NovelToon NovelToon
Pesugihan Siluman Pocong

Pesugihan Siluman Pocong

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Deri saepul

Warga kampung Cisuren digemparkan oleh kemunculan setan pocong, yang mulai berkeliaran mengganggu ketenangan Warga, bahkan yang menjadi semakin meresahkan, banyak laporan warga menyebutkan kalau Dengan hadirnya setan pocong banyak orang yang kehilangan uang. Sampai akhirnya warga pun berinisiatif untuk menyelidikinya, sampai akhirnya mereka pun menemukan hal yang sangat mengejutkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deri saepul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Melawan

Pov Dudung

Mendengar suara yang sangat menakutkan, kami semua terlihat terkejut. saling memindai, saling menatap, dipenuhi ketakutan. jantung mulai terasa berdegup dengan kencang, keringat dingin mulai keluar membasahi tubuh.

"Enong ini bagaimana, kenapa sudah ada hantu lagi?" ujar Nani kepada temannya.

"Aku juga tidak tahu, kenapa kejadiannya seperti ini?"

Suasana pun semakin terasa mencekam, ketika terlihat ada bayangan putih yang berjalan. bentuknya seperti mayat yang hendak dikuburkan, kepalanya terlihat berkunchng membuat semua orang menjadi panik, saling berteriak, saling memeluk satu sama lain.

Hantu......! han.....tu......! Han.......!

Brug.....! Brug.....! Brug.....!

Teriak seseorang, disusul dengan suara tubuh yang terjatuh menimpa tanah. aku yang sedang berdiri terdorong ke arah belakang oleh tubuh Enong. Amin terlihat meringis karena kakinya ada yang menginjak, namun dia masih tetap bisa bergerak mundur ke arah belakang, sampai mentok ke arah tebing tanah.

"Hantu.... hantu......, Aduh......! ada hantu Dudung.....! a......da

.... hantu..! Dudung.....! Dudung.....!" teriak Amin sambil menunjuk ke arah bayangan putih yang berada di depan.

"Benar dugaanku. Ternyata semua keanehan ini disebabkan oleh setan pocong." jawabku yang terasa getir ketika harus berhadapan dengan makhluk yang menampakan wujudnya.

Aku dan teman-temanku untuk sementara waktu terdiam tidak bisa bergerak, inginnya berlari menuju rumah masing-masing. namun, Entah mengapa tiba-tiba kaki kami terasa lemas seperti tidak memiliki kekuatan. Terkesima dengan makhluk putih yang menakutkan.

Kami hanya bisa saling memegang, saling memeluk, saling berkumpul di tengah jalan. Tubuhku terasa bergetar kalau siang mungkin wajahku akan terlihat pucat pasi, bahkan terdengar suara kentut yang keluar dari arah Amin akibat tidak kuat menahan rasa takut.

Setan pocong yang tadi berdiri di tengah jalan, mulai mendekat ke arah kerumunan, membuat kami semua semakin menguatkan pegangan. bahkan sebagian besar ada yang menutup mata, tidak mau melihat kengerian itu. Namun aku yang masih dilanda penasaran, aku tetap memperhatikan meski dengan hati yang tak karuan.

Wajah pocong yang rusak terlihat memindai kami, namun beruntung itu tidak lama. pocong itu segera menjauh membuatku menarik nafas lega. Namun sayang itu hanyalah keinginan belaka, karena dengan kurang ajarnya pocong tiba-tiba membaringkan tubuh menghalangi jalan yang akan dilewati.

"Setan.....! se.......tan...... po......po.....cong.....!" ujarku dengan suara yang terputus-putus, tanganku menunjuk ke arah bayangan putih yang terbaring di tengah jalan.

Kakiku sudah tidak mampu menopang lagi beban tubuh sampai akhirnya aku pun terjatuh memeluk teman-teman yang lain, yang sedang memalingkan wajah tidak mau melihat hal yang menyeramkan.

"Dung....! Ayo pulang dung..... pulang.....!" ujar Amin yang terlihat nungging tidak berani menunjukkan wajahnya.

"Pulang bagaimana Amin? tuh lihat jalannya juga dihalangi oleh pocong!"

"Aduh.... aduh......! bagaimana kalau begitu Kudung.....! Ayo berpikir!"

"Nggak tahu....., aku juga takut......! mendingan kita mundur lagi, jangan diam di sini, kita cari jalan yang lain." Jawabku sambil memaksakan diri untuk berdiri, kemudian berlari meninggalkan teman-temanku.

Mendengar suara Deru langkah kaki yang berlari, Amin pun bangkit diikuti oleh Ajo dan Bidin melakukan hal yang sama berlari mengikutiku di belakang menjauh dari kampung cisuren. soalnya ketika kami mau masuk terhalang oleh pocong yang berbaring di tengah jalan.

Dari arah jauh terdengar suara anjing yang menggonggong, hembusan angin kecil menyebarkan bau kemenyan dan bunga kamboja. suasana semakin terasa mencekam, semakin terasa menakutkan. Aku yang berlari duluan sudah jauh dari tempat di mana ada pocong berada, dengan segera aku pun menjatuhkan tubuh ke atas rumput yang tipis, diikuti oleh teman-temanku yang terdengar nafasnya ngos-ngosan.

"Haduh, halah, haduh....! benar ternyata, benar setan pocong itu memang ada. aku takut, aku sangat takut. apalagi ketika melihat wajahnya yang menyeramkan, kain kafan yang terlihat putih seperti baru dikenakan." Ujar sambil memijat memijat betis yang terasa pegal.

"Iya benar, apa yang kamu sampaikan bahwa setan pocong itu memang benar adanya. tapi bagaimana sekarang teman-teman kita masih ada yang tertinggal. Enong, Nani, Icha, semua teman-teman kita yang perempuan mereka Tertinggal di sana. bagaimana kita menolongnya?" Jawab Ajo yang diakhiri dengan pertanyaan, dari raut wajahnya terlihat ada rasa kasihan dengan teman-temannya.

"Haduh, kok bisa seperti itu? terus apa yang harus kita lakukan sekarang. kalau kembali lagi aku takut kepalaku dilahap oleh setan pocong." jawabku dengan brigidik ngeri.

Suasana pun terasa sunyi mengantar pikiran masing-masing, tergambar jelas di benak kami bagaimana ketakutan orang yang sedang didekati oleh setan pocong. aku dan teman-temanku yang melarikan diri memasang telinga mendengarkan Siapa tahu saja ada suara yang berteriak meminta tolong, namun suasana masih terasa sunyi.

"Dung Apa yang harus kita lakukan sekarang? kasihan teman-teman kita yang perempuan. kalau kita tidak menolong kita akan diminta pertanggungjawaban, orang tuanya akan menyalahkan kita sebagai laki-laki." ujar Amin yang mungkin tetap memikirkan keadaan Enong dan teman-temannya.

"Benar Min, Pasti orang tua mereka akan menyalahkan kita, karena kita yang mengajak mereka untuk pergi menonton. Terus apa yang harus kita lakukan sekarang?" Timpal Ajo yang terlihat sama memiliki kekhawatiran yang begitu kuat, namun tidak memiliki solusi yang baik sehingga dia pun malah balik bertanya.

"Kalau begitu Ayolah kita kembali lagi ke tempat yang tadi, Kita Lawan pocong itu bersama-sama. Jangan takut dengan makhluk yang tidak memiliki tangan itu, kalau perlu kita tangkap sekalian buat hiburan." Jawab Amin yang terlihat seperti pemberani, padahal ketika bertemu dialah yang paling ketakutan.

"Ya benar, kita harus melawan. Sebagai laki-laki tidak boleh takut dengan hal yang seperti itu, jangan sampai lupa dengan jati diri. kalau teman-teman kita celaka pasti kita yang akan disalahkan, Ayo kita kembali lagi!" jawabku sambil bangkit berdiri tegak, keberanian mulai timbul akibat dari rasa kasihan yang begitu mendalam.

"Amin, Ajo, Bidin dan yang lainnya bangkit dari tempat duduk masing-masing, memiliki tekad yang kuat merasa kasihan dengan perempuan-perempuan yang kami tinggalkan.

"Ayo Dung kita berangkat, kamu duluan!" Pinta Amin yang terlihat mendorongku untuk berjalan paling depan.

"Halah! kalau masalah yang ginian aku yang harus paling duluan." dengusku namun tetap berjalan dengan kepala tegak, menirukan orang yang gagah dan pemberani. namun bulu Kuduk tetap berdiri jantung terasa berdegup kencang, kembali berbarengan dengan keringat dingin yang membasahi punggung.

Ketika aku sampai ke tempat kejadian, aku sangat terkejut ketika melihat Enong dan teman-temannya terlihat berserakan, terbaring di atas tanah sedangkan setan pocong masih terbaring menghalangi jalan. aku pun menghentikan langkah, mataku menatap ke arah bayangan putih yang sangat menyeramkan.

"Kurang ajar! benar apa yang disampaikan oleh Bapak, setan pocong yang satu ini sangat berani. Terus bagaimana kita mengusirnya?" ujarku berbisik.

"Lempar saja pakai batu, Siapa tahu saja pergi dari sini." Amin memberikan saran.

"Benar kita lemparin saja pakai batu," jawabku setuju.

Tanpa membuang waktu, aku dan teman-temanku yang lain, mulai menjongkokkan tubuh mencari batu untuk dilemparkan. setelah aku menemukan dengan segera aku pun melemparkan batu itu ke arah pocong.

Bruk!

Lemparan ku tepat mengenai sasaran, bahkan mengenai kepalanya.

"Mampus kau setan.....!" Teriaku sedikit kegirangan.

Namun kebahagiaan itu sirna seketika, saat melihat pocong itu terlihat bergerak kemudian bangkit dari tempat berbaringnya. yang aneh bangkitnya itu tidak seperti orang yang bangun dari tidur, tubuh pocong itu terlihat kaku seperti tongkat yang dibangunkan. tidak bisa dimengerti oleh akal sehat membuat aku semakin yakin bahwa yang berada di depan itu adalah setan asli bukan setan jadi-jadian.

Pocong itu terlihat sangat santai, dia berdiri tegak dengan wajah yang samar-samar kain Kapan putih terlihat bercahaya di atas sinar rembulan, kakinya tidak menginjak tanah. dengan perlahan dia pun melaju mendekat ke arahku yang hanya bisa membuka mulut tanpa mengeluarkan suara.

1
Sri Ningsih
ceritanya jdi ngalor ngidul😒
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!