My Duda

Pada akhirnya, Ghea diajak ketemuan oleh Gavin dan Gathan disalah satu taman kota. Walau sebenarnya Ghea juga cukup lelah dengan urusan kampusnya, namun Ghea tetap mengiyakan permintaan kedua pria beda generasi itu untuk bertemu agar keduanya tidak kecewa terhadapnya.

Semilir angin menerpa wajah ayu milik Ghea. Gadis itu menikmati perjalanannya menuju taman kota sambil mengendarai motor.

Jalanan terlihat ramai dan banyak kendaraan berlalu lalang kesana kemari. Mungkin karna di jam-jam itu adalah waktunya orang-orang untuk pulang kerja.

Sampainya di taman, Ghea memarkirkan motornya di bawah salah satu pohon besar yang ada di taman.

"Selamat sore calon family." Panggil Ghea kepada dua pria beda generasi yang tengah duduk di bangku kayu.

"Mommy." Seru Gathan dengan girang. Bocah tampan itu langsung beranjak dari pangkuan daddy nya dan berlari menghambur memeluk kaki Ghea.

"Wih ada yang kangen berat nih, sini-sini mommy gendong." Ucap Ghea kemudian membuat tubuh mungil Gathan melayang diudara.

"Ahahahhaaha mommy stop, pusing hahaha." Ucap Gathan sambil tertawa karna dibuat melayang oleh Ghea.

"Oke-oke, kita udahan. Ada yang masih ngambek nih." Ucap Ghea agak menyindir kemudian ikut bergabung duduk disamping Gavin.

"Udah kangen-kangenannya?!" Ucap Gavin dengan muka agak dilipet kek uang lecek.

"Dih ngambek, nggak malu sama anaknya pak?" Ucap Ghea dengan tujuan bercanda.

"Nggak tau!" Jawab Gavin masih pada mode merajuk.

Astaga om duda kalo ngambek nyeremin bund.

Ghea menghela nafas kemudian menyadarkan kepala nya di bahu Gavin. Gadis terdiam sambil memejamkan matanya, sedangkan Gathan masih pada posisi nemplok seperti koala memeluk tubuh Ghea dari depan.

"Kamu kenapa, yang?" Tanya Gavin sedikit khawatir. Ghea hanya menggeleng sambil tersenyum, namun matanya masih terpejam.

"Kenapa nggak ketemuan di tempat indoor aja sih, disini banyak orang loh, emang Gathan udah nggak pemalu? Bukannya kamu anti banget ya ngajak ketemuan ditempat umum kayak gini." Tanya Ghea sambil menatap wajah elok Gavin.

"Gathan sendiri kok yang minta, katanya mau lihat matahari tenggelam. Kalo kepantai musti jauh, disini juga bisa lihat kan." Jawab Gavin.

"Oh my boy kamu emang the best." Guman Ghea sambil mengusap surai hitam milik Gathan.

"Disini udaranya juga adem, nggak papa kan?" Tanya Gavin, pria itu merasa kasihan telah meminta Ghea untuk bertemu dengannya. Ia baru menyadari jika tercetak jelas raut muka lelah diwajah Ghea.

"Its oke, nggak papa." Balas Ghea tersenyum hangat.

"Gathan mau jalan-jalan keliling taman sama mommy nggak?" Tanya Ghea pada bocah dalam gendongannya.

"Mau hihi." Jawab Gathan cepat.

"Ayo yang bangun, kita jalan-jalan." Ajak Ghea pada Gavin.

"Serius kamu mau jalan-jalan, nggak capek emang?" Tanya Gavin dengan rasa khawatir.

"Enggak kalo buat anak sendiri mah." Jawab Ghea sambil tertawa kecil.

"Tapi Gathan jalan sendiri aja ya, kalo nggak biar daddy yang gendong, mommy ntar kecapekan kalo gendong Gathan, kan Gathan udah besar." Ucap Gavin pada putranya.

"Iya Daddy." Jawab Gathan, bocah itu kemudian meminta agar diturunkan oleh Ghea.

"Lets go."

Ketiganya pun saling bergandengan tangan satu sama lain, dengan Gathan berada ditengah-tengah Ghea dan Gavin. Mereka menikmati sore hari yang indah dengan berjalan kaki mengelilingi area taman. Disana juga terdapat beberapa wahana anak seperti ayunan, prosotan, jungkat-jungkit, dan masih banyak lagi.

Gavin sangat menikmati moment-moment seperti ini, dimana ia bisa memberi kebahagiaan yang seharusnya ia berikan kepada putranya sedari dulu.

"Calon istri terkasih, siapa pun dirimu, terima kasih telah memberiku waktu dan ruang untuk menjadikan diriku pribadi yang lebih baik untuk semua orang." batin Gavin sambil menatap dalam Ghea yang tengah memperhatikan Gathan yang sedang bermain ayunan.

"I Love You." Lirih Gavin. Tak disangka Ghea menoleh dan menatapnya sambil tersenyum, kemudian berkata " Love You Too."

.

.

.

.

.