di rampok juga?" Bu Mirna terus mencecar Doni dengan pertanyaan.
"Uang? Uang apa?" Siska yang tak tahu arah percakapan mertua dan suaminya menatap keduanya dengan heran.
"Sudah, aku mau istirahat dulu. Jangan terus menerus mencecar ku dengan pertanyaan. Lebih baik kalian berdua cepat urus luka-luka ku ini sampai sembuh.
"Mas." ucap Siska dengan suara manja, saat ia dan suaminya sudah merebahkan diri di atas tempat tidur.
"Apa?" lirih Doni.
"Aku mau ini." dengan gaya genit, Siska tak ragu untuk memegang senjata Doni. Hingga senjata yang tadinya loyo, kini langsung tegak berdiri. Tapi untuk bertempur, rasanya belum siap.
"Kamu kan tahu, kalau aku baru sakit Sis." Doni menolak keinginan Siska, padahal dalam hatinya sudah begitu menggelora.
"Yang sakit kan wajahmu, bukan perkutut mu."
Siska masih saja menggoda dan merayu suaminya. Tangannya terus bergerak menjelajahi, dan semakin lama semakin cepat.
Dengan kekuatan super, Siska berhasil menanggalkan baju milik suaminya. Wanita itu sangat hebat dalam melancarkan aksinya.
Sehingga mau tidak mau, di tengah rasa remuk yang singgah di badan Doni, Siska berhasil mendapatkan apa yang diinginkan.
"Ayo mas, kita ronde ke lima."
"Ampun sayang, sepertinya cukup sampai ronde ke empat dulu saja. badan ku sudah remuk redam tidak karuan."
"Halah, tadi bilangnya begitu. Eh, taunya mau juga." tangan Siska bergerak nakal memainkan gunung kembar milik nya sendiri.
Dalam hati Doni berpikir, kenapa Siska yang notabenenya sebagai pengantin baru tidak punya malu sama sekali untuk menawarkan dirinya.
Padahal biasanya para wanita selalu malu-malu untuk diajak berhubungan badan. Bahkan mungkin mereka sudah tidak bisa bertahan di ronde yang kedua atau ketiga. Tapi ini Siska begitu berani menawarkan sampai lima ronde.
"Sayang, kok kamu begitu kuat sekali sih? Bahkan kamu sampai berani menawarkan diri padaku." celetuk Doni sambil memandang bukit kembar milik Siska yang begitu menggoda.
"Katanya kalau menawarkan diri duluan pada pasangan itu nanti masuk surga. Ya aku ikutin saja perintah itu mas. Kalau kamu ngga suka, ya sudah kita tidurnya sendiri-sendiri saja. Kamu mikirnya negatif terus ke aku. Kan aku jadi sedih." Siska membalikkan badan, dan kini membelakangi Doni.
"Eh, maaf sayang. Bukan itu maksud ku. Tapi.... Ya sudahlah kita segera tidur saja. Aku beneran sudah capek. Dan seluruh tubuh ku sakit semua." Doni memeluk tubuh Siska dari belakang.
**
Selama beberapa hari, Doni terbaring lemah di rumah. Siska yang merasa bosan karena terus merawat suaminya , berniat main ke kos-kosannya.
"Kamu mau kemana sayang? Kok dandan cantik dan wangi sekali?" tanya Doni ketika melihat Siska tengah memoleskan lipstik warna merah menyala di bibir tebalnya.
Wanita itu juga memakai dress press body warna biru muda, sehingga memperlihatkan lekuk tubuhnya yang semakin menawan. Sepatu high heels setinggi lima puluh centimeter warna hitam menopang berat tubuhnya.
"Aku mau ke rumah temanku mas. Bosen tahu di rumah melulu."
"Apa? Main ke rumah teman?" ulang Doni, dan Siska mengangguk sambil menyambar hand bag nya.
"Aku ini baru sakit lho. Kok, kamu main pergi-pergi saja sih?"
"Kamu sakit sudah ada ibu yang mengurus di rumah kan? Jadi ngga apa-apa dong aku tinggal sebentar." sahut Siska dengan entengnya.
Doni berdecak kesal melihat Siska yang melenggang keluar kamar.
"Dasar wanita tak tahu diri." umpat Doni.
"Permisi mbak, apa mas Doni dan Bu Mirna nya ada?" tanya seorang wanita pada Siska, saat kakinya baru saja menginjak lantai teras. Siska menelisik penampilan wanita itu dari atas ke bawah.
"Ada, silahkan masuk."
Tamu itu pun mengangguk, lalu masuk ke dalam rumah. Sengaja Siska bersembunyi agar dapat mendengarkan apa yang akan di sampaikan tamu pada suami dan mertuanya.
Sementara itu di dalam rumah, Bu Mirna kaget dengan kedatangan wanita pemilik WO.
. y.. benar si kata Mahes klo pun hamidun lg kan ada suami yg tanggung jawab,... 😀😀😀
alhmdulilah akhirnya, Doni dan Siska bisa bersatu, nie berkat mbak ipah jg Doni dan Siska menyatu... d tunggu hari bahagianya... 🥰🥰🥰👍👍👍
tebar terus kebaikanmu... Siska, bu Mirna dan Doni syng padamu, apalagi Allah yg menyukai hambanya selalu bersyukur... 😘😘😘😘
nie yg akhirnya d tunggu, masya Allah kamu benar 2 sudah beetaubat nasuha, dan kini kamu bahkan membiayai perobatan bu Mirna dan jg menjaganya... tetaplah istiqomah Siska... 👍👍👍😘😘😘