Takdir memang tak bisa diduga, Akila memilih kabur dihari pernikahan, meninggalkan orangtuanya demi pria yang dia cintai.
Kenyataan tak seindah hayalan, sang kekasih justru meninggalkannya setelah tahu dia sudah tak memiliki apapun, semua kartu ATM dan kartu kreditnya di blokir oleh keluarganya, dengan terpaksa dia harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Akila tak sengaja bertemu Rasya disebuah klub malam, saat berpesta dengan teman sesama model setelah pemotretan, Dan itulah awal kekacauan hidupnya, Rasya tak terima karena Akila menamparnya.
Gimana kelanjutannya?
Ikutin terus kisahnya ya,,
Follow akun saya Instagram: mamie_kembar
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mamie kembar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hangat
Mobil yang dibawa Rasya berbelok menuju apartemen nya. Rasya sudah mematikan mesin mobilnya dan bersiap turun.
"Li..lili bangun kota sudah sampai."
Rasya membangunkan lili.
Pelan lili membuka matanya, seseorang telah mengganggu tidur nyenyak nya. Sedikit kaget saat menyadari Rasya berada di sebelah nya.
"Kita sudah sampai" kembali Rasya mengingatkan.
Rasya membuka pintu dan turun. Berjalan kearah lili dan membuka pintunya. Lili turun, saat itulah dia tersadar jika dirinya tidak berada dihalaman rumahnya.
"Loh kok..."
"Ini sudah malam dan aku sangat lelah. Aku takut kita akan kecelakaan jika aku memaksakan diri mengantarmu pulang, karena aku mengantuk."
"Aku bisa pulang naik taksi." Lili segera berbalik dan hendak berjalan.
"Dan Dito menemukanmu? dia pasti akan datang kembali. menginap lah disini. Ini tempat paling aman selain rumah mama."
Lili tampak berpikir, benar ini sudah malam.
"Aku sudah menelpon Giska dan besok pagi dia akan datang mengantarkan pakaianmu. Sekarang ayo kita masuk, aku sangat lelah dan mengantuk."
Tak menunggu lili menjawab, Rasya berjalan meninggalkan nya, terus berjalan tanpa menoleh kebelakang. Lili tak punya pilihan lain, ucapan Rasya ada benarnya dan dia tak berani mengambil resiko. Lili ikut berlari mengejar Rasya yang sudah jauh.
"Kak, tunggu."
Lili dan Rasya berada di dalam lift. Keduanya memilih diam. Lampu lift mendadak mati, dan lift berhenti.
Lili yang phobia dengan gelap, mulai berkeringat, tangannya gemetar. Rasya yang tak bisa melihat wajahnya karena gelap hanya bisa diam dan menunggu. Perhatian nya teralihkan dengan suara isakan disampingnya.
"Ma...mama...aku takut....ma...hiks....hiks..."
"Lili, kamu nggak apa apa?" Rasya mengambil ponsel di sakunya dan menyalakan senter. Dia dapat melihat jelas lili meringkuk ketakutan.
Rasya mendekat dan menarik lili ke dalam pelukannya.
"Tenabglah, ada aku disini. Semuanya akan baik baik saja."
Rasya mengusap punggung lili dan menciumi pucuk kepalanya. Lili tak berontak, dia memeluk erat Rasya dan menangis.
Beberapa menit kemudian lampu kembali menyala. Lili melepaskan pelukannya. Rasya menarik tangannya setelah pintu lift terbuka.
"Terima kasih, kak!"
Lili berucap dengan sungguh sungguh.
"Apa kau sudah merasa lebih baik." lili mengangguk.
"Kamu tidur di kamarku, aku juga mau istirahat. Atau..kau masih takut dan mau tidur bersama ku?" goda Rasya
Lili menatapnya tajam. Rasya tak marah, dia malah tersenyum lebar. "Aku hanya menawarkan, jika kau tidak bersedia tidak apa apa."
Rasya masih berdiri, lili berbalik ke belakang Ingin melangkah, entah apa yang membuatnya tersandung kakinya sendiri dan hampir jatuh, untung rasya ada di depannya dan refleks menangkap tubuhnya dan memeluknya.
Keduanya terdiam beberapa saat, hanya mata yang saling memandang. Lili dapat melihat jelas wajah tampan Rasya yang baru saja dia sadari sekarang.
tampan sekali dia,
Rasya tak kalah terkejut, jantungnya berdegup tak karuan merasakan hangatnya tubuh lili yang berada didalam pelukannya.
Matanya terkunci pada bola mata bening lili. Wajah cantik yang mampu membuat hatinya kembali bergetar. Kembali merasakan sesuatu yang berbeda ketika dirinya berdekatan dengan seorang gadis.
"Lepaskan aku kak!"
"Eh..kau tidak apa apa?"
Rasya menjadi gugup.
Dalam hati dia merutuki kebodohannya, kenapa pertanyaan bodoh itu yang harus keluar dari bibirnya. Pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban karena lili memang baik baik saja.
"Tidak. Terima kasih. Selamat malam." lili melangkah pergi dengan perasaan canggung. Lili masuk ke dalam kamar dan mengunci pintunya.
Satu jam sudah berlalu, namun lili tak bisa memejamkan matanya, beberapa diaemhgantu posisi tidurnya mencari posisi ternyaman untuk bisa memejamkan mata. Namun hatinya berkhianat dia masih terbayang wajah Rasya yang menatapnya dalam. Lili masih merasakan hangat nafas rasya yang mengenai wajahnya.
*Perasaan apa ini, kenapa aku jadi kepikiran dia terus. Oh mata, tidurlah...besok aku harus bangun lebih awal.
Rasya* juga merasakan hal hal yang tak jauh beda. Wajah lili berputar putar di kepalanya, seperti kaset rusak, sayangnya tak mau hilang walaupun dia sudah berusaha keras menghapusnya.
Wajah lili yang imut, dan lucu.Hangatnya pelukan lili dipinggang ya dan harus nafas lili masih terasa dan membawa kehangatan di dalam hatinya. ingin rasanya dia ke kamar lili dan memeluk tubuh mungil sepanjang malam. Merasakan hangatnya berada di dalam dekapannya.
...****************...
Sesuai dengan ucapan Rasya, pagi pagi sekali Giska telah datang dan membawa pakaian ganti untuk lili. Setelah sarapan, Rasya berangkat ke kantor dan lili pergi dengan Giska. Mereka ada syuting yang lumayan jauh.
Dikantornya Rasya tidak bisa berkonsentrasi, bayangan saat dirinya memeluk lili tak.juga mau pergi. Manik matanya sungguh teduh dan ingin rasanya rasya berlama lama menatapnya.
Ketukan di ruangannya membuyarkan semua lamunannya.
"Masuk!"
"Maaf, lima menit lagi meeting dimulai."
"Baik, siapkan semua berkasnya, saya akan segera kesana."
"Saya permisi pak."
Reno segera keluar. Reno merasakan sesuatu yang berbeda. Rasya sedikit aneh. Sering melamun. Kemana semangat kerjanya selama ini, bukankah dia orang yang selalu gila kerja. Reno sudah empat tahun mendampingi nya , jadi Reno paham betul karakter bosnya.
Rasya berdiri dan berjalan keruangan meeting. Rapat dimulai, tapi lagi lagi Reno merasa aneh, bosnya tidak berkonsentrasi. Beberapa kali Rasya terlihat tidak fokus. Untungnya ini hanya rapat internal.
"Rapat selesai" Ucap Rasya menutup rapat.
"Reno, kosongkan jadwalku, aku ada urusan." Rasya berbicara dan langsung berjalan keluar.
"Ren, aku kok ngerasa ada yang aneh dengan bos kita akhir akhir ini." ucap Winda sang sekretaris.
Reno mengangkat bahunya. "Apa pak bos lagi ada masalah?" selidik Winda.
Lagi Reno mengangkat bahunya. "Is... loe nggak asyik ah." Winda terlihat kesal dengan jawaban Reno.
Reno berjalan kearah Winda dan berbisik.."Kepo!" setelah itu dia pergi meninggalkan Winda. Winda semakin kesal.
"Bos dan anak buah sama aja, ngeselin!" ucapnya.
Reno berjalan kembali ke ruangannya melanjutkan pekerjaan yang ditinggalkan bosnya.
Sementara Rasya memilih pergi ngopi karena dirinya merasa sesuatu yang aneh didalam hatinya.
Sejak pagi dia tak bisa melupakan bayangan lili, flas back kejadian kejadian yang dia alami dengan lili kembali berputar.
"ada apa denganku, apa aku jatuh cinta padanya? tidak, aku tidak mungkin menyukai gadis tengil itu."
"Rasya!" sebuah panggilan membuyarkan lamnunannya dan memaksa Rasya menoleh kearah seseorang yang memanggil namanya.
"Karina." jawab Rasya datar.
"Kebetulan sekali, boleh aku duduk disini." tanyanya tapi dia sudah duduk tepat di hadapan Rasya. Rasya hanya bisa memandang dengan jengah.
"Kamu sendirian? kebetulan sekali. Aku juga sendiri. Kita berjodoh ya." kembali Karina berceloteh.
"maaf tapi aku mau pergi." Rasya menjawab dengan malas
"Tunggu bentar, kok langsung kabur sih. Sya, aku ingin memberitahumu siapa lili sebenernya. Kamu duduk dulu, ya!"
"Apa maksudmu". Rasya semakin kesal dengan ucapan Karina.
"Aku tuh kenal lili, dia itu gadis yang nggak bener. Yang aku dengar sih, dia dibuang oleh keluarganya karena dia kabur dan memilih tinggal dengan kekasihnya, dia itu gadis yang nggak jelas Sya..Kamu dibohongi dia."
"Aku sudah tahu!" jawab Rasya dengan cepat.
"Kau sudah tahu , tapi kau tetap akan menikahinya?" ucap Karina tak percaya.
"Bukan urusanmu! kau lihat saja dirimu sendiri, sudah berapa banyak pria yang tidur denganmu tanpa ikatan pernikahan."
Setelah bicara, Rasya berdiri dan pergi dari sana.
Suasana hatinya memburuk mendengar ucapan Karina. "Benarkah dia gadis seperti itu, tapi mengapa aku merasa berbeda. Dia terlihat malu dan takut jika berdekatan denganku, apa itu hanyalah aktingnya?"
Rasya meremas rambutnya, kegalauan kembali menggelayuti hatinya.
"Aku akan memastikan nya!"
Rasya menelpon Doni,.kemudian dia melajukan mobilnya menuju tempat syuting lili.
Masa lalu g di selesaikan dulu sok2an mo ngelamar anak orang