Bagaimana jadinya jika seorang siswi dijodohkan dengan gurunya sendiri.
Faradilla Angelica, siswi kelas 12 yang terkenal dengan prestasinya keluar masuk ke ruang BK, bukan karena dia sering bolos atau yang lainnya, melainkan karena dia sering kepergok berpacaran di area sekolah dengan Arsyad.
Orang tuanya merasa geram, hingga mereka menjodohkan Fara dengan Aslan, guru baru di sekolahnya.
Fara jelas tidak terima dengan perjodohan itu. Dia sampai rela kabur dengan Arsyad demi menolak perjodohan itu.
Lalu bagaimana jika akhirnya Fara dan Aslan dinikahkan? Apakah akhirnya Fara bisa mencintai Aslan, sosok guru yang sangat galak itu?
"Dasar Pak Singa!" begitulah Fara menyebutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30
"Aku akan ambil hak aku sekarang! Sebagai suami kamu." Mata Aslan sudah menggelap, dia tak peduli lagi dengan tangis Fara.
"Jangan, aku mohon...."
Aslan sudah tak mendengar lagi permohonan dari Fara. Dia terus membuka seragam Fara hingga keindahan itu kini terlihat dengan sempurna. Emosi yang membara kini berubah menjadi hasrat yang membuncah. Apalagi saat Aslan berhasil membuka penutup buah sintal itu. Masih kencang, bulat dan sangat menggoda. Dia lahap kedua gundukan itu meski Fara masih saja terus memberontak.
"Pak Aslan hentikan!" sekuat apapun Fara berusaha melepaskan diri tapi dia tetap tidak bisa lepas dari cengkeraman Aslan.
Aslan melepas bibirnya lalu menatap lekat Fara. "Kenapa menangis? Kamu berbuat dosa dengan Arsyad sangat senang, tapi melakukan kewajiban pada suami dan akan mendapat pahala justru menolak."
Fara mengalihkan wajahnya dari tatapan tajam Aslan. Tenaganya seperti habis melawan Aslan yang ternyata sia-sia.
Aslan menarik tubuh Fara dan menjatuhkannya di atas ranjang. Dia kembali mencekal kedua tangan Fara saat Fara akan kabur.
"Diam! Jangan kabur!" Aslan kembali mengunci kedua kaki Fara. "Cukup kamu rasakan dan nikmati. Lebih nikmat mana suami kamu atau pacar kamu!"
Fara berusaha berontak sekali lagi tapi semakin dia memberontak, Aslan semakin menindih dirinya bahkan bibir Aslan kini sudah memberi banyak tanda merah di sekitar dada Fara.
Aslan melepas kemejanya dengan satu tangan, lalu dia lilitkan di kedua tangan Fara agar tidak bisa melawan lagi.
"Pak, ini namanya pemer ko sa an!!"
Aslan tersenyum miring. "Ck, memper ko sa istri sendiri. Kamu sudah halal aku sentuh. Kamu milik aku. Mulai sekarang, dan seterusnya kamu akan tetap jadi milik aku."
Fara semakin ketakutan. Dia sama sekali tidak menyangka, Aslan nekad melakukan ini padanya.
Aslan melepas rok dan kain penutup segitiga itu meski beberapa kali mendapat tendangan dari Fara tapi dia tak mengurungkan niatnya. Dia kini juga sudah melepas celananya dan bersiap melakukan suatu hal yang seharusnya dilakukan dengan penuh cinta dan kasih sayang bukan dengan keterpaksaan seperti ini.
"Pak jangan!" Fara berusaha menutup kedua kakinya tapi Aslan dengan kuat membukanya. "Pak." Fara semakin menangis saat Aslan kini sudah mengungkungnya. Kedua tangannya yang terikat sudah tidak bisa bergerak. Bahkan kakinya sudah terasa lemas tak ada tenaga lagi untuk menendang.
Aslan meraba sesaat milik Fara lalu mengusapnya lembut, benarkah dia sudah melakukannya bersama Arsyad? Aslan menjadi ragu melakukannya tapi saat teringat perkataan Fara dan juga kedekatan nya dengan Arsyad membuat Aslan benar-benar ingin menjadikan Fara miliknya seutuhnya.
Aslan mulai memposisikan dan dia menghentakkan miliknya cukup kuat hingga membuat Fara menjerit. Aslan menghentikan pergerakannya. Dia merasakan kedua dinding itu sangat sempit dan seperti ada sesuatu yang ikut robek seiring dorongannya. "Are you still virgin?" Aslan mengerutkan dahinya. Ternyata pernyataan Fara tadi hanyalah akal-akalan saja yang sudah menyulut emosinya.
Fara semakin membuang wajahnya dan menangis sesenggukan.
Aslan menghela napas panjang, ingin dia menghentikan aksinya tapi hasratnya sudah sampai di ujung. Akhirnya dia menggerakkan dirinya pelan. Ya, dia memang merasa bersalah telah memaksa Fara seperti ini tapi setengah hatinya dia merasa senang karena dirinya lah yang melakukan pertama kali dengan Fara, sebagai seorang suami tentunya. Dia juga tidak merasa berdosa, bahkan kini Aslan sudah menambah tempo gerakannya. Karena rasanya sangat nikmat dan membuatnya mabuk kepayang.
Fara masih saja membuang pandangannya. Dia merasa sakit. Bukan cuma hatinya yang sakit tapi juga raganya.
Suara de sah Aslan terdengar nyata bukan hanya simulasi seperti kemarin tapi sama sekali tidak ada balasan dari Fara. Hanya isak tangis yang terdengar. Bahkan Fara semakin menggigit bibir bawahnya saat Aslan semakin menambah ritme gerakannya.
"Pak, udah. Sakit." rintih Fara. Jelas hal itu membuat Fara kesakitan karena Aslan tak melakukan pemanasan yang cukup lama. Aslan terlalu memaksa dan tergesa.
Aslan tak mengindahkan permintaan Fara. Dia justru semakin menikmati setiap gesekan yang dia ciptakan. Semakin lama semakin cepat. Aslan mengerang dengan keras saat hasrat itu terlepas dengan nikmatnya. Dia mengatur napasnya lalu menangkup kedua pipi Fara. "Maafkan aku."
Fara sama sekali tidak mau menatap Aslan. Rasanya dia kini semakin membenci Aslan.
"Aku lakuin ini karena aku gak mau kehilangan kamu." Aslan melepas ikatan tangan Fara lalu turun dari atas tubuh Fara.
Badan Fara terasa lemas, dia hanya bisa memutar tubuhnya dan memunggungi Aslan. Dia masih saja menangis.
"Far, udah jangan nangis. Maafkan aku." Aslan mengusap punggung Fara yang belum tertutup apapun itu.
Fara menggeser dirinya agar tangan Aslan tak menyentuhnya.
Aslan kini terdiam sambil menatap bercak merah yang ada di sprei. Harusnya dia tidak terpancing omongan Fara begitu saja. Harusnya dia bisa menahan emosinya. Lalu apa bedanya dia dengan Arsyad, jika dia saja masih tidak bisa berpikir jernih dan selalu terbawa emosi.
Aslan menarik selimut dan menutupi seluruh tubuh Fara. Lalu dia mebereskan pakaiannya dan seragam Fara yang tercecer.
Dia kini menatap Fara yang telah memejamkan matanya dengan isak tangis yang masih sesekali muncul.
Aslan kembali menghela napas panjang lalu dia masuk ke dalam kamar mandi. Mulai saat itu dia harus bisa mengontrol emosinya. Cukup untuk kali ini saja.
Apa setelah ini Fara akan semakin membenciku?
...***...
Hingga hari akan berganti malam, Fara baru terbangun. Dia kini melihat sekitarnya. Tidak ada Aslan di kamar itu. Hanya ada pakaian dan minuman di atas nakasnya.
Perlahan Fara duduk. Badannya terasa sangat remuk sedangkan bagian intinya masih terasa sangat sakit. Bayangan buruk itu masih terngiang di otaknya. Rasanya dia benar-benar tidak rela Aslan mengambil mahkotanya meskipun Aslan adalah suaminya sendiri.
Dia mengambil gelas yang ada di atas nakas lalu meneguk minuman itu. Kemudian perlahan dia turun dari ranjang dengan selimut yang masih menutupi tubuhnya.
"Aww." Fara meringis kesakitan saat dia akan melangkahkan kakinya. "Kenapa sakit sekali." Fara kembali duduk. Mungkin karena pemaksaan itu membuat ototnya semakin tegang dan rasa sakit semakin terasa.
"Far, sudah bangun? Kamu mandi dulu terus makan." Aslan masuk ke dalam kamar dan berjalan mendekati Fara.
Fara tak menjawab Aslan, dia justru mengalihkan pandangannya.
Nada bicara Aslan sudah kembali melembut seperti sedia kala. "Mau ke kamar mandi? Ayo, aku bantu."
Fara menepis tangan Aslan lalu dia kembali berdiri dan berjalan perlahan menuju kamar mandi.
Aslan masih saja mengikuti Fara, meski akhirnya Fara menutup pintu itu dengan keras. Dia kini bersandar di dekat pintu kamar mandi itu. Masih terdengar samar-samar suara tangisan Fara yang tergugu.
"Maafkan aku Fara, maafkan aku...."
💞💞💞
.
sayang ama papa aslan