Affair Dengan Tunangan Sahabatku

"Kamu butuh uang?" Suara itu berhasil menghentak Aleena yang tengah terpaku di sebuah taman tak jauh dari kafe tempatnya menemui Rania. Aleena kebingungan atas keberadaan Ivan yang kini sudah berada di hadapan nya sambil menatap padanya. Yah dengan tatapan sinis tentunya.

"Kenapa nggak jawab? untuk apa susah-susah meminjam uang pada Rania sementara kamu begitu mudah mendapatkan nya" ucap Ivan lagi. Pria itu tak bisa membendung keinginan untuk menemui Aleena setelah percakapan nya dengan Rania. Tak peduli meski Rania melarang nya pergi namun Ivan tetap meninggalkan gadis itu dengan alasan ada pekerjaan mendadak.

Jika saja tadi ia tak emosi karena tak sengaja melihat Aleena sedang bertemu pria dewasa yang ia tebak seumuran ayahnya mungkin Ivan tak akan menerima ajakan Rania untuk bertemu makan siang berdua. Entah mengapa ia begitu kesal melihat Aleena bertemu dengan pria yang mungkin saja adalah salah satu sugar daddy gadis itu.

"Maksud pak Ivan?" Aleena mengernyitkan kening nya bingung dengan maksud ucapan pria itu.

"Yah seperti yang Rania bilang kamu kan tinggal minta pada salah satu sugar daddy yang memelihara kamu. Aku yakin mereka bisa memberimu uang sepuluh kali lipat dari yang kamu butuhkan dengan hanya satu kali servis" Ucap Ivan yang membuat Aleena terpaku. Seketika darahnya terasa mendidih setelah berhasil mencerna ucapan Ivan.

Gadis itu berdiri dan menatap tajam pada Ivan. Wajahnya tampak memerah karena dikuasai amarah. Ia mendaratkan tamparan di pipi pria itu, dadanya terasa begitu sesak. Ia masih kebingungan memikirkan biaya pengobatan mama nya dan sekarang Ivan malah menambahi luka di hatinya. Terlebih saat pria itu sempat menyebut nama Rania? maksudnya Rania juga menganggap bahwa ia adalah peliharaan pria hidung belang? tapi kenapa? benarkah Rania setega itu? pertanyaan itu berkecamuk di benak Aleena yang sedang terluka.

"Kamu..!!" Ivan mengetatkan rahang nya, ia tak melanjutkan kata-kata umpatan yang sudah akan ia semburkan pada Aleena saat melihat kilatan amarah dan luka mendalam di mata gadis itu. Tatapan kekecewaan Aleena begitu meresahkan hatinya.

"Sebagai siswa yang pernah pak Ivan ajar aku memohon maaf karena telah lancang menampar pak Ivan. Tapi sebagai wanita yang harga dirinya telah pak Ivan cabik-cabik dengan begitu kejam maka terimalah ini" Aleena kembali mendaratkan satu tamparan lagi di wajah Ivan. Pria itu tampak begitu terkejut, tak menyangka Aleena akan semarah ini dan berani menamparnya.

"Aku tidak mengerti atas dasar apa pak Ivan menilai ku serendah itu, tapi aku juga tak akan membabi buta membuat pembelaan untuk membuat anda percaya bahwa aku tak seburuk yang anda fikirkan. Pak Ivan bilang aku peliharaan sugar daddy? apa menurut pak Ivan seorang peliharaan akan menghinakan dirinya mengemis sana sini agar diberi pinjaman untuk pengobatan orang yang dikasihinya? atau apa aku perlu bersusah payah mengorbankan waktu dan tenaga mengajar di Pelita Harapan dan membuka jasa les privat jika hanya dengan mengangkang puluhan bahkan ratusan juta akan aku dapatkan?" Meski bersimbah air mata namun kata-kata yang Aleena ucapkan begitu lugas dan tegas hingga Ivan tak kuasa membantah setiap ucapan nya.

"Entah berguna atau tidak tapi aku begitu ingin mengatakan hal ini pada anda, aku ini masih suci bahkan ciuman saja tidak pernah!" Sentak Aleena dengan tatapan tajam tanpa keraguan.

"Ah tapi terima kasih, pak Ivan jadi memberikan ide yang sebelumnya tak terfikirkan olehku sedikitpun" Aleena tersenyum getir, ia menghapus air matanya dengan kasar.

"Apa pak Ivan punya kenalan pria hidung belang yang membutuhkan sugar baby untuk menghangatkan ranjang nya malam ini? mungkin mereka tertarik menawarkan harga yang tinggi untuk membeli keperawanan ku. Hubungi aku jika pak Ivan punya kenalan" Aleena tersenyum sinis, ia berlalu dari hadapan Ivan yang masih terpaku mencerna kata demi kata yang Aleena lontarkan.

"Sial!" Umpat Ivan saat merasa begitu marah dengan kalimat terakhir yang Aleena lontarkan.

🍁🍁🍁

"Al, cuci darahnya ditunda Minggu depan saja ya abis kamu gajian. Lagian mama kayaknya masih sehat" ucap mama Rossa, ia seolah mampu memahami kesusahan putrinya.

"Mama nggak boleh gitu, kalaupun mama merasa sehat kita tetap harus kontrol ke dokter dulu biar dokter yang memutuskan nya" Aleena dengan sabar menuntun mamanya, mereka sudah berada di lorong rumah sakit menuju ruang pemeriksaan mamanya.

"Tapi uang nya gimana?" sudah Aleena duga sang mama mengkhawatirkan biaya pengobatan nya.

"Ada kok ma, siswa privat Aleena bersedia membayar sekarang meski jatuh tempo nya masih minggu depan. Mama fokus aja sama pengobatan, soal uang biar Aleena yang fikirkan. Seperti halnya mama yang selalu melarang Aleena memikirkan tentang biaya saat kuliah dulu sekarang gantian Aleena yang melarang mama memikirkan masalah biaya pengobatan." Aleena menepis rasa malu nya dan meminta uang bayaran dari siswa les privat. Beruntung orang tua siswa nya tak keberatan malah membantu sedikit biaya pengobatan mama nya hingga cukup untuk cuci darah dua minggu lagi, hal ini menunjukkan masih ada manusia baik di dunia ini. Tak semuanya jahat seperti halnya sang papa yang tak berhati

"Kasihan kamu sayang, kamu masih terlalu muda untuk menghadapi masalah seberat ini. Harusnya mama mati aja ya nak supaya tidak memberatkan kamu" Keluh mama Rossa. Terkadang ia begitu ingin membantu Aleena, namun tenaganya tak memungkinkan. Ia ingin segera pulih agar bisa kembali melanjutkan usaha catering nya.

"Mama jangan ngomong gitu, Aleena sedih jadinya ma. Aleena nggak punya siapa-siapa di dunia ini selain mama. Jangan pernah berfikir untuk meninggalkan Aleena sendirian. Aleena takut" Aleena menghentikan langkahnya lalu memeluk mamanya erat, tak peduli seberapa lelah nya, Aleena tetap akan berjuang demi kesembuhan mamanya. Meski ia tau jalan yang akan ia lalui nanti tak akan mudah. Ia tak berani membayangkan jika sang mama pergi.

"Semoga segera ada pria baik yang mendampingi kamu nanti agar mama tenang jika memang sudah waktunya mama pergi" Bisik mama Rossa sambil mengusap lembut rambut kecoklatan Aleena.

"Iya ma, doain ya semoga segera datang pria baik itu. Supaya Aleena bisa segera kasih mama cucu yang banyak supaya mama nggak kesepian kalo Aleena lagi kerja"

"Iya sayang" Mama Rossa tersenyum tulus, senyuman yang selalu mampu memberikan ketenangan pada diri Aleena.

"Ayo ma, kita harus segera menemui dokter. Pasti dokternya uda lama nungguin" Aleena kembali menuntun mamanya berjalan menuju ruang dokter.

Gadis itu tak menyadari keberadaan seseorang yang tak sengaja mencuri dengar pembicaraan nya dengan sang mama.

🍁🍁🍁