Karyaku yang ke 15, ga kerasa ya... Alhamdulillah
Lanjutan cerita Laras ma Bintang, menceritakan kedua anak kembarnya. Si ceriwis Zara dan tentunya si pendiam Zayd, tak lupa dengan anak-anak dari saudara dan para sahabat Laras dan Bintang.
Di cerita ini ga lepas peran orang tuanya ya, karena peran Laras tentunya sangat penting untuk dunia Mafia nya.
Semoga karya ini, diterima dengan baik. Aamiin
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nike Julianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Klarifikasi dan Hukuman 1
Mudah ini mah' dengan gerakan cepat, entah apa yang diketik. File itu pun terbuka, dan benar saja. Di sana adalah file-file milik perusahaan keluarganya, namun ternyata bukan hanya milik keluarganya. Ada beberapa file perusahaan besar lainnya, yang juga di curi oleh Sabrina.
"Waahh... Sudah pro dia mencuri file perusahaan, sepertinya ia juga memiliki kenalan seorang hacker." gumam Bintang, Laras setuju dengan ucapan suaminya. Karena kalau hanya si Sableng itu, tidak mungkin bisa.
Bintang malah merinding, berarti Sabrina pernah menjadi orang penting di perusahaan-perusahaan tersebut. Karena bisa masuk, ke dalam pusat kontrol perusahaan. Untung bukan masuk ke perusahaannya, kalo sampai terjadi. Sudah di pastikan, burungnya akan dipangkas habis oleh sang istri.
Laras pun segera meng copy semuanya, cukup memakan waktu memang. Namun ia yakin, saat ini si ular naga panjangnya itu sedang menemui abangnya. Ia pasti mengambil kesempatan ini, karena kak Raya tidak ada di sisinya. Jadi Laras bisa menggunakan waktu tersebut, untuk menyalin semuanya.
Ingat, semuanya. Itu artinya, termasuk dengan file penting milik perusahaan lain.
"Apa bubun meng copy semuanya?" Laras mengangguk
"Kamu akan mengembalikan file itu, tanpa ada bayaran apapun Ras?" tanya Ajeng, Laras menoleh pada sang mama.
Ajeng yang melihat senyuman Laras pun, ikut tersenyum. Ia tau apa yang ada di otak putrinya, jangan sia-siakan kesempatan yang ada. HAHAHAHAHA... Bintang melihat ibu dan anak tersebut, langsung bergidik ngeri.
.
.
Di perusahaan, Bima dan Arjuna sudah tiba. Bima meminta aspri nya, untuk mengumpulkan semua karyawan ke aula. Tanpa terkecuali, bahkan si badut mampang pun harus hadir. Karena dialah sumber utamanya, dalang dari fitnahan yang tersebar. Padahal selama 5 tahun ini, tak ada gosip seperti itu. Benar apa yang di bilang adiknya, semenjak wanita itu masuk. Berita tak benar mengenai istrinya, menyeruak dengan bebasnya.
Setelah di tunggu selama 10 menit, semua karyawan pun kini sudah berkumpul di aula. Bisik-bisik kematian pun terdengar, mereka semua merasa takut saat melihat wajah kedua pemilik perusahaan.
'Ada apa kita di minta kumpul di sini?' tanya karyawan yang tidak pernah ikut campur, dengan gosip yang beredar.
'Sepertinya akan membahas masalah berita tentang bu Raya, yang sudah menyebar luas.'
'Waahh... gimana nih, aku kan juga ikutan ngatain bu Raya.'
'Hayo loo, di pecat pasti. Pan gue udah bilang dari awal, jangan suka ikut men judge orang. Sebelum kalian tau kebenarannya, gimana kalo kabar itu cuma hoax. Takut kan lo sekarang.'
'Diem lo, gue ga butuh ceramah dari lo.'
Dih, di kasih tempe kagak terima. Tunggu aja lo..' wanita yang sering mengatai Raya, saat Raya datang ke perusahaan langsung terdiam. Bahkan tubuhnya mulai bergetar, wajahnya memucat. Saking gugupnya, ia menghentakkan kakinya ke lantai dengan pelan.
'Gue masih mending ya, cuma ngatain doang. Noh si Andin, dia sampe ngehadang dan bawa bu Raya ke toilet,' orang-orang yang ada di dekatnya pun terkejut, termasuk orang yang namanya di sebut.
'Serius lo, Sela?'
'Serius, gue liat sendiri waktu bu Raya di tarik ma tuh cewek. Bahkan gue punya rekamannya, soalnya gue vidioin.'
DEG
Wanita yang bernama Anita pun, susah payah menelan ludahnya.
'Parahnya lagi, bukan cuma si Anita doang. Bu Sabrina juga ada di sana, dia ikut-ikutan nyakitin bu Raya.' semua orang makin terkejut, keterkejutan mereka bertambah saat...
"Nona Sela, harap maju ke depan."
DEG
Wanita yang bernama Sela pun terdiam dan terpaku, ia hapal dengan suara yang berbicara. Ia menoleh dengan pelan, jantungnya sudah tak aman saat ini.
GLEK
"P-pak Haikal" ucap Sela tergagap
"Kamu dengar apa yang aku katakan tadi kan?" Sela mengangguk kaku, ia pun segera berjalan ke depan.
"Tunggu" langkah Sela pun terhenti
"Mana ponselmu, berikan rekaman itu." ucap Haikal
Sela pun mengambil ponselnya, yang ada di saku rok yang ia pakai. Dengan tangan gemetar, ia memberikan ponsel miliknya pada Haikal. Lalu ia lanjut melangkahkan kakinya, dengan Haikal di belakangnya.
'Memang benar, sial tidak akan pernah ada di dalam kalender. APPESSSS GUE, semoga gue ga sampai di pecat.' ucap Sela dalam hati
Wajah Arjuna, maupun Bima sangatlah datar dan sangar. Bahkan terpancar aura kemarahan dan juga seperti ingin menelan seseorang.
"Baiklah, tidak usah basa-basi lagi, saya mendengar selentingan kabar tidak enak mengenai istri saya. Entah apa maksudnya, dan apa tujuannya. Tetapi karena kabar tersebut, membuat istri saya yang tengah hamil tertekan dan nyaris keguguran." Bima menarik nafas dalam, kedua tangannya mengepal erat.
"Asal kalian tau, yang menginginkan pernikahan kami terjadi adalah saya. Saya yang mengejar istri saya dan memintanya menjadi ibu untuk anak-anak saya, tak ada yang namanya istri saya merangkak ke ranjang saya. Bahkan kalian dengan kejamnya dan tak berperasaan, mengatakan bila anak saya adalah anak haram. Apa pekerjaan kalian sebenarnya di perusahaan ini? Saya minta orang-orang yang sudah menghina, mengatai dan juga memfitnah nya. Segera maju ke depan, setidaknya kalian mengaku sendiri. Dengan begitu, saya akan memberikan keringanan. Tetapi bila tak ada yang maju ke depan, jangan harap ada ampun untuk kalian. Karena saya sudah memegang nama orang-orang yang sudah membuat istri saya tertekan." ucap Bima
Aula langsung hening, mereka yang tidak ikut-ikutan. Terlihat santai, bahkan mereka saling berbisik dengan temannya. Berbeda dengan orang-orang yang sudah mengatai Raya, wajah mereka sudah pucat. Bima memberi kode pada orang, yang memegang kendali proyektor. Terpampang lah dengan jelas, surat-surat yang di bawa Bima.
"Bisa kalian lihat di layar, itu ada buku nikah. Saya menikah di tanggal tersebut, dan itu akte putra saya. Lihat baik-baik tanggalnya, sudah jelas bila kami menikah lebih dulu, sebelum kelahiran putra kami Leon. Jadi sudah sangat jelas bukan, bila putraku bukanlah anak HARAM. Seperti yang kalian tuduhkan, selama beberapa bulan ini." lanjutnya
"Hahaha... punya nyawa berapa kalian, sehingga berani menjelek-jelekkan istri saya. Jangan harap kalian bisa selamat!!!" ucapan Bima terhenti, saat Sela naik ke atas podium. Haikal membisikkan sesuatu, terlihat bila rahang Bima mengeras.
"Putar di sini sekarang juga" titah Bima, Haikal mengangguk. Ia pun segera turun dari podium, lalu memerintahkan orang yang memegang kendali proyektor, memutar vidio yang ada di ponsel Sela. Sela yang sudah membuka kuncinya, dan membiarkan Haikal membawa benda tersebut.
Sedangkan di toilet dekat aula, ada seorang wanita yang tengah sibuk merapihkan penampilannya. Ia harus terlihat sempurna hari ini, ia harus bisa mencuri perhatian Bima saat ini juga. Setelah di rasa semua sempurna, ia pun keluar dari toilet dengan penh percaya diri.
Saat ia membuka pintu aula, gerakannya terhenti. Karena ia seperti mengenal, suara yang ada di dalam aula.
'KAU PIKIR, KAU AKAN SELAMANYA DI PERTAHANKAN OLEH BIMA, INGAT RAYA, KAU INI HANYALAH WANITA MISKIN. ASAL KAU TAU, BIMA AKAN MEMBUANG MU DI SAAT IA SUDAH BOSAN DENGANMU.'
DEG
...****************...
Jangan lupa like, komen, gift dan vote nya❤️❤️
...Happy Reading All...