" Dia tidak mencintaimu, dia mencintaiku. Dia tidak ingin menikahi mu, akulah satu-satunya wanita yang ingin dia cintai. Kami saling mencintai, tapi karena beberapa hal kami belum bisa mewujudkan mimpi kami, berhentilah untuk menolak percaya, kami sungguh saling mencintai hingga nafas kami berdua amat sesak saat kami tidak bisa bersama meski kami berada di ruang yang sama. " Begitulah barusan kalimat yang keluar dari bibir indah wanita cantik berusia tiga puluh tahun itu. Tatapan matanya nampak begitu sendu dan ya tega mengatakan apa yang baru saja dia katakan. Rasanya ingin marah Ana mendengarnya, tapi bisa apa dia karena nyatanya memang begitu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30
Ana terdiam membiarkan saja air matanya jatuh membasahi pipi tirusnya. Terkadang ada masanya juga dia begitu sensitif, hatinya boleh kadang begitu tegar, kuat, keras tak terkalahkan bagaikan besi baja. Tapi, dia yang hanya manusia biasa, ditambah usianya yang masih muda juga kadang kehilangan kontrol atas dirinya sendiri.
Dulu sebelum bertemu dengan Soraya, dia benar-benar sangat iri ketika melihat padangan Ibu dan anak, dia selalu berdoa di pagi, siang dan malam agar Tuhan memberikan Ibu seperti kebanyakan anak pada umumnya. Dia pikir keberuntungan selalu berpihak padanya karena nyatanya Tuhan menghadirkan Ibu sambung yang begitu baik seperti Soraya.
Seiring berjalannya waktu, dan semua yang terjadi ini benar-benar membuat hatinya patah, remuk, hancur tak berbentuk. Mengingat betapa tidak bersalahnya Soraya ketika membicarakan hubungannya dengan Jordan, jelas dia bisa menilai jika Ayahnya tak memiliki arti sama sekali dihatinya. Dia boleh menerima penderitaan yang terjadi kepadanya, tapi dia masih terus menolak untuk melihat Ayahnya terluka. Dia takut, takut Ayahnya akan begitu bersedih, dia takut Ayahnya akan melakukan tindakan nekat yang mengancam nyawa, dia takut tidak bisa melihat senyum Ayahnya lagi, dia takut tidak bisa lagi merasakan hangatnya pelukan seorang Ayah.
Ana menurunkan pandangannya minat ke genggaman tangannya. Dia perlahan membuka genggaman tangannya, dan terlihatlah sebuah liontin yang terbuka dan ada photonya. Photo seorang wanita yang masih sangat muda, wajah polos tanpa make up itu tersenyum, dia nampak bahagia dengan seragam sekolah yang masih melekat di tubuhnya. Dia adalah Ibu kandung Ana, wanita yang di usia remaja telah melahirkannya ke dunia, dan karena itulah juga dia meninggal.
" Ibu, terkadang aku menyalahkan diri ku sendiri. Aku jahat karena merenggut nyawamu, aku merebut masa muda mu, aku hadir di waktu yang tidak tepat. Aku juga marah terhadap diriku sendiri, lalu menganggap semua yang terjadi ini adalah hukuman untukku. " Ana terisak menggenggam erat liontin berisi photo Ibunya.
" Ayah pasti mengalami banyak kesulitan kan? Ayah pasti menderita karena harus membesarkan aku sendiri kan? Kalian berdua kan yatim piatu, jadi bagaimana mungkin aku tidak marah dengan diri ku dan semua ini? " Ana menyeka air matanya meski tangisnya tak bisa ia hentikan.
" Apakah Ibu Soraya tidak bisa hanya setia kepada Ayah saja? Apakah sulit baginya hidup dengan satu pria? Apakah dia tidak memikirkan perasaan Ayah jika tahu tentang itu? Ayah sangat mencintai Ibu Soraya, tapi kenapa Ibu Soraya malah memperlakukannya seperti badut yang bisa dia mainkan kapak saja? Ayah bilang Ibu Soraya adalah Ibu yang baik untukku, tapi kenapa Ibu yang baik malah menyakiti kita? "
Jordan mengepalkan tangannya kuat hingga gemetar. Bagaimana dia bisa tahan mendengar itu? Tentu dia sadar benar jika dia adalah orang yang menyebabkan kesedihan Ana. Sebenarnya dari awal dia sadar jika apa yang dia lakukan itu salah, tapi dia tidak memikirkan sejauh itu. Bagaimana perasaan Kendra dan Ana, bagaimana sakitnya bagi mereka karena terlalu mencintai Soraya sebagai bagian dari hidup mereka. Seketika Jordan tak bisa menahan air matanya, dia segera mengusap wajahnya karena tidak ingin menangis, dan ini juga bukan waktunya menangis. Dia akui, dia amat sangat menginginkan Soraya, tapi sekarang dia benar-benar harus berpikir dua kali untuk melanjutkan hubungan itu sejauh yang mereka rencanakan.
Ana kembali terisak, dan ini lebih kuat dari sebelumnya. Jordan, pria itu tak tahan lagi mendengar suara isak tangis Ana, segera dia berjalan mendekati Ana, dan memeluknya.
Bugh! Bugh! Bugh!
Begitu Jordan memeluknya, Ana justru segera menjauhkan tubuhnya, memukul dada Jordan berkali-kali dengan perasaan sedih dan marah yang bercampur menjadi satu. Jordan tak membalas, dia membiarkan saja Ana memukulnya sebanyak yang dia inginkan karena dia berharap itu bisa sedikit mengurangi kesedihannya.
" Kau seharusnya tidak muncul di tengah-tengah Ibu dan Ayahku! Kau seharusnya tidak membuat Ibuku jatuh cinta! Kau seharusnya menjauh saat kau tahu dia memiliki suami! Kenapa kau brengsek?! Kau bajingan! "
Jordan meraih tangan Ana agar dia segera berhenti. Bukan karena dia tidak tahan lagi dengan sakitnya, tapi dia takut tangan Ana akan terasa sakit. Jordan segera menarik tubuh Ana untuk dia peluk erat. Sebenarnya dia sadar bahwa dia bukan orang yang di inginkan Ana untuk memeluknya, tapi hatinya lah yang menuntun untuk melakukanya.
" Aku minta maaf. " Ucap Jordan lirih.
" Aku benci kau dan dia! Kalian benar-benar membuat ku tidak bisa tenang, kalian benar-benar menyakiti kami berdua dengan tidak berperasaan! " Ucap Ana kesal sembari menangis, tapi dia juga tidak lagi menjauhkan tubuhnya dari Jordan atau memberontak. Cukup lama Ana menangis di pelukan Jordan, hingga Kendra dan Soraya yang khawatir menyusul mereka, dan melihat bagaimana mereka berpelukan seperti Jordan sedang menguatkan Ana. Melihat itu Kendra sedikit merasa tenang, dan merasa jika Jordan adalah pria baik yang akan memperlakukan putrinya dengan baik.
" Sayang, aku bahagia melihat mereka memiliki hubungan baik seperti ini. " Ucap Kendra kepada Soraya.
Soraya mengepalkan tangannya menahan kekesalan dan kekecewaan.
" Iya. " Ucap Soraya yang tidak begitu perduli dengan apa yang di katakan Kendra.
Tak ingin mengganggu Kendra membawa Soraya untuk kembali ke tempat semula. Sesampainya disana, Soraya berasalan ingin ke kamar mandi, dan Kendra yang seorang suami tentu ingin menemani istrinya karena ini sudah gelap. Tapi sayangnya Soraya bersikeras menolak, jadi Kendra tidak punya pilihan lain tinggal disana.
Setelah kepergian Soraya, Kendra yang suntuk karena seorang diri akhirnya mengeluarkan ponselnya, membuka laman media sosialnya, dan melihat teman-teman sekolahnya dulu mengunggah beberapa photo. Dia tersenyum membaca keterangan mereka yang lucu, hingga salah satu temannya mengunggah sebuah photo untuk memperingati hari pernikahan dengan pasangannya mulai dari sedang berkencan di tempat romantis, dan ketika di sebuah toko perhiasan dia melihat sosok tak asing di belakang mereka yang tidak sengaja terpotret. Dia adalah Soraya, bersama seorang pria yang hanya nampak punggungnya saja karena mereka berdiri berhadapan. Soraya melingkarkan tangannya di punggung pria itu dengan senyum indah dan wajah bahagianya.
Greb!
Kendra mencengkram ponselnya, mengepal kuat berharap wanita yang ada di photo itu bukanlah Soraya dan hanyalah mirip saja. Tapi, begitu melihat gelang yang melingkar di tangan Soraya, gelang yang ia berikan kepada Soraya sebagai hadiah ulang tahun pernikahan mereka yang kedua, Kendra menjadi semakin gelisah dalam balutan kekecewaan.
" Tidak mungkin kan? " Gumam Kendra masih tak ingin percaya.
Segera dia keluar dari aplikasi media sosialnya, dia mencoba untuk menenangkan diri sebentar karena tidak ingin sampai salah tuduh, dan membuat Soraya kecewa padanya.
Bersambung.
..maaf Thor AQ tinggal dulu ya sebenarnya suka tp masih kurang greget