Fell Harder to You
Awalnya Marley merasa biasa saja dengan Elang. Semakin kesini takdir selalu mempertemukan mereka. Berteman dengan kaka dan teman teman kaka nya membuat Marley seperti berada di kebisingan yang tiada henti.
Termasuk Clara ia lah mak comblang bawel nya.
Apakah Marley akan menyukai ketos itu?
atau apakah Marley akan menelan ludah nya sendiri dengan berkata tak akan suka dengan lelaki populer?
Saksikan kisah mereka dii Fell Harder to You yaaa
jangan lupa tinggalin jejakkkk!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Byanzaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jepit
Jam menunjukan pukul 08.09, ya 08.09 Marvel dan Marley izin tak masuk sekolah pada hari ini. Kalo Marley tentu karena ia masih sakit, namun Marvel? Ia belum mengerjakan pr fisika nya.
Daniel sudah tak berada di pelukan nya, mungkin sedang sarapan. Tapi Marley kalau sakit lebay banget, ia sedih ia sedang sakit kok di tinggalin. Itu kata hati lebay nya.
Memutuskan untuk membuka ponsel nya, Marley menyiritkan alis nya. Ada no tak di kenal yang mengirim nya pesan.
Di kejutkan oleh suara Marvel, membuat Marley langsung meredupkan senyuman nya, malu. "gimana? Masih panas dahi nya?" Ucap Marvel, ia di tugaskan untuk melihat keadaan Marley masih tidur atau sudah bangun.
Elusan hangat terasa di kepala Marley "jangan cemberut gitu, ayah tadi ada meeting online sebentar, bunda nyiapin sarapan buat adek. No no cemberut oke?" jika jujur Marvel ingin jail pada adik nya, namun sekarang melihat kantung mata Marley semakin besar, lebam dimana mana, membuat Marvel ingin bersama Marley setiap saat.
Marley mendengar itu mengangguk "bantuin adek ke bawah" pinta Marley meminta di genggam tangan nya.
Marvel terkekeh atas tingkah laku Marley itu, langsung menggandeng adik nya menuruni tangga.
"dek tadi kaka chat gebetan kaka, dia lucu banget"
Marley ikut tersenyum lalu memukul lengan Marvel menggoda "ahhaha kecintaan banget"
Namun ketika sampai di ujung tangga, Marley mematung melihat ada lelaki asing yang sedang mengobrol dengan Daniel.
Ya, itu Elangga Atmadewa si ketos. Daniel dan Elang tentu melihat interaksi kakak-beradik itu. Namun itu bukan masalah nya sekarang, sekarang Marley sedang memakai baju tidur berwarna pink.
Dia malu karena ada gambar kartun di saku baju nya, karena image yang ia tampilkan ia menyukai hitam...
*ilustrasi baju tidur Marley.*
"aduh" seru nya pelan. Marvel yang melihat itu menahan tawa.
"ngapain diem di situ?" tanya Daniel bertanda bahwa Daniel meminta Marley menghampiri Daniel.
Marvel yang enggan mencampuri urusan itu, pamit bahwa ia akan membantu sang Bunda di dapur, menyiapkan sarapan.
Plester kompres demam masih ada di dahi nya. Menghampiri duduk di sebelah Elang, ralat ia terpaksa karena Daniel memakai single sofa. Ia asal nya ingin duduk di sebelah sang ayah, namun pasti tak cukup.
"kamu juga ga sekolah Elang?" tanya Daniel melihat Elang dengan stelan baju bebas itu.
Elang tersenyum kaku dan mengangguk "iya om, asal nya saya juga mau sekolah. Namun saya terlanjur di izin kan oleh teman" tutur nya lembut.
"ka el kapan dateng?" tanya Marley dnegan suara lemah nya.
Elang memfokuskan pandangan nya ke Marley "sebelum kamu turun"
"uhuk, uhuk" ia terkejut kalau begitu tadi ketika bertukar pesan Elang sudah di sini "ohh" lirih nya.
Sungguh Elang ingin memuji langsung pada Marley bahwa saat ini, perempuan di samping nya sangat lucu dengan baju tidur itu.
"saya ada sogokan agar kamu cepat sembuh" timpal Elang memberikan sebuah tote bag kertas berukuran sedang.
Dengan bingung ia membuka isi tote bag itu, alangkah mulut nya terbuka dan tersenyum bahagia. Tote bag itu isi nya jedai dan jepit, karena Elang sering melihat Marley memakai jepit di rambut nya.
"tiba tiba banget"
"kalau di kasih tau bukan surprise nama nya" timbal Elang tak mau kalah.
"makasih ya Elang, aduh om ga punya apa apa. Marley aja gimana? Bawa pulang di jual juga ga apa apa" Elang Marley lupa bahwa di situ masih ada Daniel.
Dengan berdecih dengan muka bercanda nya "hate terus, adek kalo di jual harus ke pangeran darah biru bukan ke kak el darah merah".
Daniel dan Elang tertawa akan itu, candaan dengan suara mindeng milik Marley semakin lucu.
Suara ponsel terdengar, berarah dari ponsel milik Daniel yang berada di meja. "om angkat telpon dulu, silahkan ngobrol dulu ya" pamit nya lalu meninggalkan Elang dan Marley di ruang tamu.
"parah yeuu, ketos masa bolos"
"iya biar bisa belanja jepit lalu saya dengan bertemu kamu".
Marley ingin membalas, namun bibir nya seperti ingin tersenyum, di susuli pipi nya yang tiba tiba panas.
"yeuu dasar jamet pengkolan" balas Marley memainkan tote bag itu.
"hahaha, Davian tadi pagi titip salam pada kamu sebelum dia ilang"
"hah? Ilang?"
Elang malah tertawa, ia tak bisa menahan nya "iya ilang, ilang di tumpukan baju dinas nya bang hasan. Bimantara yang menemukan nya saja terkejut, ia kira ada hantu di situ"
"hahaha kok dia konyol banget sih"
"iya, katanya Bimantara jantung nya hampir pindah ke lutut" bercanda Elang, membuat tertawa lemas milik Marley makin terdengar. Dengan kebiasaan nya ketika tertawa ia akan memukul sesuatu.
Ia malah memukul punggung milik Elang, lalu Elang pun malah melanjutkan jokes milik nya membuat Marley hampir lemas.
"ciyee ciye" ya, itu suara Clara paling cempreng.
Di sana sudah ada Malik, Fadil, Angkasa dan Clara yang sedang tersenyum menggoda yang sedang tertawa itu.
Tawa Marley nya di ganti senyuman, malu. "udah sembuh yaa, sekarang udah bisa ketawa" goda Malik sembari menunjuk Marley dan Elang dengan dagu nya.
"anak om lagi pacaran kok kalian ganggu si" timpal Daniel yang baru datang di ruang tamu.
"omm nielll, makin ganteng aja ya di liat liat" goda Fadil sembari menatap Daniel, dengan senyuman nya itu. Di balas oleh kepedean oleh Daniel
Merasa canggung, ia berdiri dari duduk nya "om dan semua nya, saya mau pamit dulu. Seperti nya ada kendala di rumah saya" izin Elang membuat semua atensi berfokus pada nya.
"alah alah, salting nya pergi ah ga asik" ujar Clara sembari tertawa memukul Malik.
Daniel menggelengkan kepala nya "jangan di goda terus, iyaa Elang hati hati ya, terimakasih udah mampir kesini"
Elang langsung menghampiri Daniel untuk mencium sopan tangan Daniel. "kalai begitu saya pamit, assalamualaikum" pamit nya mata nya berpamit pada semua orang, tatapan nya berakhir di Marley yang sedang tersenyum tipis.
"kecintaan banget, pipi nya merah gitu ihh" ujar Angkasa sembari menunjuk Marley dan tertawa. Pertemanan mereka mah sehari tanpa saling ngetawain salah satu dari mereka kaya nya langsung tipes.
Terlihat Marley tak menanggapi itu, ia memeluk bantal yang dari sofa. Ia seperti lelah tertawa entah kenapa. Bukan ia tak suka jokes teman teman nya itu, ia langi lemas harus bagaimana?.
"udah ah males di goda mulu" kesal nya dengan masih memeluk bantal itu.
Clara menghampiri Marley di susuli yang lain nya juga "ahha iya maap, muka lo lebam gitu. Kalo gw tonjok lagi bagus ley".
"mata lo bagus"
"sorry kemarin kita ga bantuin, om niel sama si marvel kagak ngasih tw sih. Padahal kalo tau kita bantuin, lo ga tau bandung punya gw?" bangga Fadil sembari memukul dada nya sendiri,dengan wajah songong nya itu membuat tangan Malik dengan enteng memukul kepala Fadil.
Bantal yang tadi nya di peluk Marley, langsung ia lemparkan pada Fadil "atur aja dah, lo kan panitia nya".
"dukung Fadil jadi presiden biar Bandung jadi milik fadil" ucap nya masih lantang, memukul dada nya sendiri bangga.
"udah dil malu"
"gw pens ringan lo, sumpah boong"
"oppa fadil sunbaenim"
Sudahi drama drama Fadil Fadil itu, kenapa mereka tak sekolah? Nadira yang menanyakan itu, setelah urusan dapur nya selesai .
"bukan bolos bun, mau jaga Marley"
"iya bun kita kan true bestie nya Marley, jadi harus di jenguk dengan melewati sungai, lembah berapi api dan lain nya"
"hehe bun, kasa belum ngerjain fisika"
Nadira menggelengkan kepala nya mendengar itu, ia seperti sudah terbiasa akan itu.
...*...
Jangan lupa tinggain jejak 🤝🏻🤝🏻