Deskripsi Novel: "Bayang di Balik Jejak"
Di kota kecil Rivermoor yang diselimuti kabut, sebuah rumah tua bernama Rumah Holloway menyimpan rahasia kelam yang tidak pernah terungkap. Sejak pembunuhan brutal bertahun-tahun lalu, rumah itu menjadi simbol ketakutan dan misteri. Ketika Detektif Elena Marsh, yang penuh ambisi dan bayangan masa lalu, ditugaskan untuk menyelidiki kembali kasus tersebut, dia segera menyadari bahwa ini bukan sekadar pembunuhan biasa.
Jejak-jejak misterius membawanya ke dalam jaringan ritual gelap dan pembunuhan berantai yang melibatkan seluruh kota. Setiap langkah yang diambilnya memperdalam keterlibatannya dengan sesuatu yang lebih jahat daripada yang pernah ia bayangkan. Namun, ancaman terbesar justru datang dari bayang-bayang yang tak kasatmata—dan nama Elena ada di daftar korban berikutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MENEMBUS BAYANG BAYANG TAKDIR
Elena merasa tercekik oleh kenyataan yang baru saja diungkapkan Liam. Dia menatapnya, mencoba mencari makna di balik kata-kata yang terlontar dari mulutnya. Segalanya seolah menjadi kabur, seperti menatap dunia melalui kaca yang retak. Semua yang mereka hadapi, setiap langkah, setiap keputusan yang mereka buat—apakah itu hanya bagian dari permainan yang jauh lebih besar?
"Jadi, apa yang sebenarnya terjadi, Liam?" tanya Elena, suaranya hampir tidak terdengar, seolah dia takut dengan apa yang akan dia dengar. "Apa yang kau sembunyikan dariku?"
Liam menghela napas, matanya penuh dengan kesedihan. "Elena, kau harus tahu bahwa kita tidak hanya berjuang melawan makhluk itu. Semua yang kita lihat—dunia ini, bahkan pedang yang kau pegang—semuanya adalah bagian dari eksperimen yang jauh lebih tua, lebih jahat. Aku... aku adalah bagian dari eksperimen itu."
Elena terkejut mendengar pengakuan itu. "Apa maksudmu?" tanyanya dengan cepat, langkah mundur beberapa inci, terkejut oleh kebenaran yang semakin terbuka.
Liam menatapnya dengan tatapan yang dalam. "Aku bukanlah Liam yang kau kenal. Aku adalah bayangan dari Liam—hasil dari eksperimen yang dimulai berabad-abad lalu. Aku terlahir dari dunia yang tak bisa kau bayangkan. Dan kau, Elena, adalah bagian dari eksperimen ini. Kau bukan hanya pejuang; kau adalah kunci untuk membangkitkan atau menghancurkan seluruh siklus ini."
Suara Liam semakin dalam, semakin menggema, seolah ada kekuatan yang berusaha mengubah segala sesuatu yang mereka percayai. "Kau adalah bagian dari rencana ini sejak awal. Pedang itu, kekuatan yang kau miliki, semuanya adalah alat yang telah disiapkan untuk momen ini. Dunia ini adalah eksperimen untuk menguji seberapa jauh manusia bisa mempertahankan kebebasan mereka, meskipun takdir mereka sudah ditentukan sejak lahir."
Elena merasa pusing. Setiap kata Liam seakan-akan memecah dinding kenyataan yang telah dia bangun sepanjang hidupnya. Segala hal yang dia lakukan—semua pengorbanan, semua pertempuran—mungkin hanya bagian dari permainan besar yang tak bisa dia pahami.
"Jadi, kau bukanlah Liam yang sebenarnya?" Elena hampir tak bisa berkata-kata, tubuhnya terhuyung oleh kenyataan ini. "Jika itu benar, maka siapa yang aku lawan? Apa tujuan dari semua ini? Kenapa aku harus ada di sini, berjuang melawan takdir yang bahkan tidak aku pahami?"
Liam terdiam sejenak, menatap Elena dengan tatapan yang penuh penyesalan. "Aku adalah bayangan dari diriku yang asli. Aku adalah satu dari ribuan versi diriku yang terjebak dalam eksperimen ini. Dan kau, Elena... kau adalah ciptaan yang lebih penting dari apa yang bisa kau bayangkan. Aku tahu itu sangat sulit untuk diterima, tetapi ini adalah kebenaran."
Elena merasakan tubuhnya lemas. Semua yang dia tahu tentang dirinya, semua yang dia percayai selama ini, sekarang tampak seperti sebuah kebohongan besar. Namun, satu hal yang tidak bisa dia lepaskan—keinginan untuk melawan, untuk membebaskan diri dari bayang-bayang yang mencoba menjeratnya.
"Kau... kau bilang dunia ini adalah eksperimen, tetapi kenapa aku tidak bisa ingat apapun sebelumnya?" tanya Elena, suaranya penuh kebingungan. "Mengapa aku hanya ingat sebagian dari perjalanan ini? Semua yang aku lihat, apa yang aku rasakan, rasanya seperti mimpi yang tak pernah berakhir."
Liam menggelengkan kepala, ekspresinya penuh dengan keputusasaan. "Itulah bagian dari eksperimen. Semua ingatanmu, semua kenanganmu, telah diatur. Mereka menghapus ingatanmu untuk setiap kehidupan sebelumnya, untuk memastikan bahwa kita tidak bisa melarikan diri dari takdir kita. Setiap kali kau melawan, mereka mengatur ulang segalanya—semuanya akan kembali ke titik yang sama."
Elena terdiam. Apa yang dia hadapi bukan hanya sekadar makhluk jahat yang harus dikalahkan, tetapi sebuah sistem yang jauh lebih besar—sesuatu yang telah mengontrol hidupnya tanpa dia sadari. Setiap pilihan yang dia buat, setiap langkah yang dia ambil, semuanya tidak lebih dari reaksi terhadap kekuatan yang lebih besar.
"Jadi, bagaimana kita bisa menghentikan ini?" tanya Elena, wajahnya dipenuhi tekad. "Apa yang bisa kita lakukan untuk menghancurkan siklus ini?"
Liam menatapnya dengan tatapan penuh beban. "Ada satu cara, Elena, tetapi itu berarti kita harus menghancurkan dunia ini—semua dunia ini. Kita harus mengorbankan semuanya. Tak ada yang akan tersisa, termasuk kita."
Kata-kata itu seperti cambuk yang memukul Elena. "Hancurkan dunia?" bisiknya, matanya terbuka lebar. "Tapi... jika kita melakukannya, kita akan menghancurkan segalanya, termasuk diri kita sendiri."
Liam mengangguk, ekspresinya begitu serius. "Itulah pengorbanan yang diperlukan. Selama dunia ini ada, takdir akan terus mengikat kita dalam lingkaran yang tak terputus. Untuk menghentikan eksperimen ini, kita harus menghancurkan sistem yang ada—sistem yang telah mengendalikan setiap dunia dan kehidupan yang ada."
Elena terdiam, mencerna kata-kata Liam. Menghancurkan dunia ini berarti mengakhiri segala sesuatu—tak hanya kehidupan mereka, tetapi juga harapan yang mereka miliki. Tetapi di sisi lain, jika mereka terus berjuang, mereka akan terperangkap dalam siklus yang tak ada habisnya, berulang tanpa akhir.
Ada pilihan yang sulit di hadapannya. Kehidupan yang dia kenal, dunia yang dia jalani, semuanya mungkin tidak lebih dari ilusi yang diciptakan oleh kekuatan yang lebih besar. Jika dia memilih untuk melawan, ada kemungkinan besar dia akan terjebak dalam lingkaran ini selamanya. Tetapi jika dia memilih untuk menghancurkan dunia ini, segalanya akan berakhir—termasuk dirinya dan semua yang dia cintai.
"Apakah kita siap untuk itu?" Elena bertanya, suaranya tegas meskipun ada keraguan di dalam hatinya.
Liam menatapnya dalam-dalam. "Kita tidak punya pilihan lain, Elena. Tak ada jalan keluar kecuali melalui pengorbanan."
Elena menggenggam pedangnya dengan erat, matanya penuh tekad. Ini adalah pilihan terakhir mereka—untuk menghancurkan segala sesuatu demi kebebasan, atau untuk menyerah pada takdir yang telah ditentukan untuk mereka. Tak ada yang bisa memastikan apa yang akan terjadi setelah ini. Tapi satu hal yang pasti—perjuangan ini akan mengubah segalanya, selamanya.