Mihika Yodha yang menyamar sebagai karyawan baru pada salah satu perusahaan milik Ayahnya. Berada pada situasi dimana Mihika harus menikah dengan Arka, direktur perusahaan Ayahnya. Berusaha mengungkap segala permasalahan perusahaan juga sebagai asisten dan istri dari Direktur perusahaan milik ayahnya tidak membuat Mihika putus asa.
“Jangan harap aku akan berlaku seperti seorang suami, karena kamu bukan wanita idamanku,” ujar Arka tanpa mengetahui identitas asli Mihika termasuk wajah asli istrinya.
Arka benar-benar serius dengan ucapannya. Tidak menghargai Mihika sebagai istrinya, bahkan tetap berhubungan dengan wanita lain. Mihika mengira jika Arka adalah dalang dibalik masalah perusahaan. “Arka, kamu akan menyesal telah berbuat jahat termasuk menghina hubungan ini. Saat kamu menyesal semua sudah terlambat,” ucap Mihika lirih.
Bagaimana kelanjutan kisah antara Mihika dan Arka? Karma atau Cinta dibayar tunai yang akan diterima Arka dan Mihika.
IG : dtyas_dtyas
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dtyas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Talak Saya Sekarang
Arka bangun dan menyadari tidak berada dalam kamarnya. Lebih terkejut ketika di sampingnya ada seorang wanita yang masih terlelap. Kilasan hal yang terjadi semalam mulai teringat.
“Shittt, pasti karena aku mabuk.” Bergegas memakan pakaiannya lalu meninggalkan apartemen Cintia setelah melakukan one night stand. Memasuki unit apartemennya, menuju kamar dan ....
Bugh.
“Aduh, Pak Arka jalan lihat-lihat dong.” Mihika mengusap hidungnya, wajahnya menabrak dada Arka. Arka mengernyitkan dahinya, melihat Mihika yang sudah berpakaian lengkap.
“Kamu mau kemana?”
“Kantorlah.”
“Memang sudah sembuh?” tanya Arka. Mihika menatap Arka dan baru saja akan menjawab, tapi tatapannya mengarah pada leher Arka. ARka yang mengenakan kaus memperlihatkan leher dengan jejak cinta di sana. Mihika menghela nafasnya lalu berbalik dan mengacuhkan Arka.
“Hei, Mihika,” panggil Arka. Mihika memilih menuju dapur membuat teh hangat untuk menetralkan hatinya yang tiba-tiba emosi.
Memang dasar buaya, harusnya dia cepat ceraikan aku dari pada harus melihat hal seperti ini. Tapi kenapa aku marah ya, harusnya ‘kan ... tunggu-tunggu jangan bilang ternyata aku mulai ... Tidak, aku tidak boleh jatuh cinta dengan Pak Arka, yang ada sakit hati terus, batin Mihika.
Sedangkan di kamar mandi, Arka mendapatkan ada jejak cinta di tubuhnya bahkan ada satu di leher, mengumpat kesal perbuatan Cintia. “Dasar kampungan, ngapain bikin tanda di tempat terbuka begini,” ujar Arka lalu berdecak.
Bergegas mengenakan suit kerjanya lalu beranjak keluar dari kamar. Melihat Mihika masih berada di dapur bahkan sepertinya sedang melamun. “Aku pikir sudah berangkat dari tadi, ngapain dia di dapur.”
“Ayo, nanti terlambat,” ajak Arka menyadarkan lamunan Mihika. Refleks langsung meminum tehnya dan memuntahkannya kembali ternyata masih panas. Arka hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakukan MIhika.
“Kamu ngapain di dapur?” tanya Arka saat sudah berada di dapur.
“Masak aer biar mateng,” jawab Mihika asal.
“Aku pikir lagi bikin sarapan.”
Mihika menoleh, “Memang Pak Arka sarapan juga?”
“Pertanyaan aneh.”
Mihika mengurungkan ucapannya saat lift berhenti dan pintunya terbuka. Seorang wanita dengan dress berbalut blazer dengan tas dan sepatu yang Mihika tahu itu barang branded. Wanita itu tersenyum pada Arka, “Pagi sayang,” kita ketemu lagi.
Sayang, apa aku nggak salah dengar.
Mihika memilih melangkah mundur dan menempel pada dinding lift. Sedangkan wanita itu langsung berdiri disamping Arka yang memasang wajah heran. Mihika melihat jelas jika wanita itu memeluk lengan Arka dan menempelkan bagian tubuhnya, apalagi saat berbisik di telinga Arka lalu terkikik geli.
“Kenapa sih tinggalin aku? Harusnya kamu bangunkan aku sebelum pergi.”
Owh, jadi semalam sama perempuan ini. Loh, kenapa rasanya nyesek ya, batin Mihika.
Mihika menatap tubuh Arka dari belakang menunggu responnya pada wanita itu. Terlihat Arka yang cuek, entah karena menjaga perasaan Mihika, takut karena ketahuan selingkuh atau memang bergaya jual mahal agar kembali dikejar oleh wanitanya.
Lift sudah berhenti di lantai tujuan, mereka bertiga pun sudah melangkah di lobby.
“Permisi.”
Bugh. Mihika sengaja menabrak tubuh Arka dan wanita itu hingga keduanya terpisah.
“Astaga, itu perempuan kenapa?” tanya Cintia. Mihika bergegas menuju taksi yang ada di depan lobby. Arka akan memanggilnya tapi sudah terlanjur melaju.
“Kamu mau antarkan aku ke kantor ‘kan?” pinta Cintia dengan manja.
“Tidak bisa, aku ada meeting pagi ini.”
...***...
Sesampainya di kantor, Mihika membawa dokumen yang sudah dia kerjakan dan akan diperiksa dan di approve oleh Arka. Meletakkannya di meja Arka, lalu kembali ke ruangannya. Saat melewati meja Mae, “May, kalau Pak Arka nanyain aku bilang aja semua pekerjaan yang dia minta sudah ada di mejanya.”
“Kamu mau kemana?”
“Nggak kemana-mana, tapi aku malas ketemu Pak Arka.”
“Yeyy, mana ada begitu. Kamu itu asisten Pak Arka, mana bisa nggak mau ketemu. Pagi ini dia ada meeting dengan PT. Buana dan itu kamu yang harus mendampingi.”
Mihika berdecak, “Kamu nggak asyik deh.”
Benar saja, satu jam kemudian Arka baru saja tiba. “Mihika sudah datang?” tanya Arka pada Mae.
“Pesan dari Mihika, semua pekerjaannya sudah selesai dan ada dimeja Bapak dan dia bilang malas ketemu Pak Arka. Hanya mengingatkan jam sepuluh Pak Arka ada jadwal bertemu dengan perwakilan dari PT. Buana,” tutur Mae. Arka hanya menganggukan kepalanya.
Ketika sudah duduk di kursinya, Arka menghubungi Mihika lewat pesat telepon dengan extention meja Mihika tapi tidak dijawab. Akhirnya Arka meminta Mae yang memanggil Mihika.
Terdengar ketukan pintu. Arka yang sedang membaca dokumen, melirik Mihika yang berjalan menghampirinya lalu berdiri dihadapan Arka.
“Setelah ini ada pertemuan dengan PT ....”
“Maaf Pak, saya tidak bisa mendampingi,” sahut Mihika. Bukan hanya karena masih mengingat kejadian pagi tadi, tapi Mihika juga sedang menganalisa dokumen yang diduga ada bukti kejahatan yang ditemukan di ruang arsip.
Arka duduk bersandar dengan melipat kedua tangan di dada dan menatap Mihika. “Bagaimana bisa kamu mengatakan tidak bisa mendampingi saya jelas-jelas kamu asisten saya. Jangan bertindak semau kamu.”
“Bisa Pak, Bapak juga begitu. Jelas-jelas saya pendamping Pak Arka, tapi Pak Arka masih bisa tidur dengan wanita lain dan bermesraan di depan saya. Bapak seharusnya tidak bertindak seperti itu.”
“Kamu?”
“Maaf Pak, bisa talak saya sekarang.”
Arka menatap wajah Mihika, terlihat kedua mata yang sudah mengembun.
dih sayang bgt .
klo wanitanya hamil gmn nasib Hika
ga slh tuh hika..itu kan suami mu yg tukang celap celup...
geli bacanya...
si rukang celap celup vs wanita lembek. .
mana sikap mu sebagai wanita yg punya harga diri dan berpendirian kuat selama ini??
betul" kecewa dgn sikap hika..
terserahlah...
kamu wanita baik",hika.. tegas lah dgn sikapmu,jngn dgn mudah kamu mau dgn si tukang celap celup arka.jngnmerendahkan harga dirimu...
suka celap celup,kamu tu hnya merasa malu krna prnh menghina hika..tapi akhirnya kamu sendiri yg menjilat lidahmu..
dasar lelaki egois..
arka yg suka nya celap celup...
dasar suami sinting