Dimanfatkan oleh sepasang suami istri, Aira tidak bisa menolak. Ia terdesak oleh keadaan, menukar masa depannya. Apakah pilihan Aira sudah tepat? Atau justru ia akan terjebak dalam sebuah hubungan rumit dengan pria yang sudah beristri?
Selamat datang di karya author Sept ke 23
Yuk, follow IG author biar tahu novel terbaru dan info menarik lainnya.
IG : Sept_September2020
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sept, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kedinginan
Wanita Pengganti Bagian 30
Oleh Sept
Sebaiknya di skip. Karena ini adalah bacaan yang sangat bagus untuk mereka yang sudah punya buku hijau merah. Jadi, kalau cuma punya ATM sama KTP, mohon skip. Takut kalau menimbulkan hal-hal yang tidak bagus untuk jiwa-jiwa yang kesepian. Terima kasih banyak supportnya.
***
Suasana sangat mencengkram, apalagi Farel sudah mulai teriak-teriak. Suara pria tersebut bersautan dengan suara petir yang menggelegar.
Tap tap tap
Security langsung mendekat.
"Apa nyonya tidak membuka pintunya, Tuan?" tanya security yang menduga bahwa Aira adalah nyonya besar di rumah itu.
"Bantu dobrak!" titah Farel yang tidak punya kunci cadangan. Kuncinya menyatu dengan yang ia berikan pada Aira sebelumnya.
Badan keduanya memang besar, tapi lebih berotot bapak security tersebut.
"Minggir, Tuan. Biar saya saja!" ucap pak security.
Farel mundur, sambil memperhatikan langit gelap yang terus menurunkan hujan dengan lebat malam itu.
'Satu ... dua ... tiga!'
BRUAKKK
Bukannya terbuka, tubuh pak security malah sakit semuanya. Pintunya bukan pintu sembarangan, yang bisa didobrak dengan mudah.
"Cari tangga!" titah Farel gusar.
"Sebentar, Tuan."
Tidak lama kemudian, pria itu datang membawa tangga.
"Biar saya, Tuan," saran security.
"Tidak usah!" ucap Farel ketus. Pria itu naik tangga yang diletakan hampir sejajar dengan balkon.
"Pegang yang kuat!" titah Farel.
"Baik, Tuan!"
Farel lantas menaiki anak tangga satu demi satu. Tidak peduli bajunya basah kuyup karena kena air hujan. Ia juga tidak peduli dengan kilat yang beberapa kali terlihat. Entah bodohhh, atau otaknya sudah tercemar, yang jelas untuk saat ini, dia berbuat sesuatu di luar kebiasaan pria tersebut. Melakukan hal-hal yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya. Bertentangan dengan Farel yang dulu.
Rasa dinginnya air hujan, tidak menyurutkan niat Farel untuk tetap naik ke atas. Hingga sampai ke balkon kamar utama. Dia langsung mendobrak pintu dengan kasar.
BRUAKKK
Kali ini pintunya langsung terbuka, suasana di kamar itu gelap gulita. Tidak peduli baju basah semua, Farel melangkah sambil berteriak memanggil Aira.
"AIRA! AIRA! Di mana kamu?"
DUARRRR
Kilat yang terang kembali datang, disertai suara kencang yang sangat nyaring, sampai kaca seperti bergetar.
Mata Farel menyusuri segala penjuru, di kamar itu ternyata kosong. Farel pun mencari di ruang lain. Namun, tidak ada orang sama sekali. Tidak mungkin, istrinya itu dibawa mahluk halus. Aira itu menyebalkan, pasti yang mau membawa anak itu akan berpikir dua kali.
"Aira!"
Tap tap tap
Ia menuju tangga rumah. Karena licin, hampir saja ia terpeleset. Beruntung sekali, tangannya dengan cepat mencari pegangan.
"Di mana anak itu!" gumam Farel kesal.
Farel mencari ke salah satu kamar yang ada di bawah, kamar dekat dapur. Di sana sepertinya ada sebuah cahaya.
KLEK
Hampir saja Farel jatuh karena terhenyak. Aira muncul dengan ponsel yang menyala. Membuat wajahnya sedikit menyeramkan karena terkena cahaya dari ponsel.
"Dari mana saja kamu ini? Apa tidak dengar saya teriak dari tadi?" omel Farel di tengah rasa kagetnya.
"Itu ... dari sana, Tuan," kata Aira menunjuk pintu kamar mandi yang ada di dekat sana.
Coba kalau cahaya di ruangan itu terang, pasti Aira bakal bergidik karena sorot mata Farel yang menajam.
Farel manahan napas dalam-dalam, ia hampir gilaaa karena memikirkan wanita di depannya itu. Ya, sepertinya otaknya sudah geser.
Tidak lama kemudian, tiba-tiba lampu kembali menyala. Dan Aira sedikit terkejut, melihat pakaian Farel yang basah kuyup.
"Tuan ... Baju Tuan basah semua?"
Pertanyaan itu hanya dijawab dengan tatapan yang membunuhh. Tatapan sedikit es.
Tap tap tap
Farel langsung naik ke lantai atas, ia kemudian membersihakan diri, lalu mencari sesuatu untuk dikenakan. Lemari semuanya kosong, alhasil, ia pakai baju security. Kaos oblong tanpa merk dan celana pendek di atas lutut. Aira yang tadi mengambilkan baju itu.
Dari raut wajah Farel, terlihat sekali kalau dia sedang kesal.
"Tadi kenapa tidak diangkat teleponnya?" omel Farel.
"Ada petir, Tuan. Saya mode pesawat."
Lagi-lagi jawaban Aira tidak memberikan kepuasan bagi Farel. Ia masih marah pada istrinya itu.
"Kamu ini ...!"
Jujur Farel ingin sekali memaki-maki Aira yang membuatnya seperti ini. Menjadi sosok yang sama sekali bukan sifatnya yang asli.
Karena kesal, Farel kemudian ke teras. Meninggalkan Aira. Pria itu kini ngopi di teras dengan security.
***
Lantai tadi basah semua, alhasil Aira yang harus ngepel malam-malam. Kata Farel besok saja, tapi Aira ini tidak bisa diam. Malam-malam, ketika Farel di teras, dia lantas mengepel.
Beberapa saat kemudian.
Hujan sudah reda, Farel masuk ke dalam. Dilihatnya lantai sudah kering, pasti anak bandel itu yang mengepel.
"Aira! Aira!" panggilnya.
Farel kembali merutuk, karena Aira sudah mirip hantu, suka sekali menghilang kalau sedang dicari.
Yang dicari ternyata malah sedang di kamar atas. Aira masih membersihkan ruang terakhir yang basah.
"Kamu ini! Susah sekali dibilangin!" omel Farel kemudian mengambil gagang pel dari tangan Aira, lalu melemparnya dengan kasar ke sembarang arah.
Aira jelas kaget, sampai ia beringsut. Ia takut dengan kemarahan Farel. Padahal hanya ngepel saja, tidak melakukan kesalahan fatal, pikir Aira.
"Apa lagi ini?" sentak Farel kemudian menendang ember pel-pelan.
Makin lemas lah kaki Aira, ia cukup terkejut dengan sikap temperamental Farel.
"Sudah! Sana tidur!" sentak Farel yang marah karena Aira tidak bisa dikasih tahu. Sudah hamil, kenapa ngepel malam-malam.
Akhirnya Aira tidak membantah, ia lalu mengambil alat pel-pelan, menyimpan semuanya di kamar mandi dulu. Kemudian langsung berangkat tidur. Sedangkan Farel, mukanya masih masam. Masih ditekuk seperti cucian yang belum disetrika.
Satu jam kemudian, hujan kembali turun dengan lebat. Semakin malam semakin deras. Apalagi Farel tadi kehujanan, bisa dibayangkan betapa pria itu sekarang mengigil karena tadi kena air hujan.
Sudah pakai selimut tebal, masih saja kedinginan. Farel akhirnya mendekati Aira. Yang memang waktu itu tidak bisa memejamkan mata. Suara petir kembali menggelegar, membuatnya tidak bisa tidur.
"Belum tidur?" tanya Farel yang saat itu melihat Aira menatap padanya.
"Hujannya deras," kata Aira gugup. Ia takut, karena Farel juga menatapnya.
Mata keduanya malah saling menatap lama, Aira akan memalingkan muka, tapi Farel langsung memegangi wajah wanita itu dengan tangannya.
Terasa dingin, Aira dapat merasakan dinginnya tangan Farel saat menyentuh pipinya.
'Tanganya dingin sekali, apa dia kedinginan?' batin Aira.
Masih saling menatap, seolah mencari sesuatu yang belum mereka temukan.
"Apa mau saya buatkan teh panas?" tawar Aira tiba-tiba.
Bukannya mendadak jawaban, Aira malah bisa melihat Farel yang menelan ludah.
'Ya ... aku rasa aku sudah kacau!' gumam Farel.
Perlahan tapi pasti, ia memegangi leher Aira. Mendekatkan wajahnya, kemudian langsung menempelkan bibir. Ada sensasi hangat yang perlahan menjalar di sekujur tubuhnya.
BERSAMBUNG
karepmu jane piye reeell jalok d santet opo piyee.....😡😡😡😡😡😡😡
waktu penyiksaanmu teko fareelll....gawe trsiksa dsek iku farel thoorr.....ben uring uringan mergo nahan rindu tpi airane moh ktmu gtuu 😀😀😀😀😀