Winda Hapsari, seorang wanita cantik dan sukses, menjalin hubungan kasih dengan Johan Aditama selama dua tahun.
Sore itu, niatnya untuk memberikan kejutan pada Johan berubah menjadi hancur lebur saat ia memergoki Johan dan Revi berselingkuh di rumah kontrakan teman Johan.
Kejadian tersebut membuka mata Winda akan kepalsuan hubungannya dengan Johan dan Revi yang ternyata selama ini memanfaatkan kebaikannya.
Hancur dan patah hati, Winda bersumpah untuk bangkit dan tidak akan membiarkan pengkhianatan itu menghancurkannya.
Ternyata, takdir berpihak padanya. Ia bertemu dengan seorang laki-laki yang menawarkan pernikahan. Seorang pria yang selama ini tak pernah ia kenal, yang ternyata adalah kakak tiri Johan menawarkan bantuan untuknya membalas dendam.
Pernikahan ini bukan hanya membawa cinta dan kebahagiaan baru dalam hidupnya, tetapi juga menjadi medan pertarungan Winda.
Mampukah Winda meninggalkan luka masa lalunya dan menemukan cinta sejati?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
19
“Apa yang kau lakukan di sini?” Johan begitu kaget saat dia baru saja membuka pintu apartemen dan mendapati Revi sudah berada di depan kamarnya dengan koper besar.
“Apalagi? Aku akan tinggal bersamamu mulai sekarang. Aku sudah bilang kan, aku akan mendukung setiap langkahmu.” Revi menjawab santai dan segera menyeret kopernya masuk tanpa peduli Johan yang masih mencoba mencerna situasi.
“Apa? Apa maksudmu dengan tinggal di sini?” Johan memburunya. Ia memang senang ada tempat untuk menyalurkan hasrat secara gratis, tapi ia tak suka ketenangannya terusik. Dua hari kemarin Revi tinggal bersamanya, ia sudah merasa muak mendengar semua ocehan wanita itu. Dan baru semalam Revi pergi, tapi pagi ini sudah datang lagi ke sini. Kehadiran Revi membuatnya merasa tak bisa bebas bergerak.
Entahlah, dulu, saat Winda belum mengetahui perselingkuhan mereka, semua terasa nikmat, semua terasa indah. Berhubungan dengan mencuri-curi waktu takut ketahuan memberikan sensasi tersendiri baginya. Akan tetapi kini setelah Winda memutuskan hubungan dengannya dan memilih menikah dengan mantan saudara tirinya, keindahan itu tak lagi terasa.
“Seperti yang aku bilang tadi, aku akan tinggal di sini mulai dari sekarang. Sudah aku mau mandi, aku harus segera berangkat kerja.” tak memberikan kesempatan Johan untuk bicara, Revi bergegas melenggang menuju kamar mandi.
Johan merasa kesal, tapi tak bisa berbuat apapun. Dia sendiri sedang terburu-buru, jangan sampai papanya kembali memakinya. Namun tiba-tiba diantara raut kesalnya muncul seringai licik di sudut matanya. Entah apa yang dia rencanakan atas kehadiran Revi.
***
Sementara itu di tempat kerja Winda, melihatnya datang dengan diantar oleh mobil mewah, membuat teman-temannya terpekik heboh. Apalagi saat di antara mereka ada yang melihat wajah Ardan sekilas saat pintu mobil terbuka, para wanita-wanita pengagum wajah tampan menjadi semakin tak terkendali.
Winda hanya bisa menggelengkan kepala, membiarkan saja tangannya diseret masuk ke dalam ruangannya.
“Win, cerita dong, gimana rasanya punya suami tampan bin tajir melintir seperti itu?” Salah seorang temannya langsung menyeret kursinya dan duduk di samping mejanya.
“Apaan sih. Biasa aja kali.” Winda berusaha mengelak, mana mungkin Ia menceritakan jantungnya yang jedag jedug saat ia tidur seranjang dengan suaminya. Walaupun hubungan antara dirinya dan Ardan belum seperti suami istri pada umumnya, tetapi Ardan bersikap baik padanya. Dan itu membuat wajahnya memerah saat mengingat perlakuan manis pria itu
“Aku pikir setelah menikah kamu tidak akan lagi bekerja di sini.” Silvia memeluknya seakan telah setahun mereka tak bertemu.
“Itu betul. Aku pikir setelah menjadi Nyonya Bagaskara, suamimu mungkin akan mengikatmu dan tak mengizinkanmu kembali bekerja.” Dewi ikut menambahkan.
“Apa sih kalian ini? Tentu saja aku tetap bekerja.” Winda membalas pelukan teman-temannya.
*
*
*
*
Siang hari di perusahaan Aditama
Gunawan Aditama kembali murka. Di dalam rapat bulanan, semua divisi melaporkan sesuatu yang tidak dia inginkan. Yang paling parah adalah divisi keuangan dan divisi pemasaran.
Divisi pemasaran melaporkan betapa sulitnya mereka menjual produk mereka, karena adanya pesaing baru yang lebih kompeten. Pendapatan bulanan semakin menurun, bahkan mencapai titik terendah.
Divisi keuangan melaporkan keuangan perusahaan yang semakin menipis, bahkan bulan ini mereka terancam tak bisa membayarkan gaji karyawan.
“Apa saja sebenarnya kerja kalian? Kenapa semakin hari perusahaan kita semakin anjlok? Kalau tidak becus bekerja, lebih baik kalian urus saja pengunduran diri kalian!” Gunawan berteriak sambil membanting berkas yang ada di tangannya.
Semua menunduk takut, tak ada yang berani mengangkat wajah.
“Maaf, Tuan. Kami telah berusaha, tetapi kami kesulitan memasarkan produk kita. Pesaing kuta memberikan harga yang lebih murah dengan kualitas yang lebih baik. Mereka bahkan melakukan demo khusus tentang proses pembuatan dan bahan mentah yang mereka gunakan.” Ketua dari divisi pemasaran melaporkan.
“Kami ingin menggunakan cara seperti mereka, tapi kita terkendala dana. Bahkan stok bahan mentah pun semakin menipis, sedangkan produk jadi belum laku terjual. Dan jika kita tidak berhasil mendistribusikan itu sampai masa kadaluarsa tiba, maka kita akan menanggung kerugian ganda.”
Laporan demi laporan yang terus masuk ke dalam indera pendengarannya membuat Gunawan semakin pusing.
Tentu saja, jika hasil produksi tidak segera terjual hingga batas masa kadaluarsa, artinya mereka telah membuang tenaga, biaya, bahan mentah dan lainnya. Jika nekat menjual produk kadaluarsa pun, resiko sangat besar. Yang mereka produksi adalah makanan. Jika sampai ada laporan tentang orang keracunan akibat produk mereka, maka semua akan hancur saat itu juga.
“Berikan aku informasi tentang Bagaskara group!” Berita tentang perusahaan baru yang menjadi pesaingnya, dan membuatnya nyaris kolaps membuatnya penasaran. Dia ingin tahu seperti apa Bagaskara grup.
Keningnya berkerut saat membaca informasi yang diberikan oleh Sofia, sekretarisnya. BAGASKARA GRUP perusahaan besar dengan sepuluh cabang perusahaan yang mencakup segala bidang industri.
Bagaskara Fashion, yang memproduksi aneka busana dan aksesoris. Bagaskara Health, yang memproduksi obat-obatan dan alat kesehatan, dan lain-lain.
Yang paling membuatnya terbelalak adalah Bagaskara Food, yang khusus memproduksi aneka jajanan, biskuit, dan makanan instan. Entah itu mie instan, bubur instan, sambal instan dan lain sebagainya. Inilah cabang baru dari Bagaskara yang bergerak di bidang yang sama dengan perusahaan Aditama.
Gunawan merasa geram. Sudah tahu di kota ini ada perusahaan lain yang juga bergerak di bidang makanan, kenapa tiba-tiba saja Bagaskara grup mendirikan perusahaan yang sama dengannya? Apakah ini memang disengaja?
Gunawan memutar otaknya. Menyaingi Bagaskara Food jelas tidak mungkin, Karena perusahaan itu lebih besar dari miliknya, dan dengan cakupan yang lebih luas.
“Buat proposal pengajuan kerjasama dengan Bagaskara Food. Secepatnya. Aku sendiri yang akan menemui pimpinan perusahaan itu.”
Itulah yang akhirnya dilakukan oleh Gunawan. Jika tak bisa menyayangi, maka ia akan mengajak Bagaskara Food untuk bekerja sama. Perusahaannya yang akan memproduksi, dan Bagaskara yang akan mendistribusikan. Dengan begitu penjualan produk mereka akan tetap berjalan lancar, bahkan lebih mudah karena sudah ada yang bergerak. Atau bila mungkin, meminta pihak Bagaskara untuk menanamkan investasi pada perusahaan. Yang jelas apapun caranya ia harus bisa menyelamatkan perusahaan miliknya. Perusahaan yang telah Ia rebut dengan susah payah dari tangan Urmila.
Gunawan meninggalkan ruang meeting diikuti oleh Sofia. Mengepalkan tangan geram. Pada saat genting seperti ini, Johan, anak satu-satunya malah menghilang entah kemana. Benar-benar tidak bisa diandalkan.
"Aku ragu apakah bisa mempercayakan perusahaan ini padanya kelak. Bagaimana kalau ia malah menghancurkannya?"
***
Keesokan harinya…
“Permisi, Tuan.” Denis, sekretaris sekaligus asisten pribadi Ardan datang menghadap. Di tangannya ada sebuah map tebal berisi berkas penting.
“Ada apa?” Ardan bertanya tanpa memalingkan wajah dari komputer.
“Perwakilan dari Aditama grup menyampaikan proposal pengajuan kerjasama. Mereka meminta waktu untuk bertemu.” Denis mengulurkan map yang dia bawa.
Ardan menerima lalu meletakkannya di meja, sam sekali tak berniat untuk membacanya. Ia seperti sudah menduga hal itu pasti akan datang.
“Bagaimana perkembangan penyelidikanmu tentang perusahaan itu?” Ardan menyandarkan punggung pada kursi kebesarannya dengan jari tangan saling bertaut. Menatap ke arah Denis menunggu jawaban.
Denis berdiri tegak dengan dua tangan tertaut di belakang punggung. “Semakin buruk,” jawabnya. “Jika tidak segera mendapat suntikan dana, mungkin akan benar-benar guling tikar.”
Tampak senyum puas terbit di wajah Ardan. Akhirnya hari yang dia tunggu tiba. “Baiklah,” ucapnya. “Jadwalkan pertemuan hari ini di jam makan siang! Katakan juga harus dia sendiri dan anaknya yang datang!”
“Baik.” Denis menunduk hormat lalu pergi.
“Sudah waktunya kita bertemu kembali, Gunawan Aditama.”
nama fans nya udah bisa di ganti tuhh..kali aja mau di ganti ArWa🤭 Ardan dan winda
mana mau winda mungut sampah yg sudah dibuang/Right Bah!/
🤔
kalo tuan bagaskara dan nyonya.. berasa terpisah