Bagaimana jadinya jika seseorang kembali ke masa lalu..
Michelina seorang istri yang mencintai Kaisar Jasper dengan sejuta warna. Selama di kehidupannya ia tampil glanmour, seakan dirinya akan membuat Kaisar Jasper terpesona. Namun apa yang ia dapatkan hanyalah sebuah penghinaan. Kaisar Jasper tidak pernah menginginkannya atau lebih tepatnya tidak mencintainya.
Suatu hari Kaisar Jasper membawa seorang gadis dari kalangan biasa,menjadikannya istrinya. Kaisar Jasper sangat mencintai gadis itu. Hingga membuatnya buta dalam kecemburuan. Dia pun mencelakai gadis itu, lalu membuat Kaisar Jasper marah dan menjatuhi hukuman mati padanya.
"Ayah, Ibu maafkan aku. Aku yang bodoh mencintainya. Seharusnya aku tidak mencintainya."
ig:@riiez.kha.37
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sayonk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bayangan masa lalu
"Apa dia sudah pergi?" tanya Duchess Mia tanpa menoleh ke belakang. Ia enggan turun ke bawah dan memilih menyandarkan tubuhnya di sisi jendela menatap ke arah langit.
Suara langkah kaki itu pun dan aroma tubuhnya semakin mendekat. "Aku sudah memberitahukannya," lirihnya seraya menunduk. Ia belum berunding untuk memberitau kebenarannya. Tapi ia yakin, istrinya akan mendukungnya.
"Bagaimana dengan putri kita? aku belum sanggup melihatnya di duakan. Aku yakin, Zoya akan mendapatkan dukungan dari pamannya," ujar Duchess Mia. Ia menghadap suaminya, "Kita gagal sebagai orang tua."
Duke Ronaf memeluk istrinya. "Tidak, kita akan berusaha menjaga hatinya. Jika pun aku harus bermusuhan dengan Duke Lastar." Mencium kening sang istri, menghapus air matanya. "Percayalah." Duke Ronaf mendaratkan ciumannya di bibir sang istri.
"Aku mempercayai mu, Yang Mulia."
Kedua orang yang tak lagi muda itu pun saling menguatkan. Mereka menghabiskan malam dengan sebuah penyatuan dan kehangatan di ranjang.
Matahari telah memancarkan cahaya indahnya. Langit pun nampak cerah. Burung berkicau beriringan menghiasi langit kebiruan, menambah kesan indahnya. Sayup-sayup Michelina mendengarkan seseorang yang memanggilnya.
"Permaisuri, permaisuri."
Michelina membuka matanya, Sedetik kemudian mata itu kembali tertutup. "Apa Lucilla, aku masih ngantuk." Michelina menarik kembali selimutnya. Lalu membelakangi Lucilla.
"Hah, Permaisuri, Permaisuri ada berita terbaru. Pelayan Zoya di jemput Yang Mulia Duke Lastar."
Seketika Zoya beranjak duduk dari kasur empuknya. "Apa kamu bilang?"
"Yang Mulia Duke Lastar mengatakan pada Baginda Kaisar. Dia menjemput Zoya dan menjelaskan jika Zoya adalah keponakannya."
Lucilla memutar otaknya, sepertinya ada yang janggal. Jika begitu, bukankah Zoya akan menjadi bangsawan. Apa lagi sekarang dia di bawa kembali oleh Duke Lastar dan berarti, "Permaisuri, bukankah Zoya akan memiliki status kebangsawanan."
"Sepertinya begitu." Michelina menaikkan kedua bahunya. Ia tak peduli, mau jadi ayam sekalipun bukan urusannya.
"Permaisuri, bagaimana jika Zoya mendekati Baginda. Bukankah dengan memanfaatkan kekuasaan Duke Lastar itu sebanding dengan Tuan Duke Ronaf."
Michelina tersenyum, Lucilla memang seorang pelayan. Namun pikirannya tak kalah dengan bangsawan. Itu lah yang paling ia sukai dari Lucilla. Seandainya wanita di depannya adalah bangsawan. Bukan hal yang tidak mungkin jika dia menjadi nona yang cerdas. "Pikiran mu betul Lucilla, itu lah sebabnya. Dan sekarang sudah pasti, Zoya akan menyandang status bangsawan. Sudah seharusnya aku menyatukan mereka."
"Tapi Permaisuri," Lucilla khawatir jika kedudukan Permaisurinya terancam. Lebih baik dia keluar dari istana dengan hormat dari pada tidak hormat.
"Permainan belum berakhir Lucilla."
Lucilla mengkerutkan keningnya, dia tidak tau junjungannya memiliki kebencian luar biasa pada Kaisar Jasper dan Zoya. Akan tetapi sebagai pelayannya, dia akan berusaha melindungi dan membantu junjungannya.
"Siapkan aku air hangat, aku sudah tidak sabar melihat kebahagiaan di mata Duke Lastar dan Zoya." Ujar Michelina, aura dingin keluar dari matanya. Dia akan membalas apa yang telah di perbuat oleh Duke Lastar.
Selesai merendam dan membersihkan tubuhnya. Michelina memolek dirinya sederhana mungkin. Tidak perlu ada perhiasan yang berlebihan di tubuhnya dan hanya ada mahkota dari emas putih dengan mutiara berwarna emas dan berlian berwarna putih dengan setelan gaun berwana kuning.
"Ayo, kita akan mengucapkan selamat pada mereka."
Michelina keluar dari kamarnya, menuju ruang kerja Kaisar. Namun sampai di sana ia tidak melihat Kaisar atau kedua orang itu.
"Biara saya yang menanyakan pada pelayan Permaisuri." Ujar Lucilla.
Michelina mengangguk, ia menunggu Lucilla. Sesaat kemudian Lucilla datang setelah berbincang dengan beberapa pelayan.
"Permaisuri, Baginda dan Zoya serta Duke Lastar ada di halaman."
"Kita kesana."
Deg
Michelina menghentikan langkahnya, ia menatap dalam-dalam ke arah mereka. Senyum cerah tidak hilang dari Zoya dan Duke Lastar. Begitu pun dengan Kaisar Jasper. Seperti di masa lalu gambaran keluarga yang harmonis dan hangat. Gambaran keluarga yang membuatnya sakit hati. Sekelibat bayangan masa lalu muncul di hadapanya. Wanita yang tak lain dirinya memakai gaun berwarna kuning. Dulu ia datang menemui mereka yang sama seperti saat ini, bersantai dan bergurau. Namun Kaisar Jasper menatapnya dingin dan Duke Lastar ia tersenyum mengejek. Sedangkan Zoya dia menatap iba dan kasihan.
"Untuk apa kamu datang kesini?"
"Aku membawakan camilan untuk Baginda dan Zoya serta Duke." Ujarnya tersenyum.
"Tidak perlu Permaisuri, silahkan duduk. Ikutlah bergabung bersama kami." Ujar Zoya menimpali.
"Tidak perlu, kamu jangan sok baik pada ku." Ujar Michelina dingin, ia sakit hati dengan Duke Lastar yang menertawakannya dan Kaisar Jasper yang mengacuhkan. Apa setidaknya mereka menghargainya. Dia sudah berusaha, sakit hati itu semakin membuatnya membenci Zoya.
"Permaisuri jaga bicara mu, Zoya adalah istriku."
"Lalu aku apa Baginda?" tanya Michelina dengan air mata yang mulai tumpah.
Kaisar Jasper diam, ia melihat ke arah Zoya dan Duke Lastar. "Kalian puas, aku sangat membenci kalian." Teriak Michelina.
"Permaisuri, Permaisuri," Zoya berlari, ia mengejar Michelina sampai terjatuh. Hingga membuat kedua laki-laki itu beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Zoya.
"Au,"
"Ratu," pekik Kaisar Jasper dan Duke Lastar.
Michelina mematung, ia ingin membantu tapi rasa sakitnya membuatnya enggan.
"Sayang kamu tidak apa-apa?" tanya Kaisar Jasper. Ia langsung menatap tajam ke arah Michelina.
"Duke Lastar, bawa Ratu kamarnya dan panggil Dokter istana." Ujar Kaisar Jasper dengan nafas membunuh.
"Baik Baginda."
"Baginda aku tidak apa-apa, tolong jangan memarahi Permaisuri."
Kaisar Jasper tidak memperdulikan perkataan Zoya. Ia berdiri lalu mencengkram lengan Michelina dan menyeretnya dengan kasar ke ruang kerjanya. Sesampainya di sana, dengan Kasanya Kaisar Jasper menghempaskan tubuhnya ke lantai. Sementara Michelina tak memberontak sedikit pun, dia takut dan sangat takut melihat wajah Kaisar Jasper yang menyeramkan.
"Apa maksud mu, hah? apa kamu berniat mencelakainya?" bentak Kaisar Jasper seraya mengelilingi tubuh Michelina yang ketakutan dan menangis. "Aku muak dengan mu Permaisuri, pura-pura polos tapi kamu sering merendahkan Ratu. Dia bersabar pada mu Permaisuri."
"Benar aku membencinya, benar aku sering merendahkannya. Istri mana yang mau melihat suaminya bermesraan dengan wanita lain. Apa kurang ku Baginda? aku sudah berusaha. Aku sangat membencinya, karena dia, Baginda tidak menoleh pada ku." Teriak Michelina, dia mengeluarkan semua kesakitan di hatinya.
"Karena aku tidak mencintai mu. Aku bisa memaafkan mu saat kamu merendahkannya tapi tidak mencelakainya." Teriak Kaisar Jasper merenggangkan langkahnya.
Michelina tersadar saat Lucilla memegang bahunya. Tubuhnya terasa dingin seketika. Ia trauma tentang kehidupan masa lalunya. Langkah kakinya semakin berat menghampiri mereka. Namun tekadnya yang kuat, ia harus bisa menghampiri mereka. Dan hari ini, ia akan melihat bagaimana senyuman itu yang telah menyiksanya.