Mendapatkan perlakuan kasar dari ibunya membuat Violetta Margareth seorang anak kecil berumur 4 tahun mengalami traums berat.
Beam selaku ayah daei Violetta membawanya ke sebuah mall, sampai di mall Violetta histeris saat melihat sebuah ikat pinggang karena ia memiliki trauma dengan ikat pinggang. Renata yang saat itu berada di mall yang sama ia menghampiri Violetta dan menenangkannya, ketika Violetta sudah tenang ia tak mau melepaskan tangan Renata.
Penasaran kan apa yang terjadi dengan Violetta? yuk ikuti terus ceritanya jangan lupa dukungannya ya. klik tombol like, komen, subscribe dan vote 🥰💝
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyembunyikan Violetta.
Yandi mengendarai mobilnya menuju rumah Bram. Di perjalanannya tak sengaja matanya menangkap sosok Bilqis yang sedang bergelayut manja di dekapan seorang pria yang ia yakini bukan Regan, Yandi memajukan mobilnya kearah dimana Bilqis dan pria tersebut tengah berdiri hendak masuk kedalam sebuah mobil.
"Geus beda deui jaluna teh, astagfirullah eta awewe teh kabina-bina teuing." ucap Yandi.
(Udah beda lagi cowoknya, Astagfirullah itu perempuan keterlaluan banget )
"Eh tunggu dulu, lacak plat nomornya kan bisa." gumam Yandi.
Yandi mengeluarkan ponselnya kemudian memotret plat nomor dibelakang mobil tersebut, dengan gerakan cepat ia berselancar di layar hp nya mencari tahu siapa pemilik mobil yang ditumpangi oleh Bilqis.
"Gabriel Benedict? Bukannya dia?" tebak Yandi. "Ohh ya ampun, dia kan pemilik Lion Entertainment ternyata si Bilqis hebat juga bisa deket sama tuh cassanova." ucap Yandi.
Mobil yang ditumpangi oleh Bilqis sudah melesat jauh dari pandangan Yandi, Yandi segera melajukan kembali mobilnya kembali kearah jalan menuju rumah Bram.
Beberapa menit kemudian.
Mobil Yandi sudah sampai di pekarangan rumah Bram, dia keluar dari mobilnya melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah.
"Yan, sini." panggil Bram dari arah ruang tamu.
Yandi berjalan menghampiri Bram yang tengah duduk memangku laptopnya, dia menghempaskan tubuhnya diatas sofa ruang tamu.
"Haduuh.. Enaknya.." ucap Yandi.
"Bagiamana dikantor?" tanya Bram.
"Baik-baik aja." jawab Yandi.
"Ada yang ingun aku bicarakan padamu Yan," ucap Bram.
"Yaudah ngomong aja." ucap Yandi.
"Kamu bikin tiket pesawat ke luar negri buat paman dan bibi, aku akan menelpon temanku yang ada disana agar paman mendapakan perawatan yang lebih baik dengan catatan kau palsukan data mereka agar nanti tidak ada yang mengincarnya, kau pasti paham maksudku bukan?" tutur Bram.
"Aku mengerti, tapi Vieoletta gimana?" tanya Yandi.
"Untuk saat ini aku meminta Renata menyembunyikan Vio di suatu kampung yang jauh dari kota, katanya ada desa terpencil disana jadi untuk lebih jelasnya aku akan menemui om nya yang tahu alamatnya dimana." jawab Bram.
"Menurut informasi yang aku dapatkan Regan saat ini sedang mengajukan kerjasama dengan berbagai perusahaan untuk menjatuhkan perusahaan milik loe kak, satu hal lagi yang harus loe tahu kalau Bilqis sekarang menjalin hubungan dengan Cassanova Gabriel Benedict." ucap Yandi.
"What? Gabriel? Bahaya ini Yan." beo Bram.
"Iya, tadi pas lagi jalan kesini gue lihat tuh si Bilqis lagi nemplok sama Gabriel. Awalnya gue gak tahu siapa cowoknya pas gue lihat plat nomor mobilnya dan gue lacak keluar nama Gebriel, terus nyari tahu Gabriel di media sosial eh bener dong mukanya sama kek orang yang lagi ama mantan loe kak." jelas Yandi.
"Cari tahu lebih detail lagi Yan, kita harus amankan dulu Vio sama orang tuamu dulu karena mereka lebih penting." ucap Bram.
Yandi menganggukkan kepalanya, dia mengambil hp nya kemudian ia menelpon seseorang yang bisa membantunya mengurus semua keperluan keberangkatan orangtuanya.
"Kak, gak sekalian Vio dikirim ke luar negri juga?" tanya Yandi.
"Enggak, aku mau Vio disini saja agar aku juga lebih mudah untuk menemuinya karena aku gak bisa jauh dari anakku Yan." jawab Bram.
"Yaudah, tapi loe harus pastikan kalau tempat yang dijadikan persembunyian Violetta aman dan jauh dadi jangkauan siapapun." ucap Yandi.
"Iyu mah tugas kamu Yan." ucap Bram.
Yandi tersenyum menampilkan rentetan gigi putihnya kearah Bram, dia lupa karena saking banyaknya tugas yang harus ia kerjakan.
Di sisi lain Regan sedang berada di sebuah Club malam, dia dikelilingi banyak wanita disisinya sambil meminum Red wine ditangannya.
"Berikan lagi aku dua botol wine." ucap Regan pada bartender.
Bartender mengambilkan dua botol Red wine lagi untuk Regan, sudah ada beberapa botol di depannya yang sudah habis di tenggaknya. Regan sudah terlihat sangat mabuk tapi dia tetap menenggak minumannya, saat ini dia sangatlah stress memikirkan perusahaannya dan juga Bilqis yang tiba-tiba pergi darinya.
"Kau pergi tinggalkan aku, disaat aku mulai hancur hohoooo." racau Regan bernyanyi mabuk berat.
Asisten pribadi Regan menggelengkan kepalanya, jika sudah begini maka dialah yang harus turun tangan. Aldo mengangkat tubuh Regan membopongnya keluar dari club, Regan terus meracau berjalan dengan sempoyongan sampai Aldo kewalahan.
"Diamlah tuan, aku tak bisa mengimbangi tubuhmu yang berat ini." protes Aldo.
"Bilqis, dia pergi perusahaanku hampir bangkrut hahahha." racau Regan.
"Orang lain ingin sembuh dari pusingnya, lah ini orang malah bikin pusing kepalanya sendiri cari penyakit emang." gerutu Aldo.
"Hahahhahaha." Regan tertawa tidak jelas.
***
Bram, Yandi, Violetta dan juga Renata berangkat menuju kediaman Nurul, mereka berempat hendak menemui Rizal membahas soal rencana yang telah mereka susun.
Tok..Tok..Tok..
"Sebentar." sahut Yuli dari dalam.
Ceklek.
Yuli melihat Renata datang bersama dua orang lelaki tampan dan gagah, disamping itu ada Renata yang setia menggendong anak kecil dipangkuannya yang diyakini Yuli adalah Violetta yang pernah Renata ceritakan.
"Rena ayo masuk dulu." ucap Yuli membukakan pintu dengan lebar memperailahkan Renata dan yang lainnya masuk.
Yuli berjalan kearah tamu diikuti oleh Renata dan yang lainnya, Rizal sedang berjalan kearah dapur tak sengaja melihat Renata datang akhirnya ia mengurungkan niatnya pergi ke dapur kemudian ia berjalan menghampiri Renata.
"Rena kalian sudah datang, duduklah." ucap Rizal.
"Terimakasih." ucap Bram.
Sebelum duduk Bram berjabat tangan dengan Rizal begitupun Yandi, Renata menyalimi tangan kedua orangtua Nurul kemudian meminta Violetta ikut melakukan hal yang sama dengannya.
"Duh pinter banget sih kamu nak." puji Yuli.
"Rena tolong bawa Vio dari sini dulu." titah Bram.
"Baik tuan," ucap Renata.
Renata membawa Violetta ke kamar Nurul, disana sudah ada Denis yang sedang mengerjakan PR ditemani oleh Nurul sambil mengerjakan tugas kuliahnya.
"Nur gue mau titip Vio dulu sebentar boleh?" tanya Renata.
"Eh loe Ren, udah sampe ternyata. Sini biar Vio main sama Denis, loe santai aja kalo lagi ada urusan mending beresin dulu." ucap Nurul.
"Vio sama kakak Nurul dulu ya, nanti ditemenin main sama kak Denis ya? Kakak ada perlu dulu sama daddy dulu ya." ucap Renata.
"Tapi Vio takut." ucap Violetta.
"Gak perlu takut, kakak Nurul sama Kak Denis baik kok Vio mereka gak jahat."bujuk Renata.
"Sini main sama kak Denis, tapi kakaknya mau ngerjain PR dulu yah." ucap Denis.
Akhirnya Violetta turun dari gendongan Renata, dia ikut bergabung dengan Nurul dan juga Denis, sedangkan Renata dia keluar dan bergabung dengan Bram dan yang lainnya.
"Mohon maaf tuan, kedatanganku kesini untuk meminta bantuanmu. Renata bilang padaku kau mempunyai teman yang berada di desa kecil, aku ingin menyembunyikan anakku dari ibunya agar penyakitnya sembuh." ucap Bram.
"Aku sudah dengar cerita dari Renata tentang anakmu yang bernama Vio, aku cukup prihatin mendengarnya dan aku rasa dengan kau menyembunyikannya adalah solusi yang bagus untuk perkembangan mentalnya. Disana penduduknya masih sangat sedikit dan asri, susah dijangkau oleh teknologi seperti telepon dan sedikit orang yang tahu tempat itu jadi aku rasa akan aman jika Rena dan Vio tinggal disana." jelas Rizal.
"Itulah yang aku inginkan." ucap Bram.
"Kapan Rena dan Vio akan tinggal disana? Aku bisa mengantar kalian sampai di tempat tujuan, kebetulan aku mengambil cuti untuk satu minggu kedepan." ucap Rizal.
"Antara besok dan lusa, aku akan memberitahukan lagi keputusan akhirnya padamu setelah apa yang aku rencanakan sudah siap." ucap Bram.
"Baiklah, aku tunggu keputusanmu." ucap Rizal.