Akibat dari cinta satu malam, membuat Vie harus merelakan masa mudanya. Setelah dikeluarkan dari kampus, ternyata Vie juga diusir oleh ayahnya sendiri karena Vie telah mencoreng nama baik keluarga.
Lima tahun berlalu, kehidupan pahit Vie kini telah terobati dengan hadirnya sosok Arga, bocah kecil tampan yang sedang aktif berbicara meskipun kini tak tahu dimana keberadaan ayahnya.
Namun, siapa yang menyangka jika selama ini Vie bekerja di perusahaan milik keluarga kekasihnya. Hal itu baru Vie ketahui saat kekasihnya mulai mengambil alih perusahaan.
Masih adakah rasa yang tertinggal untuk sepasang kekasih di masa lalu ini? Mari kita ikuti kisahnya 😊
IG : teh_hijaau
FB : Teh Hijau
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon teh ijo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hidden Baby 14
Sebelum membawa Arga kepada Vie, terlebih dahulu Dirga membawa anaknya masuk kedalam ruangannya. Dirga telah menyiapkan pakaian dan mainan banyak untuk Arga.
"Ga, sini ganti baju dulu."
Arga membulatkan matanya sambil berpikir sejenak.
"Tunggu … Om bukan pedopil anak kan?"
Pertanyaan Arga mampu membuat Dirga tak bisa menahan tawanya. Bagaimana bisa anak seusianya sudah tahu hal seperti itu.
"Sembarang kamu, Ga! Ay- … Om masih normal, lagian perkutut mu masih sebesar kelingking gak enak dilihat," celoteh Dirga.
Arga melipatkan tangan ke depan dada sambil mengerucutkan bibir. Meski masih sebesar jari kelingking tapi ini bibit premium yang sekali cetak langsung gol.
"Udah gak usah cemberut, jelek tau. Sini Om bantu pakaian baju gantinya."
Dirga berusaha mendekatkan diri kepada Arga yang ternyata adalah anak kandungnya sendiri, benih pertama yang ia semai di rahim Vie tanpa memikirkan efek sampingnya.
"Stop! Alga bisa sendili." Arga menepis tangan Dirga yang hendak membuka kancing bajunya.
"Lho kenapa, Ga? Kan Om mau bantuin kamu."
"Kan Alga udah bilang, kalau Alga bisa sendili. Om Bos ngeyel," sentak Arga.
Sabar Dirga, sabar. Ini asli titisan kamu kan?
"Iya deh. Serah kamu." Dirga berlalu menuju kursi kebesaran untuk memeriksakan laporan via email.
Mata Dirga sesekali melirik Arga yang sedang melepaskan kancing bajunya satu persatu. Ada rasa bangga tersendiri dalam hatinya saat melihat Arga tumbuh dengan sempurna, menjadi anak yang aktif dan smart.
Ingin sekali Dirga mengatakan bahwa dirinya adalah ayahnya, tapi sesuai dengan permintaan Vie, Dirga boleh menjemput Arga awal jangan mengatakan apapun. Vie ingin memberikan kejutan untuk Arga.
"Om, balik badan!" perintah Arga.
Dirga yang sedang fokus pada layar laptopnya hanya bisa mengernyit.
"Kenapa?" tanya Dirga heran.
"Alga mau pakai celana da.lam."
"Ya ampun Ga, itu perkutut sebesar kelingking gak bakalan terbang," ledek Dirga.
"Memangnya pelkutut Om sebesal apa? Bisa telbang juga? Kata bunda, ini bulung pipit yang gak boleh di kasih liat sama olang lain, telmasuk om Bos," celoteh Arga.
Dirga menelan kasar ludahnya. Tangan menggaruk kepalanya. Pikirannya pun juga tidak fokus untuk memeriksakan laporan.
"Ga, makin lama kamu makin gak beres. Udah ah, cepat pakai celana mu, abis itu kita ke tempat bunda!" perintah Dirga.
Mendengar nama bunda Arga bergerak lebih cepat. Ia tidak menyangka jika om Bos yang dianggapnya jahat ternyata orang baik. Bahkan Arga masih mengingat saat Dirga melarang bundanya untuk membawa anak ke kantor, tapi nyatanya Dirga sendiri yang membawanya ke kantor.
Disisi lain, Vie sibuk dengan tumpukan kertas di meja kerjanya. Ia mencocokan data yang ada di komputer. Hari ini Vie tidak fokus dalam mengerjakan pekerjaan, beberapa kali ia harus salah angka, membuatnya harus mengulang lagi.
Namun, itu tidak seberapa dibandingkan lambe nyinyir kang ghibah yang sedari tadi Vie dengarkan. Vie pura-pura tuli saat dengan jelas telinganya mendengar gosip murahan yang sedang beredar.
Sedari tadi Vie berpikir dengan keras jika bukan Dirga lalu siapa lagi yang tahu masalah ini karena saat itu hanya ada dia dan Dirga di sana saat Dirga melayangkan tuduhan murahan kepada dirinya. Jika bukan karena permintaan Dirga untuk tetap diam, mungkin sudah terjadi gelud versi macan ngamuk.
Baru saja merenggangkan otot-otot jari, Vie dikagetkan dengan suara familiar yang menggema di telinganya.
"Bunda," panggil Arga.
Vie terkejut, ternyata Dirga tidak berbohong. Dia benar-benar menjemput Arga.
"Kalian semua dengar, jika masih ada yang berani menyebarkan gosip tidak benar maka siap-siaplah kalian angkat kaki dari perusahaan ini! Satu lagi, beri tahu di grup chat, bagi yang merasa membuat isu tadi pagi segera saya tunggu itikad baiknya jika masih ingin bertahan di perusahaan ini."
Semua menunduk ketakutan. Bak tak miliki jera, padahal baru saja tadi pagi mendapatkan sarapan kini sudah mendapatkan makan siang lagi dari Dirga.
*
*
*
Vie tengah memangku Arga yang tak hentinya berceloteh ria saat netranya menangkap sesuatu yang asing di matanya. Dirga beberapa kali melirik Arga.
"Ga, Arga seneng gak kalau punya ayah seperti Om?" tanya Dirga tiba-tiba.
Arga segera mengalihkan pandangannya ke arah Dirga yang sedang menyetir dan berpikir sejenak.
Kebiasaan memang. Bocah ini kebanyakan mikir, tinggal bilang iya aja apa susahnya sih. Dirga menggerutu dalam hati.
"Om ganteng, kelen, kaya Alga jelas mau dong, Om."
Nah, bilang iya aja kebanyakan mikir kamu, Ga.
Sesaat Dirga menatap Vie yang juga tengah menatap dirinya.
"Gimana Vie? Apakah aku boleh jadi ayahnya Arga?"
Vie terdiam untuk sejenak. Rongga dadanya terasa sesak untuk menjawab pertanyaan Dirga.
"Bunda jawab dong! Kalau ada yang bertanya itu halus segela dijawab."
"Memangnya Arga mau punya ayah seperti ini?"
"Mau dong Bunda, kan Om Bos ganteng. Nanti kalau punya adik pasti ganteng juga."
Skakmat. Kedua pasang mata saling menatap dengan sempurna. Diluar dugaan jika Arga bisa mengatakan ucapan seperti itu.
🌼 bersambung 🌼
Malam guys, maap up-nya kemalaman, Othornya baru aja pulang taraweh dan kegiatan di masjid. Othor seneng kalau kalian gak pelit kasih hadiah buat Othor, kalau kalian rajin tabur hadiah kayak gini, Othor juga rajin up dah wkwkwkw 😀
Makasih ya udah dukungan novel Othor. ♥️