NovelToon NovelToon
The King Final Sunset

The King Final Sunset

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Cintapertama / Poligami / Perperangan / Kultivasi Modern / Penyelamat
Popularitas:864
Nilai: 5
Nama Author: Mrs Dream Writer

Zharagi Hyugi, Raja ke VIII Dinasti Huang, terjebak di dalam pusara konflik perebutan tahta yang membuat Ratu Hwa gelap mata dan menuntutnya turun dari tahta setelah kelahiran Putera Mahkota.

Dia tak terima dengan kelahiran putera mahkota dari rahim Selir Agung Yi-Ang yang akan mengancam posisinya.

Perebutan tahta semakin pelik, saat para petinggi klan ikut mendukung Ratu Hwa untuk tidak menerima kelahiran Putera Mahkota.

Disaat yang bersamaan, perbatasan kerajaan bergejolak setelah sejumlah orang dinyatakan hilang.

Akankah Zharagi Hyugi, sebagai Raja ke VIII Dinasti Huang ini bisa mempertahankan kekuasaannya? Ataukah dia akan menyerah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs Dream Writer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Percakapan di Ruang Rahasia

Malam itu, Raja Zharagi memanggil Mei Li ke ruang rahasia di sayap timur istana. Ruangan itu sederhana, dengan dinding batu yang dihiasi lukisan-lukisan kuno. Sebuah meja kecil dengan dua kursi menjadi pusat perhatian, di mana Raja telah menunggu dengan raut wajah yang tampak lebih tua dari biasanya.

“Mei Li, duduklah,” katanya lembut, menunjuk kursi di depannya. Ia tampak letih, tetapi sorot matanya menunjukkan kesungguhan.

Mei Li menurut, duduk dengan penuh hormat. Ia belum pernah melihat Raja dalam keadaan seperti ini sebelumnya—tenang, tapi sarat emosi yang tertahan.

“Aku ingin berbicara denganmu dari hati ke hati,” ujar Raja, suaranya sedikit serak. Ia menatap langsung ke mata Mei Li, seolah ingin memastikan bahwa setiap kata yang akan diucapkannya dipahami dengan sepenuh hati.

Mei Li menunduk hormat. “Saya siap mendengar, Yang Mulia.”

Raja menarik napas panjang sebelum melanjutkan. “Kau tahu betapa aku mencintai anakku, Putera Mahkota. Tapi kau mungkin tidak tahu mengapa aku begitu khawatir akan keselamatannya.”

Ia bangkit dari kursinya dan berjalan ke arah jendela, memandang langit malam yang dipenuhi bintang. “Ibu kandungnya, Selir Agung, adalah satu-satunya wanita yang benar-benar memahami aku. Dia bukan hanya istriku—dia adalah belahan jiwaku. Kehilangannya... adalah pukulan terbesar dalam hidupku.”

Mei Li merasakan nada kesedihan dalam suara Raja. Ia mengangkat wajahnya perlahan, menatap punggung Raja yang tampak begitu rapuh.

“Setelah dia tiada, aku bersumpah pada diriku sendiri bahwa aku akan melindungi Putera Mahkota, tidak peduli apapun yang terjadi. Dia adalah satu-satunya peninggalan dari cinta kami. Tapi aku juga tahu... dunia ini penuh dengan pengkhianatan. Banyak yang ingin memanfaatkannya, atau bahkan mencelakainya.”

Raja berbalik, dan Mei Li melihat bahwa matanya kini berkaca-kaca. Air mata itu tidak jatuh, tetapi jelas terlihat betapa dalam luka yang masih ia rasakan.

“Aku memanggilmu, Mei Li, karena aku tahu kau adalah orang yang bisa kupercaya. Kau telah membuktikan kesetiaanmu, kecerdasanmu, dan keberanianmu lebih dari siapa pun di istana ini. Tapi aku perlu memintamu sesuatu yang lebih besar.”

Mei Li duduk tegak, siap menerima perintah apa pun. “Perintah Yang Mulia adalah kehormatan bagi saya.”

Raja mendekat, menempatkan tangannya di pundak Mei Li. “Ini bukan hanya perintah. Ini permohonan dari seorang ayah. Aku memintamu untuk tetap setia menjaga Putera Mahkota, bukan hanya sebagai pelayan istana, tetapi sebagai pelindungnya—bahkan jika itu berarti kau harus mengorbankan nyawamu.”

Mei Li merasa dadanya sesak. Ia tidak pernah melihat Raja sejujur ini. "Saya bersumpah, Yang Mulia, saya akan menjaga Putera Mahkota dengan segenap jiwa dan raga saya."

Raja tersenyum samar, tetapi kesedihannya masih terasa. “Terima kasih, Mei Li. Hanya itu yang kuinginkan.”

Pesan Tersembunyi di Balik Cinta

Setelah percakapan itu, Mei Li meninggalkan ruang rahasia dengan pikiran yang penuh. Ada sesuatu dalam cara Raja berbicara yang membuatnya bertanya-tanya.

Ia teringat pada pesan Lady Ira dan ancaman yang semakin nyata di dalam istana. Jika Raja meminta Mei Li menjaga Putera Mahkota dengan nyawanya, itu berarti ancaman terhadap pewaris takhta jauh lebih besar daripada yang terlihat di permukaan.

Sementara itu, di koridor yang gelap, seseorang mengamati Mei Li dengan mata penuh rencana. Lady Ira berdiri di balik pilar, tersenyum tipis. "Sepertinya Raja Zharagi mulai memperkuat pasukannya. Tapi sayang sekali, Mei Li, kau memilih pihak yang akan kalah," gumamnya sebelum menghilang ke dalam bayang-bayang istana.

Mei Li tahu bahwa tugasnya tidak hanya menjaga Putera Mahkota dari ancaman luar, tetapi juga dari pengkhianatan di dalam istana yang kelihatannya semakin mendekat.

Keesokan harinya, perintah dari Raja Zharagi menggema di seluruh negeri. Dalam balairung istana, Raja memimpin rapat darurat bersama para panglima perang, komandan pengawal kerajaan, dan beberapa penasihat senior. Wajahnya serius, menunjukkan bahwa ancaman penculikan para pemuda ini telah menjadi prioritas utama kerajaan.

“Kasus penculikan ini tidak lagi dapat dibiarkan berlanjut!” tegas Raja Zharagi sambil menghentakkan tangannya ke meja. “Para pemuda adalah masa depan kerajaan kita. Kehilangan mereka sama dengan kehilangan masa depan kita. Aku memerintahkan penyisiran menyeluruh ke semua wilayah—dari desa terkecil hingga ibu kota! Tidak ada sudut yang dibiarkan tanpa pengawasan!”

Panglima Tian, seorang pria bertubuh kekar dengan janggut lebat, berdiri dan memberi hormat. “Kami akan mengerahkan seluruh pasukan, Yang Mulia. Tapi jika boleh, saya meminta izin untuk menggunakan para pengintai bayangan. Mereka dapat menyusup ke wilayah-wilayah terpencil tanpa menarik perhatian.”

Raja mengangguk setuju. “Gunakan semua sumber daya yang diperlukan. Aku juga ingin koordinasi dengan desa-desa perbatasan. Banyak laporan menyebutkan bahwa para pemuda yang hilang terakhir terlihat di daerah itu.”

Mei Li Terlibat Langsung

Setelah rapat selesai, Raja memanggil Mei Li secara pribadi. “Mei Li, aku ingin kau ikut dalam operasi ini,” ujarnya.

Mei Li terkejut, tapi ia tidak menunjukkan keraguan. “Apa yang Yang Mulia ingin saya lakukan?”

“Kau tahu istana ini lebih baik daripada siapa pun, termasuk jalur rahasia yang tidak diketahui banyak orang. Aku ingin kau menyelidiki kemungkinan keterlibatan orang dalam. Aku tidak bisa mengabaikan kemungkinan bahwa pengkhianat berada di antara kita.”

Mei Li mengangguk dalam-dalam. “Saya mengerti, Yang Mulia. Saya akan melaksanakan tugas ini dengan sebaik-baiknya.”

Raja menepuk bahunya perlahan. “Kau selalu bisa kuandalkan.”

Penyisiran di Desa Perbatasan

Sementara itu, pasukan kerajaan yang dipimpin oleh Panglima Tian mulai menyisir desa-desa perbatasan. Mereka mengunjungi setiap rumah, mengumpulkan keterangan dari para penduduk. Banyak yang bercerita tentang penampakan sosok-sosok misterius yang berkeliaran di malam hari, namun tidak ada yang berani mengungkap lebih banyak.

Di Desa Yuhan, salah seorang prajurit menemukan jejak yang mencurigakan di hutan belakang desa—bekas roda gerobak yang membawa beban berat. Tian memerintahkan timnya untuk mengikuti jejak tersebut.

Setelah beberapa jam perjalanan, mereka tiba di sebuah kamp tersembunyi di tengah hutan. Di sana, mereka menemukan beberapa pemuda yang ditahan dalam kondisi lemah, dengan rantai di kaki mereka.

“Kami menemukan mereka!” seru salah seorang prajurit.

Namun, belum sempat mereka membawa para pemuda itu pergi, sekelompok pria bersenjata keluar dari balik pepohonan, dipimpin oleh seorang pria bertopeng. “Lepaskan mereka, atau kalian akan mati di sini!” ancam pria itu.

Kebenaran yang Mengejutkan

Di istana, Mei Li mulai menemukan petunjuk yang mencurigakan. Dalam catatan keuangan istana, ia melihat adanya pengiriman dana dalam jumlah besar ke sebuah tempat yang tidak dikenal, ditandatangani oleh salah seorang pejabat istana yang dekat dengan Lady Ira.

"Jadi, ini ulah mereka..." Mei Li bergumam, menggenggam kertas bukti itu erat.

Lady Ira, yang mengawasi dari kejauhan, tersenyum penuh rencana. “Sepertinya waktunya sudah tiba untuk langkah berikutnya,” gumamnya.

Perangkap di Hutan

Di hutan, Panglima Tian bersiap menghadapi kelompok bersenjata yang menghadang mereka. “Kalian tidak akan menang melawan pasukan kerajaan. Serahkan diri kalian, dan kami mungkin akan memberi kalian kesempatan hidup!”

Namun, pria bertopeng itu hanya tertawa. “Kau tidak tahu siapa yang kau hadapi, Panglima.”

Dalam sekejap, para pria bertopeng menyerang dengan taktik yang terlatih, menunjukkan bahwa mereka bukan sekadar bandit biasa. Panglima Tian segera memerintahkan pasukannya untuk membentuk formasi bertahan, sementara ia sendiri maju menghadapi pemimpin kelompok tersebut.

Pertarungan sengit pun tak terhindarkan, dengan suara pedang beradu dan teriakan mengisi udara hutan. Akankah pasukan kerajaan berhasil membawa pulang para pemuda, atau justru mereka akan terjebak dalam perangkap yang lebih besar?

1
MDW
terimakasih
MDW
bentar lagi nih
Ahmad Fahri
Gimana nih thor, update-nya kapan dong?
Mưa buồn
Ceritanya bikin nagih dan gak bisa berhenti baca.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!