Sebuah Seni Dalam Meracik Rasa
Diajeng Batari Indira, teman-teman satu aliran lebih suka memanggilnya Indi, gadis Sunda yang lebih suka jadi bartender di club malam daripada duduk anteng di rumah nungguin jodoh datang. Bartender cantik dan seksi yang gak pernah pusing mikirin laki-laki, secara tak sengaja bertemu kedua kali dengan Raden Mas Galuh Suroyo dalam keadaan mabuk. Pertemuan ketiga, Raden Mas Galuh yang ternyata keturunan bangsawan tersebut mengajaknya menikah untuk menghindari perjodohan yang akan dilakukan keluarga untuknya.
Kenapa harus Ajeng? Karena Galuh yakin dia tidak akan jatuh cinta dengan gadis slengean yang katanya sama sekali bukan tipenya itu. Ajeng menerima tawaran itu karena di rasa cukup menguntungkan sebab dia juga sedang menghindari perjodohan yang dilakukan oleh ayahnya di kampung. Sederet peraturan ala keraton di dalam rumah megah keluarga Galuh tak ayal membuat Ajeng pusing tujuh keliling. Bagaimana kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nyai Gendeng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Namanya Arjuna
Masih terpanah, Ajeng berpegangan pada gagang pintu toilet, niatnya mau kembali ke meja bar, eh tapi dia malah masuk lagi. Ajeng menepuk jidat lalu kembali membuka pintu dan keluar. Ternyata eh ternyata, sosok tampan khas perpaduan bule dan Indonesia itu masih berdiri di tempat semula.
"Hai, kok linglung gitu sih?" tanya cowok ganteng itu. Ajeng meleleh seperti lilin saat mendengar suaranya yang serak-serak becek.
"Ehmmmm ... Iya. Gue ke depan dulu ya." Ajeng jadi kikuk.
"Tunggu," cegah lelaki tampan itu.
"Ada apa lagi ya, Mas?"
"Mas? Nice, saya suka mendengarnya. By the way, nama kamu siapa?" Lelaki itu mengulurkan jemari. Ajeng menyambut dengan suka cita.
"Indi, and you?" tanya Ajeng balik.
"Aku Arjuna. Senang bertemu kamu, Indi."
Ajeng mengangguk lalu kembali ke depan. Di lihat-lihat Raden Mas Galuh itu masih juga ada di sana. Bercokol dengan segelas minuman beralkohol yang sudah diracik oleh Riko. Keduanya juga seperti sedang bercanda.
Ajeng cuek bebek, dia menuju ke tempatnya semula. Permintaan meracik minuman semakin banyak. Ajeng mulai kembali tenggelam dalam pekerjaannya. Saat Ajeng tengah sibuk bereksperimen dengan racikan minuman, ia mendengar suara Arjuna lagi. Ia mendongak, surprise saat melihat lelaki ganteng tadi sedang bersama Galuh seolah mereka sudah lama tak bertemu.
"What's up, Man!" Galuh dan Arjuna terlihat akrab.
Tanpa sengaja kemudian Arjuna melihat Ajeng yang juga sedang melihatnya. Wajah lelaki itu sumringah sekali, sungguh Ajeng bukan ge-er tetapi lelaki itu memang sangat senang bisa berjumpa lagi dengannya.
Eh, sih cowok ganteng deketin Ajeng dong. Galuh menatap penuh selidik, lantas ikut deketin juga. Ajeng jengah, ingin rasanya dia melempar Galuh ke tiang tari tempat cewek-cewek seksi beraksi dengan bikini di dalam ruangan club itu.
"Hai, Indi. Wow, kamu ternyata seorang bartender!" Arjuna berdecak kagum. Ajeng mesem-mesem gak jelas dipuji sama Arjuna bikin Galuh memandangnya dengan tatapan aneh.
"Lo berdua udah saling kenal ya ternyata." Galuh merangkul Arjuna yang segera mengangguk.
"Ya, gue tadi gak sengaja ketemu dia di depan toilet. Gue kira dia pengunjung juga, ternyata dia bartender di sini."
Galuh mengangguk-angguk setelah tahu alasan mengapa dua orang itu bisa saling mengenal.
"Kita ke table gue aja yuk," ajak Galuh kepada Arjuna yang mengangguk setuju.
"Indi, aku ke sana dulu ya. Nanti aku pasti bakal ke sini lagi."
Ajeng mengangguk sumringah sedang Galuh memandangnya jengah.
"Dasar gatel," desis Galuh setelah Arjuna berbalik.
Ajeng meleletkan lidahnya ke arah Galuh, mengejek pria itu penuh kemenangan.
"Emangnya lo doang yang jadi idola di kalangan cewek-cewek itu?" Ajeng berkata dengan puas, merasa menang dari Galuh.
Riko hanya geleng-geleng kepala lihat kelakukan dua manusia yang akan segera disatukan dalam ikatan pernikahan itu. Dia juga bingung, mengapa Galuh dan Ajeng bisa merencanakan akan menikah jika sebelumnya mereka tak punya hubungan apa-apa dan diketahui baru saling mengenal juga.
Di table, Arjuna dan Galuh sedang bernostalgia dengan kenangan masa lampau mereka saat masih duduk di bangku kuliah. Kemarin, Galuh memang menerima pesan dari Arjuna bahwa sahabatnya itu akan segera kembali ke Indonesia setelah tiga tahun fokus di perusahaan keluarganya di Amerika.
"Jadi, masa lo gak pernah kencan sama cewek sana sekalipun sih?" tanya Galuh yang sudah tenggelam dalam euforia bersama Arjuna.
"Enggak, beneran. Gue tuh gak ada rasa suka sama sekali sama produk luar negeri. Produk lokal itu lebih berkelas. Apalagi kayak bartender di depan tadi. Cantik banget ya dia, tipe gue banget."
Galuh seketika diam, dia tahu yang dimaksud oleh Arjuna adalah Ajeng.
"Tapi lo kayaknya gak bakal bisa deketin dia deh."
"Loh, kenapa? Tadi dia welcome banget sama gue. Lo lihat gak gimana ramahnya dia sama gue tadi?" tanya Arjuna memastikan.
"Dia tuh gak bakal bisa dekat sama cowok lain karena dia bakalan nikah."
Arjuna mengerutkan dahi lalu menggelengkan kepala seolah tak percaya dengan kata-kata Galuh barusan.
"Lo tahu darimana emangnya? Udah kayak calon suaminya aja lo."
Galuh menuangkan lagi minuman dalam botol ke gelas Arjuna. Ia mengajak Galuh dan teman-teman mereka yang satu table dengannya untuk bersulang.
"Pokoknya, lo gak bakal bisa deketin dia apalagi sampe mau jadiin dia cewek lo."
Arjuna tertawa, ia menepuk-nepuk bahu Galuh.
"Lo suka juga sama dia? Jangan deh, buat gue aja. Kalo sama lo, pasti dia bakal jadi korban perasaan. Lo kan suka banget mainin cewek."
Arjuna mengatakannya sambil tertawa. Galuh tak kalah. Ia juga tertawa keras, sepertinya minuman beralkohol itu sudah mulai menguasai keduanya. Mereka bersulang untuk kesekian kali.
"Lo comblangin gue lah kalo emang kenal sama Indi, keknya gue naksir berat deh sama dia."
Galuh geleng-geleng kepala, dia tertawa kepada Arjuna.
"Gak bakal bisa, gue saranin lo cari cewek lain aja lah."
Arjuna menanggapi Galuh dengan malas lalu dia sendiri beranjak dari table. Galuh mengikuti langkah Arjuna menuju bartender. Lelaki itu berdecak kesal melihat Arjuna yang seperti sedang menggoda Ajeng. Namun, ia masih menahan dirinya. Ia memilih untuk bersenang-senang bersama para gadis malam yang mendekatinya.
Galuh tidak fokus sama sekali dengan para gadis yang sedang menggodanya itu. Akhirnya ia ikut berdiri, tetapi belum menyeret langkah menuju Arjuna yang semakin terlihat akrab bersama Ajeng. Mereka juga sepertinya sedang bertukar nomor ponsel.
Wah, ini sudah tidak bisa dibiarkan. Harga diri Galuh sebagai calon suami bartender seksi itu seperti sedang diinjak-injak saat ini. Ajeng mengabaikan Galuh yang memandangnya melotot dari kejauhan.
"Kan gue udah bilang jangan deketin dia!" Galuh menginjak rokoknya dengan kesal sembari tetap menatap Arjuna dan Ajeng yang semakin intens berkomunikasi.
"Galuh, lo mau kemana sih?" Seorang gadis seksi nan sintal menahan langkah Galuh tapi Galuh malah mendorongnya hingga terjatuh ke atas sofa. Galuh tidak bisa membiarkan Arjuna dan Ajeng menjadi semakin dekat.
Jadi dengan langkah yang sudah setengah sempoyongan karena pengaruh alkohol, Galuh membawa dirinya ke meja bar. Ia segera merangkul Arjuna dan memandang Ajeng lekat.
"Kan gue udah bilang, jangan deketin dia." Galuh berkata dengan tawa kecilnya kepada Arjuna.
"Lo kenapa sih, gue ke sini tuh emang lagi cari pacar. Kalo bisa gue nikahin kalo udah klop. Gue cuma pengen kenal lebih deket sama Indi."
"Masalahnya, dia itu udah bakal kawin sama orang laen, Dodol!" Galuh menoyor kening Arjuna yang masih menganggap Galuh tidak serius.
Ajeng sudah mengepalkan tangannya. Galuh tidak konsisten, katanya dia boleh dekat dengan pria mana saja sama seperti dia yang membebaskan Galuh buat dekat dengan perempuan lain.
"Kawin? Nikah maksud lo? Indi gak bilang tuh dia bakal nikah. "
"Gue calon suaminya!" Galuh menyentak gelas di atas meja bar itu dengan emosi.
Arjuna menatap Ajeng meminta penjelasan, Ajeng hanya bisa meraung di dalam hati karena Galuh!