Karena saya masih wanita yang beradab,
masih bisa mengganti kecewa dengan doa, sekalipun berbaur dengan luka sepertimu.
Bertahun tahun hidup dalam hubungan rumah tangga yang tidak sehat. Tiap saat harus berhadapan dengan orang orang yang memiliki jiwa tak waras, suami kejam, mertua munafik, kakak dan adik ipar yg semena mena. Bertahan belasan tahun bukan karena ingin terus hidup dalam tekanan tapi karena ada anak yang harus dipertimbangkan. Namun dititik tiga belas tahun usia pernikahan, aku menyerah. Memilih berhenti memperjuangkan manusia manusia tak berhati.
Jangan lupa kasih like, love dan komentarnya ya kak, karena itu sangat berarti buat kami Author ❤️
Salam sayang dari jauh, Author Za ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hawa zaza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Yeni histeris karma si mulut pedas
"Mas, aku lapar." Rengek Dewi pada Yudha yang habis selesai dari mandinya.
"Kamu mandi dulu gih, nanti kita makan bareng. Pasti ibu sudah masak." Balas Yudha santai. Tanpa diperintah untuk kedua kali, Dewi langsung menuruti perintah Yudha menuju kamar mandi yang ada didalam kamar.
Sementara Bu Imah sedang sibuk di dapur memasak nasi goreng yang di tambah dengan telur mata sapi untuk menu makan malamnya.
' Si Yeni kemana sih, jam segini kok belum balik, bilangnya mau nyusul Jarwo ke kerjaannya, tapi kenapa belum balik juga, di telpon juga tidak diangkat.' Bu Imah tiba tiba kepikiran dengan anak perempuannya, karena tidak biasanya Yeni pulang larut saat menyusul suaminya ke tempat kerjanya, dan dihubungi juga tidak diangkat, semakin membuat pikiran Bu Imah tidak tenang.
Saat Bu Imah sudah selesai memasak dan menata nasi goreng dan telor mata sapi di meja, Yudha dan Dewi datang, langsung duduk di bangku depan Bu Imah yang memasang wajah lesunya.
"Ibu kenapa, Kok bengong gitu?" Sapa Yudha biasa saja, sambil menyendok nasi ke piringnya.
" Ibu kepikiran mbakmu, tidak biasanya dia sampai selarut ini loh, apa terjadi sesuatu ya sama Yeni?" Balas Bu Imah dengan nada hawatirnya.
" Ibu telpon saja, tanyakan langsung sama mbak Yeni nya." Balas Yudha masih dengan sikap cueknya.
" Sudah. Ibu sudah telpon berkali kali, aktif tapi tidak diangkat."
" Mungkin sedang sama suaminya kali Bu. Maklum mereka kan jarang ketemu, bisa jadi sedang itu, masa ibu gak paham." Balas Yudha enteng menanggapi kegelisahan ibunya. Sedangkan Dewi hanya diam menyimak sambil menikmati nasi goreng dipiringnya dengan lahap.
" Iya ya, ibu GK kepikiran kesana, semoga saja mbakmu segera memberi kabar, biar ibu gak hawatir gini, karena dari tadi ibu kok merasa cemas saja." Sahut Bu Imah ragu, meskipun hatinya berusaha menerima apa yang di katakan Yudha, tetap hati seorang ibu merasa gelisah.
" Sudah ibu makan saja dulu. Mbak Yeni itu bukan anak kecil lagi Bu. Ibu tidak usah sehawatir itu. Kan mbak Yeni juga sedang bersama suaminya."
Bu Imah mengangguk dan mulai menyendok nasi dipiringnya, berusaha menikmati makanannya meskipun hatinya masih tetap merasa gelisah.
Brak! " Ibu."
Yeni membuka pintu dengan kasar sambil menangis memanggil ibu nya dengan histeris. Sontak saja membuat semua orang berlari menuju suara Yeni yang meraung seperti anak kecil yang kehilangan mainannya.
"Yeni! Kenapa kamu nak?" Bu Imah terkejut dengan kondisi anaknya yang menangis histeris menyandar di dinding kamarnya, dengan penampilan yang awut awutan.
" Bu" huhuhuuu Yeni terus saja menangis dan semakin membuat Bu Imah bingung. Sedangkan Yudha dan Dewi hanya terbengong melihat tingkah Yeni yang mirip anak kecil itu.
" Kenapa kamu Yen? Pulang pulang kok kayak gini, ada apa toh? Cerita sama ibu, ngomong ada apa. Jangan nangis kayak gini."
" Mas Jarwo Bu. Mas Jarwo selingkuh." Terang Yeni masih dengan tangis yang semakin histeris.
"Apa? Suamimu selingkuh? Kurang ajar. Berani beraninya dia menyakitimu. Siapa perempuan murahan itu?." Geram Bu Imah mendengar penuturan anak perempuannya. Sedangkan Dewi dan Yudha masih diam mematung tidak tau harus bagaimana.
" Sama perempuan desa sebelah. Dan mereka sudah menikah, perempuan itu baru saja melahirkan anak mas Jarwo. Dan tadi Mas Jarwo sudah menjatuhkan talaqnya sama Yeni Bu. Sekarang aku jadi janda Bu. Aku tidak terima diperlakukan seperti ini." Hu hu hu Yeni semakin histeris dan Bu Imah semakin meradang dengan penuturan sang anak.
" Yudha! Temani ibu ke tempatnya Jarwo sekarang. Ibu akan bikin perhitungan dengan laki laki kurang ajar itu." Sungut Bu Imah penuh dengan emosi.
" Tapi ini sudah malam Bu, besok saja kita kesana." Balas Yudha malas.
" Apa kamu terima kalau kakakmu diperlakukan seperti ini Yudha? Dia kakakmu loh, dan sedang di dzalimi sama suaminya, sebagai adik dimana tanggung jawabmu untuk melindungi harga diri kakakmu, kamu anak laki laki dirumah ini." Omel Bu Imah panjang lebar, cukup bisa membuat Yudha bungkam dan langsung menuruti perintah ibunya.
" Iya. Iya. Yudha akan antar ibu sekarang."
" Nah gitu, sebagai anak laki laki kamu itu harus punya ketegasan melindungi keluarga, ayo berangkat sekarang. Dan kamu Dewi tolong temani Yeni, hibur dia biar tidak sedih lagi." Perintah Bu Imah tanpa mau di bantah.
☘️☘️☘️☘️☘️
"Asalamualaikum." Bu Imah dan Yudha sampai di rumah orang tua Jarwo, dan disambut ramah oleh ibu dan bapaknya Jarwo.
"Waalaikumsallam. Owh besan, mari masuk Bu Imah. Silahkan duduk, biar saya bikinkan minum dulu." Sambut ibunya Jarwo dengan ramahnya, meskipun dalam hati tidak menyukai sosok Bu Imah yang dinilainya sangat sombong dan senena mena.
" Tidak perlu. Saya kesini mau buat perhitungan dengan Jarwo yang sudah membuat anakku menangis. Mana Jarwo? suruh temui saya sekarang." Balas Bu Imah sinis dengan nada penuh amarah. Mendengar ucapan tidak mengenakkan dari besannya, membuat Bu Yayuk meradang, rasa tak sukanya semakin membuatnya muak dengan sikap angkuhnya Bu Imah.
" Lebih baik ibu introspeksi pada diri sendiri dan anak ibu, sebelum mengatai anak saya." Sahut Bu Yayuk tak kalah sinisnya. "Sudah Bu." Cegah Pak Roni pada istrinya, agar tidak memperuncing masalah.
" Sudahlah pak. Sekali kali kita harus balas kesombongan dia, biar tahu seperti apa kelakuannya itu Dimata orang lain." Balas Bu Yayuk pada suaminya yang berniat untuk mencegah.
" Apa kamu bilang? Anakmu yang salah tapi kamu justru mau menyalahkan kami. Enak saja.!" Sungut Bu Imah tidak terima.
"Memang kenapa dengan Jarwo? Dia salah apa?" Balas Bu Yayuk menantang dengan tatapan tajam di arahkan pada besannya.
" Jarwo sudah selingkuh, bahkan sudah menikah lagi tanpa sepengetahuan Yeni. Kurang ajar itu namanya, apa kurangnya anakku, harusnya Jarwo itu bersyukur punya istri cantik seperti Yeni, eeh ini malah berulah."
" Ngaca dong Bu ngaca! Yeni sudah beri anakku apa? Menikah sudah bertahun tahun tapi juga tidak hamil hamil. Bahkan merawat Jarwo saja tidak pernah, memasak buat Jarwo juga tidak pernah. Tau nya cuma minta uang, uang dan uang saja. Tidak perduli sama sekali dengan kebutuhan suami, bahkan kewajiban sebagai istri saja anakmu tidak pernah tau, bersyukur apanya coba punya istri model begitu." Balas bu Yayuk tak kalah pedasnya, dan membuat Bu Imah semakin tersulut emosi.
" Dasar keluarga gila. Sudah anaknya ketahuan selingkuh tetap saja di bela." Teriak Bu Imah tak terima.
" Sama dong, bukankah anak lelakimu itu juga tukang selingkuh. Bahkan istrinya yang baik hati itu kalian jadikan pembantu. Sudahlah tidak usah banyak drama disini. Malu sama kelakuan. Teriak teriak tapi justru kalian sendiri juga bersikap seperti apa yang dicapkan, dih amit amit." Ejek Bu Yayuk dengan sinis dan penuh penekanan, seketika membuat Bu Imah bungkam.
" Sudah, pergi dari rumah saya. Lagian Jarwo juga sudah menjatuhkan talaqnya ke Yeni dan sedang mengurus proses perceraian di pengadilan. Aku dukung keputusan anakku, biar bebas dari keluarga sakit seperti kalian. Kasihan Jarwo kalau hanya diperas uangnya saja " lanjut Bu Yayuk tak suka.
" Awas kalian ya, akan kubalas perbuatan kalian." Ancam Bu Imah tidak terima dan langsung pergi meninggalkan rumah orang tua Jarwo dengan amarah yang meletup.
"Iya, silahkan pergi. Hus hush. Aku tunggu ancaman anda wanita sombong." Balas Bu Yayuk dengan santainya.
"Sudah to bu, malu itu di lihat sama tetangga." Sahut pak Roni mengingatkan istrinya yang emosi.
"Biar saja pak. Selama ini, kita terus saja mengalah dengan mereka, menahan rasa kesal dengan sikap sombongnya hanya demi menjaga perasaan Jarwo. Tapi sekarang Jarwo sudah memutuskan pilihan yang tepat berpisah dari wanita matre itu." Sungut Bu Yayuk yang masih merasa kesal.
" Iya. Iya. Sudah jangan di terusin marah marahnya. Nanti ibu tidak beda dengan mereka loh. Lagian sekarang Jarwo sudah menyadari kesalahannya dan sudah memilih mengakhiri hubungannya dengan keluarga ajaib itu. Sudah ya, ibu ambil air wudhu gih, biar tenang. Gak baik emosi begitu." Lanjut pak Roni tenang dalam menasehati sang istri.
" Astagfirullah. Iya pak. Maafkan ibu ya. Ibu sudah sangat emosi jika berkaitan dengan mereka."
☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️☘️
jangan lupa mampir juga di karya aku yang lain.
#Tekanan Dari Mantan Suami (Tamat)
#Cinta dalam ikatan Takdir (ongoing)
#Coretan pena Hawa (ongoing)
#Cinta suamiku untuk wanita lain (ongoing)
#Sekar Arumi (ongoing)
#Wanita kedua (Tamat)
Peluk sayang dari jauh, semoga kita senantiasa diberikan kesehatan dan keberkahan dalam setiap langkah yang kita jalani.
Haturnuhun sudah baca karya karya Hawa dan jangan lupa tinggalkan jejak dengan like, komentar dan love nya ya say ❤️