Mariza dan Derriz menikah karena perjodohan. Selama satu tahun pernikahannya, Derriz tak pernah menganggap Mariza.
Mereka tinggal satu rumah tapi seperti orang asing. Derriz sendiri yang membuat jarak diantara mereka. Karena Derriz mencintai dan masih menunggu mantan kekasihnya kembali, Luna.
Seperti yang di katakan Derriz di awal pernikahannya. Mereka akan berpisah ketika Luna kembali. Apalagi Mariza tak bisa membuatnya jatuh cinta. Bagaimana bisa jatuh cinta jika selama ini saja Derriz selalu menjaga jarak darinya. Bukan hanya di rumah, tapi di kantor juga mereka seperti orang asing.
"Apa alasanmu ingin bercerita dariku?" tanya Derriz saat Mariza memberikan surat cerai yang sudah dia tandatangani.
"Apa aku kurang memberikan uang bulan padamu? Apa masih kurang?" Derriz tak terima Mariza ingin bercerai darinya.
"Karena masa lalumu sudah kembali, Mas! Aku pergi karena aku sudah tak ada gunanya lagi di sini!" jawab Mariza.
"TIDAK!" jawab Derriz membuat Mariza bingung.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yam_zhie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Pamit, Mas! 5
"Silahkan masuk mbak, apa anda ingin bertemu dengan Pak Derriz?" tanya Mariza sopan.
Pagi ini dia kedatangan tamu seorang wanita cantik berhijab di depannya, penampilannya sangat anggun. Izha tahu jika wanita di depannya adalah Luna, pantas saja suaminya tak pernah bisa melupakan kekasihnya. Karena dia sangat cantik, jika di bandingkan dengannya. Nyali Mariza semakin menciut saja melihat Luna di hadapannya.
Wanita itu berjalan dengan Anggun masuk ke dalam rumah yang di tempati oleh Derriz dan Mariza selama satu tahun ini.
"Silahkan duduk, saya panggilkan Pak Derriz, mungkin dia sedang bersiap-siap," ucap Mariza melangkahkan kakinya menjauh dari sana.
"Jadi kamu adalah wanita yang di nikahi Derriz karena permintaan Kakek Bima?" tanya Luna membuat langkah Mariza terhenti.
"Iya mbak, tapi mbak tidak usah khawatir Pak Derriz menjaga hatinya untuk anda satu tahun ini," jawab Izha sambil tersenyum.
Menyembunyikan luka di hatinya, bahkan sekarang suaminya sudah terang-terangan membawa kekasihnya ke rumah. Tak bisakah dia bersabar, atau setidaknya memberikan dia kepastian mengenai perceraian mereka. Apa mungkin Derriz juga ingin menyiksa mental dan batinnya dengan memperlihatkan kemesraan mereka di depannya? Ujian apa lagi untuknya kali ini.
"Baguslah! Karena aku percaya kepada Derriz yang setia kepadaku. Dan mana mungkin dia akan tertarik dan bernaf-su pada wanita udik sepertimu. Jadilah istri yang baik sampai perceraian kalian," jawab Luna.
"Saya sudah menandatangani berkas perceraian kami mbak, tapi entah Pak Derriz sudah memberikan kepada pengadilan agama ataukah belum. Jika sudah ada panggilan pertama dari pengadilan saya akan pergi dari sini mbak. Mbak jangan khawatir," kembali Izha menahan rasa sesaknya.
Dia memang tak bisa di bandingkan dengan Luna. Wanita yang begitu cantik dalam balutan pakaian modusnya. Bukan hanya itu, Luna juga pintar merias wajahnya, tidak seperti dirinya yang tak terlalu suka merias wajah. Saat ini yang dia inginkan hanyalah terlepas dari pernikahan ini dan membawa ibunya pergi dari jeratan sang Ayah.
"Bagus! Kamu memang harus tahu diri, dan tahu tempatmu di mana," jawab Luna bersamaan dengan Derriz datang.
"Loh sayang? Kamu datang kesini?" tanya Derriz kaget melihat Luna ada di rumahnya.
"Iya sayang, aku hanya ingin bertemu dengan wanita pilihan Kakekmu itu," jawab Luna menggandeng tangan Derriz.
Agak sedikit aneh untuk Izha saat melihat apa yang di lakukan oleh Luna kepada suaminya. Bukankah wanita itu bahkan mengenakan hijab, lalu kenapa malah asal gandeng pria yang bukan mahramnya seperti itu. Bodo amat, Izha tak peduli. Dia pergi ke dapur membuatkan minuman dan cemilan untuk mereka.
"Silahkan," ucap Izha setelah menyimpan semuanya di meja.
Tatapan Derriz tertuju kepada istrinya yang tak terlihat marah. Atau mungkin dia sedang manahannya dan kembali menangis di kamar seperti semalam? Dedangkan Luna terus menggandeng tangan Derriz dan menyandarkan kepalanya dibahu pria itu. Seolah menunjukkan jika dialah pemilik Derriz sesungguhnya. Derriz tak bisa menolak apa yang di lakukan Luna. Karena kekasihnya akan marah. Derriz terlalu mencintai Luna dan tak bisa menolak setiap keinginan kekasihnya.
Mariza beranjak dari sana dan pergi menuju kamar. Dengan ekor matanya, Derriz melihat punggung istrinya menghilang di balik pintu. Ada rasa aneh yang dia rasakan saat melihat ketenangan istrinya.
Drrrrttt
Drrrtttt
Ponsel Derriz berbunyi, ibunya menghubungi.
"Kamu dimana?" tanya Bu Julia, ibu dari Derriz.
"Di rumah, ada apa ma?" tanya Derriz.
"Kakekmu baru saja berangkat menuju rumah kamu," jawab Bu Julia membuat wajah Derriz panik dan melihat ekspresi arah Luna.
"Baik Ma," jawab Derriz menutup panggilan.
"Ada apa sayang?" tanya Luna kebingungan.
"Kakek sedang dalam perjalanan kesini. Bisakah kamu pulang baik taksi, sayang. Seteleh kakek pulang, aku akan ke apartemen. Aku mohon sayang, please mengerti!" pinta Derriz kepada Luna yang terlihat cemberut.
"Aku janji sayang, aku akan segera kesana setelah kakek pulang," kembali Derriz meyakinkan Luna.
"Kapan kamu akan menceritakan wanita itu?" tanya Luna.
"Secepatnya, setelah keadaan kakek benar-benar baik. Aku janji," jawab Derriz.
"Baiklah, sejujurnya aku kecewa karena kamu tak bisa tegas dalam mengambil sikap!" jawab Luna kemudian pergi dari sana menggunakan taxi yang sudah di pesan Derriz.
"Maafkan aku sayang, aku janji akan segera menceritakan Izha dan menikah denganmu," Derriz kembali meyakinkan sebelum Luna benar-benar pergi dari sana.
Greeep
Luna memeluk Derriz dengan erat sebelum masuk ke dalam taxi. Derriz hanya bisa membalas pelukan Luna walau sedikit tak nyaman karena memang mereka belum menikah. Apalagi dirinya masih berstatus suami Izha. Derriz berbalik dan melihat meja tamu sudah bersih. Di dapur terlihat Mariza sedang mencuci gelas bekas dirinya dan Luna. Izha selalu tahu bersikap saat kakek Bima datang ke rumah. Sehingga membuat kakek selalu bahagia dan mengira jika pernikahan mereka bahagia dan baik-baik saja.
"Apa Mariza melihat aku berpelukan dengan Luna?" ucap Derriz pelan sambil berjalan mendekat ke arah istrinya.
"Apa kamu melihat yang terjadi di teras tadi?" tanya Derriz.
"Yang mana? Saat kalian berpelukan? Atau saat Pak Derriz mencium kening Mbak Luna?" tanya Izha berbalik sambil tersenyum. Entah kenapa hati Derriz sedikit berdenyut ketika Izha mengatakan hal itu.
"Apa kamu tahu jika kakek akan datang? Apa-apaan kamu memanggilku Pak?" tanya Derriz entah kenapa malah jadi kesal sendiri.
"Maaf. Saya lupa menggantinya. Nyonya Julia menghubungi saya untuk bersiap jika Kakek sudah dalam perjalanan menuju kemari," jawab Izha dingin membuat Derriz mendengus.
"Kalau bisa gantilah bajumu, Mas. Karena Mbak Luna mungkin tak sengaja meninggalkan jejak kepemilikannya di bajumu. Jangan sampai kakek tahu, itupun jika kamu tak mau di salahkan oleh Kakek. Bukankah kita sepakat jika aku yang akan terlihat buruk di mata kakek kali ini? Agar dia membenciku dan merestuimu nanti dengan Mbak Luna," ujar Izha sebelum beranjak kembali ke dalam kamarnya.
Derriz melihat ke arah baju yang dia kenakan. benar di sana ada bekas lipstik milik Luna. Jika saja Izha tak melihatnya, mungkin dia akan habis di marahi oleh Kakek Bima. Dan kakeknya itu pasti akan mengomelinya juga mencari keberadaan Luna yang sedang dia sembunyikan dulu.
Entah kenapa dari dulu kakeknya tak menyukai Luna. Mungkin karena dulu penampilan Luna yang sexy membaut kakeknya mengira jika Luna bukanlah wanita yang baik. Dan baru beberapa hari ini, setelah di bujuk akhirnya Luna mau mengenakan jilbab. Semoga saja penampilan baru Luna akan membuat kakeknya berubah fikiran dan menyetujui hubungannya nanti setelah bercerai dengan Izha. Bercerai? Apa harus secepat ini bercerai? Kenapa malah dia yang jadi ragu sekarang.
akhir nya babang axcel turun tangan jg menyelamatkan izha
skrg otw menjemput calon ibu mertua mu ya babang axcel👍👍
muak sangat sm s derris
buat izha cepet bebas dr derris n axcel membantu smua nya biar lancar
klau udh beres dgn derris br izha d bantu axcel untuk menyelamatkan ibu nya
babang axcel gercep dong tolongin izha ya, kasian izha sendirian