NovelToon NovelToon
Klub Film Ini Bermasalah!

Klub Film Ini Bermasalah!

Status: sedang berlangsung
Genre:Duniahiburan / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Romansa / Slice of Life
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Agus S

Namaku Dika Ananto. Seorang murid SMA yang ingin sekali menciptakan film. Sebagai murid pindahan, aku berharap banyak dengan Klub Film di sekolah baru. Namun, aku tidak pernah menduganya—Klub Film ini bermasalah!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agus S, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sesi Reading

Sesuai ramalan cuaca pada hari sebelumnya. Sabtu ini terasa begitu panas. Dika bangun dari tidurnya dengan kondisi pakaian yang penuh keringat. Sambil melirik ke arah Chika yang masih tertidur. Dika memutuskan untuk bersiap-siap berangkat ke sekolah untuk melakukan reading dengan Delly.

Setelah mengguyur tubuhnya di kamar mandi. Dika segera mengenakan pakaian yang rapih untuk berangkat ke sekolah. Karena hari sabtu sekolah hanya fokus pada kegiatan klub. Dika tidak ingin berpakaian dengan cara yang formal.

Tiga puluh menit telah berlalu. Dika akhirnya sampai di stasiun dekat sekolah. Sambil menenteng tas berisi kamera miliknya. Dika perlahan terengah-engah untuk mengatur napasnya.

Saat itu menunjukkan pukul setengah sembilan pagi. Dengan suasana sekolah yang cukup sunyi. Dika memasuki gerbang sekolah yang setengah terbuka.

Dika yang sedang berjalan menyusuri sekolah. Tiba-tiba dia mendapatkan notifikasi yang berasal dari ponselnya. Dika menemukan kalau Mona menanyakan keberadaannya.

Mona: [Kamu dimana, Dika?]

Dika: [Aku sedang berjalan memasuki bagian tengah dari sekolah.]

Mona: [Oh, syukurlah. Kupikir kamu ketiduran hingga melupakan kegiatan hari ini.]

Dika: [Santai saja. Aku tentu mengingatnya.]

Gedung klub perlahan terlihat di depan Dika. Melihat beberapa klub yang sedang beraktivitas. Dika penasaran mengenai orang yang saat ini berada di ruang klub film pada Mona.

Tidak butuh waktu lama Dika mengirimkan pesan itu pada Mona. Dia mendapat jawaban kalau di ruang klub film hanya ada Delly dan kak Tio yang sedang menonton film.

Dika tertawa untuk sesaat. Mengapa semua orang begitu bersemangat pada hari ini. Awalnya Dika pikir kalau dia akan berduaan dengan Delly di ruang klub film jika tidak ada satupun orang disana. Dika berpikir untuk berlatih reading di atap sekolah yang sepi.

Mona menjelaskan kalau kak Nuri tidak bisa datang karena ada acara keluarga di rumahnya. Sedangkan kak Widia sedang berada di luar kota Jakarta karena suatu hal.

Sesampainya di ruang klub film. Dika langsung beristirahat di depan kipas angin karena merasa berkeringat. Walau sudah sejak kecil tinggal di Indonesia. Dika masih tidak menyukai suasana kemarau yang membuatnya berkeringat. Apalagi jika mengacu pada perubahan iklim. Dikatakan Indonesia tidak sepanas ini pada musim kemarau yang terjadi tahun 2020 ke bawah.

Karena angin segar dari kipas angin tidak terasa. Delly langsung mengeluh karena Dika yang seenaknya beristirahat di depan kipas angin. Dika hanya tertawa pelan mendengar keluhan itu.

"Oh, iya, kak Tio," kata Mona sambil bersandar pada kursi di dekat Dika, "Ada bocoran dari OSIS terkait Festival Air?"

"Gue belum tahu, sih. Tapi, paling antara akhir bulan agustus stau awal september. Toh pada momen itu adalah puncaknya dari musim kemarau yang panas ini," balas Tio sambil memeriksa ponselnya.

Dika berbisik ke Mona mengenai maksud dari festival air. Mona menjelaskan kalau festival itu berfokus pada dua hari libur untuk para murid agar meringankan beban pemikirannya dengan bermain di kolam renang sekolah.

Mona melanjutkan penjelasannya kalau praktek renang di pembelajaran sekolah hanya tiga kali dalam setahun. Jadi, daripada pakaian renang sekolahnya yang sudah dibeli oleh murid hanya dipakai untuk pembelajaran olahraga saja. Sekolah membuat kebijakan itu di tengah suasana kemarau yang terik.

"Yah, kalau yang masuk klub renang tentu bakal beda lagi. Pakaian renang sekolah akan terus mereka pakai. Berbeda dengan kita sebagai murid biasa yang hanya mengenakan pakaian renang saat pelajaran sekolah saja," ucap Mona.

"Ah, begitu," celetuk Dika, "Ngomong-ngomong aku agak penasaran. Apakah kolam renang di sekolah itu hanya untuk kegiatan klub renang?"

Mona menggelengkan kepala. Semua warga sekolah bisa memakainya. Asal menjaga kebersihan di kolam renang sekolah. Peraturan itu disebabkan karena harga tiket masuk ke kolam renang diluar sekolah biasanya mahal. Jadi, kepala sekolah mengizinkan kalau setiap murid bisa menggunakannya sesuka hati.

"Itu untuk kolam renang yang di luar ruangan, ya," lanjut Mona sambil memandang langit-langit ruang klub, "Untuk kolam renang di dalam ruangan jelas dipakai oleh klub renang. Ya, intinya di festival air akan ada perlombaan begitu antar kelas."

"Oke-oke, aku mulai sedikit paham. Jadi, intinya kolam renang di luar ruangan bisa dipakai oleh siapa saja."

Mona mengangguk cepat karena mendengar Dika sudah mengerti dengan maksud dari ucapan Mona.

"Harusnya kamu sebagai murid baru memeriksa pamflet pendaftaran ke sekolah ini, tahu!" kesal Mona sambil menghembuskan napas berat.

Dika tertawa pelan mendengar keluhan Mona. Sebab sejak awal dia dipaksa masuk ke SMA Penerus Bangsa secara tiba-tiba oleh orang tuanya. Jadi, Dika tidak terlalu mengulik tentang SMA tersebut. Apalagi Dika sudah terlalu malas untuk memeriksa informasi tentang sekolahnya di internet karena fokus mempersiapkan pembuatan film.

"Delly," ucap Dika dengan pelan, "Udah latihan terkait karakter yang ada di skenario kemarin?"

Delly mengiyakannya, "Aman. Aku sudah mengerti mengenai beberapa hal dalam skenario ini."

"Pernah ikut peran apa?" tanya Dika dengan penasaran sambil mengibas kerah kaosnya, "Apalagi kak Widia juga udah yakin banget untuk melibatkanmu disini. Maaf banget baru ngomongin sekarang. Yah, biar aku tahu sesuatu tentangmu."

"Aku pernah main di iklan televisi lokal. Tidak terlalu penting. Cuma pemain figuran," ungkap Delly sambil mengangkat kedua bahunya.

"Baiklah kalau begitu," balas Dika dengan mengangguk-anggukkan kepalanya, "Mau sesi reading disini atau di tempat lain? Mungkin aja ruang klub ini terlalu panas hingga membuatmu sulit berkonsentrasi."

"Iya. Harus diakui. Tempat ini memang agak panas. Ada tempat rekomendasi?"

"Bagaimana kalau di atap?" usul Dika.

"Baiklah. Itu ide yang bagus!"

"Eh, aku mau ikut," potong Mona sambil cengengesan.

Dengan cepat sesi reading dilaksanakan di atap sekolah. Tepatnya dibawah pohon rindang yang sebelumnya menjadi tempat pengambilan gambar oleh Chika.

Dika mengambil kamera di dalam tasnya. Membangun tripod agar kameranya berdiri sesuai dengan keinginannya. Dika mengarahkan kamera ke arah Delly yang berada di bawah pohon dan mulai merekamnya.

Tidak lupa Dika juga mengambil salinan skenario di dalam tasnya. Setelah melirik Mona yang berdiri di sampingnya. Dika meminta Mona untuk memperhatikan penggunaan baterai pada kameranya.

"Aku ingin merekam semua bagian awal sampai akhir. Jadi, kalau baterainya sudah menunjukkan simbol merah disini. Tolong kasih tahu aku," pinta Dika dengan memperkenalkan layar kameranya pada Mona.

Mona mengangguk mengerti dengan permintaan Dika sambil tersenyum bangga. Dia mengaku baru pertama kali melihat kamera untuk film.

Setelah memperhatikan posisinya. Ada tarikan napas yang dikeluarkan oleh Delly karena dia merasa gugup. Dika memintanya untuk bersikap santai di depan kamera layaknya berbicara dengan seorang teman. Mendengar saran Dika, ada senyuman yang terpancarkan di wajah Delly.

"Action!" seru Dika sambil menepuk tangannya.

"Ini adalah kisah tentang seorang gadis yang sudah kehilangan harapan hidupnya," ucap Delly dengan suara gadis yang suram dan terdengar pasrah akan hidupnya.

Tepat ketika Delly mulai berakting di depan kamera untuk mengucapkan dialognya. Dika seperti merasa sedang menonton film di dalam bioskop.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!