Revina di jebak oleh kakaknya sehingga ia harus menikah dengan seorang pria yang tidak dia kenal.
Felix yang baru saja keluar dari penjara hari itu tiba-tiba dipaksa menikah dengan seorang wanita.
Jasee merasa hidupnya akan sangat bahagia jika ia menikah dengan seorang laki-laki tampan dan kaya.
Sean menikah dengan siapapun itu tidak penting lagi untuk dirinya. Ia mengganggap wanita itu semua sama saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gadis Scorpio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pengakuan Jasse
Mendengar perkataan Revina, Jonatan melirik ke arah Jasse. Memberi kode agar Jasse mengakui kesalahannya. Jasse memutar matanya malas karena harus merendahkan diri di hadapan Revina. Jika saja hubungannya dengan Sean lebih baik, Jasse tidak sudi melakukan ini. Lebih baik membiarkan Abraham mengambil semuanya.
"Jasse !" Jonatan memanggil ketika melihat Jasse belum juga membuka suara. Membuat semua orang yang ada di sana menatap kearah wanita itu. Jasse menghela napasnya sebelum berbicara.
"Revina, maafkan aku. Aku lah yang telah menyuruh orang untuk memfitnah mu dan Felix." kata Jasse dengan nada dan wajah yang dibuat-buat menyesal.
"Apa ?" Revina terkejut mendengar perkataan Jasse sedangkan Felix hanya menatap datar ke arah Jasse karena Felix sudah tahu sebelumnya.
"Maafkan aku Revina." kata Jasse sekali lagi.
"Mengapa kau melakukan ini ? Aku tau kau tidak menyukai ku. Tapi kau sungguh keterlaluan kali ini !" marah Revina kepada Jasse.
"Aku tahu itu. Aku, aku hanya .. " Jasse tidak meneruskan perkataannya. Ia melirik ke arah Felix yang duduk di samping Revina.
"Apa ?" bentak Revina.
"Aku cemburu melihat kemesraan mu dengan Felix." jawab Jasse jujur. Hilang sudah tampang menyesal di wajahnya.
"Hah. Kau cemburu melihat kemesraan ku dan suamiku." balas Revina tersenyum mengejek.
"Bukankah kau juga mempunyai suami. Kau bisa mengajak suami mu bermesraan. Mengapa harus cemburu pada ku." lanjutnya lagi.
"Kau .." Jasse sudah mulai emosi mendengar perkataan Revina.
"Cukup Jasse !" Jonatan segera memotong perkataan Jasse. Takut rencananya meminta maaf dan membawa Revina pulang akan gagal.
"Jadi, bagai mana nak ? Jasse sudah mengakui kesalahannya. Apakah kau akan memaafkan kami ? dan mari kita pulang." ucap Jonatan merendahkan kepada Revina.
"Maaf papa. Untuk saat ini Revina tidak bisa pulang ke rumah. Tapi Revina sudah memaafkan papa." Revina berucap lembut kepada Jonatan.
Memang selama ini hanya Jonatan lah selalu bersikap lembut dan menyayangi dirinya.
"Ayo lah, nak. Mari kita pulang. Rumah ini tidak cocok untuk mu. Sangat kecil. Kau pasti tidak akan nyaman tinggal di sini." kata Asila.
"Meskipun kecil Revina nyaman tinggal di karena tidak ada yang iri dan cemburu." balas Revina acuh.
"Baiklah, jika kau ingin tinggal di sini. Papa tidak akan memaksa lagi. Kapan saja kau ingin kembali, rumah akan selalu terbuka untuk mu." Jonatan memilih mengalah dari pada harus berdebat dengan Revina.
Yang penting untuk saat ini, Revina sudah memaafkannya.
"Istirahatlah beberapa hari yang kau inginkan sebelum kembali ke kantor." tambah Jonatan lagi sebelum mereka pamit pulang meninggalkan Revina dan Felix.
Revina menyandarkan tubuhnya di sofa, menghembuskan napas kasar.
"Mengapa kau tidak mau ikut mereka pulang ?" tanya Felix seraya mendudukkan tubuhnya di samping Revina setelah menutup pintu.
"Hanya malas saja." jawab Revina sambil memejamkan mata.
"Malas ?" Felix tidak mengerti dengan jawaban yang di berikan Revina.
"Iya. Memangnya kenapa ? kau mau pulang ? pergi sana ikut dengan mereka." Revina berkata dengan ketus sambil berlalu masuk ke dalam kamar.
"Astaga. Kenapa dia jadi marah pada ku." Felix mengusap wajahnya melihat sikap Revina yang tiba-tiba marah padanya. Padahal Felix hanya bertanya.
Saat Felix ingin beranjak menyusul Revina ke kamar. Matanya tidak sengaja melihat ke arah meja makan. Felix mengurungkan niatnya untuk masuk ke kamar, tapi malah melangkahkan kakinya ke meja makan. Terbit senyum di wajah tampannya ketika melihat hidangan yang telah di siapkan oleh istrinya itu. Rasanya sungguh tidak sabar Felix ingin mencicipinya.
Felix kembali berjalan menuju kamarnya. Ia melihat Revina tengah berbaring di tempat tidur sambil memejamkan mata. Felix tau jika Revina belum tidur.
"Revina, apa kau sudah makan ?" tanya Felix lembut. Namun Revina tidak menyahut, tidak juga membuka matanya.
"Perut ku sudah lapar sekali. Ayo, kita makan sama-sama." lanjut Felix lagi.
Mendengar perkataan Felix itu, Revina langsung bangun dan berjalan keluar kamar.
"Cepat lah ! Kata mu sudah lapar." pekik Revina dari luar kamar karena mendapati Felix masih belum menyusulnya.