Mr. Arogan Suamiku

Gemal menatap Vivian dengan datar. Ada banyak pertanyaan yang muncul dipikirannya saat ini. Kenapa wajah Vivian terlihat sangat sedih dan juga menderita membuatnya merasa khawatir. Gemal mengangkat wajah Vivian dan menangkup pipi Vivian dengan kedua telapak tangannya.Vivian terkejut dengan perlakuan Gemal padanya. Gemal menatap wajah Vivian yang bersimbah air mata dengan tatapan datarnya.

"Kamu demam?" tanya Gemal membuat Vivian menarik kedua tangan Gemal.yang berada dipipinya dan ia kembali membaringkan tubuhnya diranjang.

Vivian memilih untuk tidak menjawab pertanyaan Gemal dan ia memalingkan wajahnya agar Gemal tidak bisa menatap wajahnya. Gemal melihat botol kecil berisi butiran obat yang berada di atas nakas membuat Gemal menajamkan matanya dan Ia segera mengambil obat itu, tanpa sepengetahuan Vivian lalu menyimpannya kedalam saku celananya.

Gemal meletakkan tangannya ke dahi Vivian membuat Vivian segera menepis tangan Gemal yang berada di dahinya. "Kamu tahu bagaimana jika aku marah Vian, sebaikanya jawab pertanyaanku!" ucap Gemal dingin.

Vivian memilih untuk diam membuat Gemal memutuskan untuk memberikan Vivian hukuman. Gemal segera naik keatas ranjang, ia menaiki tubuh Vivian dan menghimpitnya membuat Vivian kesal. Tatapan mata Vivian yang menyiratkan luka itu seakan menusuk hati dan pikiran Gemal. Satu isakan lolos dibibir Vivian membuat Gemal tidak juga menyingkir dari tubuh Vivian.

"Hiks..."

"Kamu demam?" tanya Gemal lagi. Vivian tahu percuma saja ia mencoba untuk melawan Gemal karena Gemal tidak akan menyingkir dari tubuhnya. Vivian menganggukkan kepalanya membuat Gemal kembali meletakkan tangannya ke dahi Vivian.

"Sudah makan?" tanya Gemal.

"Sudah," ucap Vivian.

"Makan apa?" tanya Gemal dengan nada yang sedikit lembut membuat Vivian tertegun.

"Kue," ucap Vivian membuat Gemal menghela napasnya.

"Kamu diet?" tanya Gemal sambil menatap mata Vivian membuat Vivian menelan ludahnya karena ia merasa gugup dengan kedekatannya bersama Gemal saat ini.

"Memang jarang makan banyak," ucap Vivian. Ia terpaksa menjawab pertanyaan Gemal karena jika ia tidak menjawab Gemal pasti akan melakukan yang lebih dari yang ia lakukan saat ini.

"Kamu harus ingat Vian , kamu itu sekarang sudah menjadi tanggung jawab aku. Kalau kamu sakit aku yang bakal repot!" ucap Gemal membuat Vivian mendorong tubuh Vivian agar menjauh darinya.

"Maaf, sudah merepotkan Kakak!" ucap Vivian. Hanya kata itu yang saat ini bisa ia ucapkan.

"Kamu makan ya, Kakak bawa makanan kesini!" ucap Gemal membuat Vivian khawatir dengan sikap Gemal yang tiba-tiba sedikit lembut padanya.

"Hmmm...nggak usah Kak, Vian tidak lapar!" ucap Vivian lagi.

"Vian, jangan coba membantahku dan membuat aku marah!" ucap Gemal mengunci tubuh Vivian membuat Vivian merasakan beban berat dari tubuh Gemal yang berada diatasnya.

"Aku nggak akan merepotkan Kakak lagi jika kakak melepaskan aku, aku bisa pergi dan janji nggak akan mengganggu kalian lagi!" lirih Vivian. "Atau biarkan saja aku mati Kak, Kakak nggak usah memperdulikan perempuan jahat seperti aku ini!" ucap Vivian sendu.

Gemal menatap Vivian dengan kesal "Jangan menguji kesabaranku Vian!" ucap Gemal membuat Vivian terkejut karena Gemal tiba-tiba menggendongnya dan membawanya masuk ke kamar mandi membuat Vivian terpekik.

"Lepaskan aku Kak!" teriak Vivian.

"Aku bukan laki-laki yang suka memukul wanita tapi kalau memandikanmu membuatmu sadar karena berani membantahku, aku akan melakukannya. Aku akan memandikanmu agar pikiranmu menjadi lebih bersih!" ucap Gemal membuat Vivian berusaha turun dari gendongan Gemal.

Gemal gila....

Batin Vivian berteriak.

"Ampun Kak," ucap Vivian. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana malunya jika Gemal melihat seluruh tubuhnya.

"Aku tidak keberatan me..."

"Ampun Kak, setelah mandi aku makan!" ucap Vivian menatap Gemal dengan tatapan memohon.

"Oke, kamu mandi sekarang dan setelah itu makan lalu minum obat. Pintu kamar mandi tidak perlu kamu kunci!" pinta Gemal.

"Iya..." ucap Vivian sendu. Gemal mengelus kepala Vivian dan ia segera melangkahkan kakinya keluar dari kamar mandi membuat tubuh Vivian meluruh ke lantai. Jantungnya nyaris berhenti karena berdetak begitu kencang akibat perlakuan Gemal padanya.