SIAPKAN KANEBO UNTUK MENYEKA AIR MATA!!!
"Manakah yang akan membunuhnya, siksaan suami atau penyakit mematikan?"
Demi menghindari perjodohan dengan seorang pria yang merupakan mafia, ia menjebak seorang montir dan memaksa menikahinya. Tanpa disadari olehnya, bahwa sang montir ternyata adalah bekas seorang bos mafia.
Bukannya bahagia, Naya malah mendapat perlakuan buruk dari sang suami. Mampukah Naya bertahan dengan siksaan Zian di tengah perjuangannya melawat maut akibat penyakit mematikan yang menggerogoti tubuhnya?
IG otor : Kolom Langit
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Impian yang terlupa
Siang hari Naya bergegas membawakan makan siang untuk suami tercintanya. Gadis itu berjalan kaki dengan senyum bahagianya. Sejenak lupa akan perlakuan Zian yang selalu kasar padanya.
Tiba-tiba di jalan kepalanya terasa pusing dan penglihatannya menjadi sedikit kabur. Gadis itu kemudian mencari tempat untuk duduk dan beristirahat sejenak.
Kenapa aku jadi pusing? Apa yang terjadi padaku? batin Naya.
Setelah istirahat selama beberapa menit, Naya merasa lebih baik. Gadis itupun melanjutkan perjalanan menuju tempat Zian bekerja. Dia melangkahkan kakinya dengan sangat hati-hati.
Hingga akhirnya gadis itu tiba di bengkel milik Zian. Namun saat akan memasuki bengkel itu, dari kejauhan dia melihat sesuatu yang lain.
Zian sedang berinteraksi dengan seorang wanita dewasa dan cantik. Terlihat begitu dekat. Naya pun dipenuhi rasa cemburu. Gadis itu masuk kedalam bangunan itu dengan menunjukkan senyum manisnya.
"Selamat siang," sapa Naya.
"Mau apa kau kesini?" tanya Zian saat melihat Naya memasuki bengkelnya.
Walaupun merasa hatinya bagai teriris, Naya tetap menunjukkan senyumnya, "Aku membawakanmu makan siang,"
"Letakkan saja di situ," kata Zian seraya menunjuk meja di depannya. Kemudian dia terlihat bicara lagi dengan wanita yang duduk di sebelahnya.
"Gadis itu siapa?" tanya wanita itu.
"Bukan siapa-siapa, tidak penting," jawab Zian.
Naya menatap mereka dengan perasaan sedih. Pasalnya sejak menikah selama hampir dua bulan, tidak pernah sekalipun Zian memperlakukannya dengan baik. Sedangkan dengan wanita di sampingnya, Zian bicara dengan bahasa yang sangat lembut. Gadis itupun segera meletakkan makanan yang dibawanya di meja yang ditunjuk Zian.
Naya yang selalu mendapat perlakuan kasar dari Zian hanya mampu bersabar, menyembunyikan luka dengan keceriaannya. Dia sadar sejak awal Zian memang terpaksa menikahinya karena diancam oleh Naya akan membocorkan pada media tentang siapa laki-laki yang tidur dengannya.
Naya, tenanglah... Zianmu akan kembali padamu. batin Naya.
Entah mengapa ada perasaan iba di hati Dimas saat melihat Naya menatap Zian dengan wajah sedih, yang berusaha di tutupinya dengan senyumnya.
"Kenapa kau masih berdiri di situ? Kalau urusanmu sudah selesai, sana pulang," ucap Zian dengan bahasanya yang terdengar kasar.
"Kau pulang jam berapa? Aku akan siapkan makan malam,"
"Tidak usah! Aku akan makan malam dengan Anita," ucap Zian tanpa melihat Naya.
Naya kembali berusaha menutupi kesedihannya dengan senyuman, "Baiklah, aku akan pulang."
Naya akan melangkahkan kakinya keluar dari tempat itu. Tiba-tiba terdengar suara Zian memanggil.
"Sayang..." panggil Zian.
Naya segera berbalik mendengar panggilan itu.
"Kenapa kau yang berbalik? Memang aku memanggilmu?" tanya Zian yang kembali ketus.
"Oh... Maaf,"
Zianku memanggil wanita itu dengan panggilan sayang. Apa wanita itu kekasihnya?
Naya melangkah keluar dengan menyembunyikan air matanya. Dimas pun dibuat geleng-geleng kepala melihat Zian dan Naya.
Huh, yang satu tergila-gila dan yang satunya benar-benar gila. Tadinya aku memang tidak menyukai Naya, tapi lama-lama aku merasa dia tidak seburuk penilaian bos padanya. Aku jadi merasa kasihan pada gadis itu. Dia sepertinya benar-benar mencintai bos. Tapi siapa wanita cantik yang bersama bos ini? batin Dimas.
Di perjalanan pulang, Naya berusaha keras menahan air matanya. Dia berusaha menghibur hatinya sendiri. Namun sia-sia. Air mata tetap terjatuh begitu saja. Tiba-tiba ponselnya berdering. Naya segera menjawab panggilan itu.
"Halo," terdengar suara seorang lelaki di seberang sana.
"Naya, kau dimana?"
"Kakak..." Naya mulai terisak mendengar suara seseorang yang menghubunginya.
"Kau menangis, Nay?" tanya lelaki itu.
"Tidak. Aku tidak menangis," Naya berusaha menormalkan suaranya. Namun, Fahri yang seorang Dokter itu sangat mengenal bagaimana seorang Kanaya, yang telah di rawatnya selama bertahun-tahun.
"Kau dimana? Aku akan menjemputmu!"
"Aku sedang di jalan. Aku akan mengirimkan lokasiku ke ponselmu."
"Baiklah,"
Tidak lama setelah itu, Fahri tiba ke lokasi yang di kirim Naya. Dengan segera laki-laki itu membawa Naya ke rumah sakit tempatnya praktek.
***
Di dalam ruangan Dokter Fahri...
"Naya, kau darimana saja? Kenapa kau tidak pernah ke rumah sakit. Kau melewatkan jadwal kontrolmu."
"Maaf... Sepertinya aku tidak bisa menjalaninya lagi," ucap Naya.
"Kenapa? Kau ada masalah?" tanya dokter itu.
Naya yang tidak pernah menyembunyikan apapun dari dokter yang telah di anggapnya bagai kakak itu hanya mampu terdiam. Menyimpan sakit dan lukanya sendiri.
"Tidak, aku hanya lelah. Ini sudah tahun kelima aku menjalani pengobatan itu."
"Nay... Kau sudah bersabar selama empat tahun. Lalu kenapa di tahun terakhir ini kau malah menyerah. Bukankah kau ingin sehat lagi? Kau ingin mengejar mimpimu menjadi pelukis lagi? Kau ingin bisa bernyanyi lagi? Kau ingin keliling dunia dan mengunjungi museum Pablo Picasso di Barcelona? Kau ingin pergi kemanapun tanpa membawa obat lagi? Kau lupa semua itu?" tanya Dokter Fahri panjang lebar.
"Aku mau, aku menginginkan semua itu."
Untuk pertama kali dalam hidupnya, Naya menangisi nasibnya. Nasib yang membawanya pada keadaan ini. Jika boleh memilih, gadis itu ingin memulai segalanya dari awal. Dia akan memilih untuk tidak memaksa pergi ke pembukaan sebuah showroom mobil untuk bermain piano di sana.
Hari dimana semua penderitaannya di mulai, ketika seorang pria menembaknya dan meninggalkannya begitu saja.
Dokter Fahri memeluk gadis yang dianggapnya bagai adiknya itu.
"Kau masih punya aku, Nay... Aku bukan hanya seorang doktermu. Aku juga kakakmu. Kau adalah adik kecilku yang berharga. Apa kau ingin aku berhenti menjadi seorang dokter?"
"Jangan!" lirih Naya.
"Kau lupa? Aku pernah berjanji akan menyembuhkanmu kan? Aku pernah bersumpah, jika aku gagal menyembuhkanmu, maka aku akan meninggalkan status dokterku dan menjadi orang biasa. Kau masih ingat kita pernah berjanji bersama?"
"Aku akan berjuang untukmu, dan kau akan berjuang untukku," kata Naya dalam tangisannya.
"Kau masih mengingatnya, Naya. Lalu kenapa kau menyerah,"
Naya terdiam. Dia tidak ingin Dokter Fahri mengetahui betapa menyedihkannya hidupnya sekarang. Mencintai seseorang yang tidak menganggapnya. Naya terpenjara oleh cintanya pada Zian.
Gadis itu melupakan segala impiannya sejak bertemu sosok Zian yang mengalihkan dunianya. Sosok lelaki yang mewarnai hidupnya yang selama ini dia rasa hampa.
"Apa yang terjadi padamu, Naya? Apa yang sedang kau tutupi dariku?" tanya dokter itu lagi.
"Aku belum bisa mengatakannya sekarang. Aku janji akan memberitahumu nanti,"
"Baiklah, tapi aku akan memeriksamu dulu. Aku ingin tahu perkembangan kesehatanmu."
"Tidak! nanti saja. Aku sedang buru-buru."
"Berbaringlah di sana," pinta dokter itu.
"Aku benar-benar sedang terburu-buru. Aku mohon, nanti saja aku di periksanya,"
"Jangan membantah, Nay..."
Aku bukan tidak mau menjalani pengobatan ini lagi. Aku benar-benar mau sembuh. Tapi Zianku bukan orang kaya. Dia tidak akan sanggup untuk membayar semua biaya pengobatanku. Kalau dia tahu aku hanyalah seorang gadis sakit-sakitan, dia akan membuangku ke jalanan.
****
BERSAMBUNG
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Zin yg menculik Naya buat bulan madu.. 🤣🤣🤣🤣
jawab aja dalam sebulan 4x wanita datang bulan... 🤣🤣🤣