Karena takut dikeluarkan dari sekolah dan dicabut beasiswanya, Dara terpaksa menyembunyikan kehamilan dan melahirkan bayinya di sekolah.
Dara tidak sendirian tapi dibantu oleh ayah sang bayi dan anggota geng motornya. Bisakah mereka menyembunyikan dan membesarkan bayi itu sampai mereka semua lulus sekolah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DHEVIS JUWITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Campur Aduk
"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Dara karena merasa ada sesuatu yang disembunyikan oleh Galang.
Galang menyembunyikan wajahnya di punggung Dara. "Tidak apa-apa, hanya saja kakakku sudah tahu kondisimu!"
"Lalu bagaimana?" Dara jadi panik.
"Jangan khawatir, dia bukan tipe pengadu. Aku hanya takut kalau kau terpengaruh padanya, percayalah padaku Dara!" pinta Galang dengan penuh penekanan.
"Tentu saja aku percaya," balas Dara supaya Galang tidak mencemaskan hal itu.
Sebelum pergi, Galang memberikan uang hasil menjual perhiasan mamanya pada Dara.
"Uang apa ini? Di mana kau mendapatkannya?" Dara tidak pernah memegang uang sebanyak itu.
"Mamaku yang memberikan uang ini, kita bisa pakai untuk keperluan Bibu nanti," jawab Galang.
Bukannya senang Dara justru menangis dan hal itu membuat Galang bingung. Hormon hamil pasti membuat gadis itu jadi sensitif.
"Aku takut," ucap Dara.
Galang berusaha menenangkan kekasihnya itu supaya kembali tenang seperti sebelumnya.
Dan hal yang ditakutkan Dara terjadi karena hari berikutnya, dia dipanggil oleh dewan sekolah. Bukan hanya Dara tapi beberapa siswa yang mendapat beasiswa termasuk Fiona.
"Tidak apa-apa, ayo masuk!" ajak Fiona seraya menggandeng tangan Dara masuk ke ruangan dewan.
Saat masuk Dara merasa terkejut karena ada seseorang yang tampak tidak asing.
"Bukankah itu om asinan?" gumam Dara dalam hatinya.
Memang Adam yang mengumpulkan siswa beasiswa karena ada kebijakan baru untuk mereka. Jika, ada yang ingin cuti maka beasiswa tidak akan dicabut.
Sebenarnya kebijakan itu ditentang oleh para dewan sekolah tapi Adam tetap bersikeras supaya kebijakan baru diterapkan.
"Bukankah ini bagus? Kau bisa cuti saat mau melahirkan nanti," bisik Fiona pada Dara ketika rapat selesai.
Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres dan Dara berpikir kalau ada hubungannya dengan Adam.
Benar saja, asisten Adam meminta gadis itu untuk tinggal sebentar.
"Kau masih mengingatku?" tanya Adam.
"Om asinan, 'kan?" Dara berusaha memastikan kalau dia tidak salah orang.
Adam tergelak karena lagi-lagi Dara memanggilnya dengan sebutan om. Kali ini dia akan memaafkan gadis itu.
"Aku bawakan asinan, ini aku pesan dari chef restoran jadi jangan beli di pinggir jalan lagi," ucap Adam seraya memberikan Dara sebuah paperbag berisi asinan.
Dara menerima paperbag itu dengan canggung. "Anda tidak perlu repot-repot seperti ini!"
"Aku tidak merasa direpotkan, lagipula aku melakukannya untuk calon keponakanku," balas Adam.
"A... apa?" Dara tidak percaya dengan kalimat yang baru saja didengarnya. Apa yang Adam maksud?
"Kau pasti bingung, aku kakaknya Galang dan aku tahu kalau kau sedang hamil jadi aku membuat kebijakan baru beasiswa supaya kau bisa tetap bersekolah," jelas Adam tanpa basa-basi lagi.
"Jangan keras kepala seperti Galang, kalian tidak akan bisa membesarkan bayi sendirian tanpa ketahuan jadi sebelum terlambat lebih baik ikuti saranku," lanjut Adam. Dia memberikan kartu namanya pada Dara.
"Hubungi aku jika memerlukan bantuan dan pikirkan semua baik-baik!"
Tenggorokan Dara rasanya seperti tercekat, dia tidak bisa membalas perkataan Adam saking terkejutnya.
Sekarang Dara harus bagaimana?
Gadis itu bingung harus membicarakan masalah ini pada Galang atau dia mengambil tindakan sendiri?
"Bagaimana ini?" Dara merasa gamang dan naik ke atap sekolah untuk mencari udara segar.
Di atas sana, Dara melihat kartu nama Adam dengan perasaan campur aduk.