Area Dewasa, 21+
Loli tidak menyangka bahwa nasip buruk akan menimpa nya. Ia harus hancur di tangan calon kakak iparnya sendiri.
Menjelang pernikahannya, teman-teman Marcell mengadakan Bachelor Party untuknya. Namun Marcell tidak menyangka bahwa malam itu adalah awal dari segala kerumitan dalam hidupnya. Akibat obat perangsang yang teman-temannya berikan membuat Marcell melakukan hal yang paling bejat. Merenggut kesucian Loli sang calon adik ipar.
Tatapan penuh luka dari gadis yang meringkuk memegang erat selimutnya terus menghantui Marcell. Ia harus memilih dua hal tersulit dalam hidupnya. Melanjutkan pernikahan dan lari dari tanggung jawab atau melepaskan gadis yang dicintainya untuk sebuah pertanggung jawaban.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noah Arrayan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dua Puluh Satu
"Bukan begitu Nala, aku cuma mau kamu berfikir jernih memandang permasalahan ini. Aku, kamu dan Loli sama-sama korban. Kita nggak bisa saling menyalahkan satu sama lain" Ucap Marcell lirih.
Berfikir jernih?
Entahlah untuk saat ini Nala hanya merasakan sakit yang tak terperi. Ia bahkan tak mampu berfikir akan bagaimana ia beberapa detik ke depan.
"Kenapa harus Loli" Seluruh tubuh, jiwa dan perasaan nya benar-benar terasa rapuh dan hancur.
Nala kembali menatap pada Marcell.
"Aku nggak bisa menghadapi ini Marcell, aku nggak bisa lepasin kamu. Aku nggak akan sanggup pisah dari kamu" tangisan dan keluhan Nala terdengar amat pilu.
"Aku nggak mau kasih kamu ke Loli. Kita harus tetap menikah. Biarkan Nathan bertanggung jawab pada bayi yang Loli kandung" ucapan Nala semakin meremukkan hati Loli. Kini ia benar-benar pasrah pada keputusan yang akan mereka ambil. Loli masuk ke dalam kamar nya, mengunci pintu dengan rapat dan melampiaskan tangisan nya yang sempat ia tahan agar tak terdengar oleh siapapun.
"Aku nggak bisa Nala, aku nggak mau lepas tanggung jawab begitu saja atas apa yang sudah aku perbuat"
"Tapi itu bukan salah kamu! mereka yang salah" Nala menunjuk ke empat pria yang sejak tadi tak lagi berkutik.
"Bukan sesuatu yang salah andai Nathan mau menggantikan tanggung jawab kamu terhadap Loli karena dia ikut berperan menciptakan permasalahan ini" Nala merasa dirinya hanya berusaha mempertahankan apa yang menjadi miliknya saat ini.
"Enggak Nala, aku nggak bisa ngelakuin hal sekejam itu pada Loli dan bayi kami. Aku mohon mengertilah Nala" Marcell mengiba.
"Kamu yang harusnya ngertiin aku Marcell, aku nggak bisa menghapus semua mimpi yang sudah aku rangkai, mimpi yang semua ada kamu di dalamnya. Ini nggak adil buat aku, kenapa hanya Loli yang kalian fikirkan sementara aku kalian abaikan. Jangan lupa bahwa aku juga punya perasaan."
"Maaf, tapi aku benar-benar nggak bisa melimpahkan tanggung jawab aku pada orang lain Nala" lirih Marcell. Ia tak bisa menjalani sesuatu yang sangat bertentangan dengan hati nurani nya.
"Kamu uda nggak cinta aku lagi sayang?"
"Ini bukan perkara masih cinta atau udah nggak cinta Nala. Kamu pasti tau jawaban dari pertanyaan kamu itu, tapi sekali lagi ini tanggung jawabku sebagai seorang laki-laki" Tangis Nala semakin pecah, Marcell benar-benar ingin meninggalkan nya. Ia seperti kehilangan arah.
"Kamu jahat Marcell! kalian semua jahat!" Pekik Nala sebelum berlari ke kamar nya. Terus melihat Marcell hanya semakin menyakiti hatinya.
Suasana hening sesaat, semua masih bertarung dengan kekalutan hati masing-masing.
"Jadi bagaimana?" Papa Indra yang sejak tadi hanya diam kini mulai angkat bicara.
"Kami sungguh minta maaf atas apa yang terjadi pak Rudi dan ibu Dita. Marcell sudah bulat dengan keputusan nya, dia ingin menikahi Loli. Keputusan kami serahkan kepada pak Rudi dan ibu Dita. Semoga kita bisa bijak menentukan keputusan yang paling baik" lanjut pria itu.
"Yah kami rasa menikahkan Marcell dan Loli adalah pilihan yang paling bijak untuk saat ini" Ucap papa Rudi setelah cukup lama menimbang apa yang harus ia lakukan. Marcell sedikit lega pada keputusan papa Rudi. Meski tetap saja ini terasa menyakitkan untuk semua pihak namun setidaknya ada satu nyawa tak berdosa yang berhasil mereka selamatkan.
🍁🍁🍁
Tidur Loli terganggu saat samar-samar mendengar isak tangis. Kepedihan langsung terasa kala matanya menangkap sosok mama yang tengah berurai air mata menatap sembari mengusap lembut rambutnya.
"Mama?" Loli memanggilnya lirih. Gadis itu sedikit bingung tentang keberadaan mamanya, karena seingat Loli ia sudah mengunci pintu kamarnya.
"Maafin mama" Tangisan mama Dita semakin pilu, membuat Loli tak bisa menahan diri. Ia segera bangkit dan memeluk mama nya.
"Kenapa mama minta maaf? mama nggak salah apa-apa" pelukan erat sang mama begitu hangat dan menenangkan.
"Maaf karena mama nggak peka, maaf karena ngebiarin adek ngelewatin ini semua sendirian" Membayangkan Loli menyimpan tangis dan ketakutan nya setiap saat selama sebulan ini merobek hati mama Dita.
Mendengar hal itu tangis Loli langsung pecah.
"Mama, adek takut" Loli akhirnya bisa melepaskan beban berat yang menindihnya beberapa waktu lalu. Karena semua sudah terbuka saat ini, ia ingin menunjukkan semua keluh dan ketakutan nya. Ia bisa mengadukan segala kesahnya pada sang mama.
"Jangan takut sayang, ada mama dan papa yang akan selalu ada buat adek"
"Adek uda nyakitin mama dan papa terutama kak Nala. Adek uda jadi perusak kebahagiaan semuanya. Tapi adek juga nggak mau ini terjadi ma ini bukan maunya adek" mama Dita semakin mengeratkan pelukan nya. Tangis dan keluhan Loli jelas menandakan betapa putri kecilnya ini sangat menderita harus menopang beban yang begitu berat.
"Enggak sayang, adek nggak salah. Ini takdir yang Tuhan garis kan untuk kita. Kak Nala pasti akan mengerti" bisik mamanya pilu. Ia bukan tak memikirkan perasaan Nala, bukan juga mengorbankan putri sulung nya dan memihak pada Loli. Namun kata hatinya mengatakan bahwa saat ini yang paling butuh diselamatkan adalah Loli dan bayinya. Karena gadis itu masih terlalu kecil untuk menghadapi masalah ini.
"Adek harus bagaimana ma? adek bingung. Adek nggak mau nikah sama kak Nathan, nikah sama kak Marcell juga salah. Tapi kalo adek nggak nikah bayi ini gimana?" Tanya Loli sambil tersedu. Ia berpijak pada posisi yang serba salah.
"Adek nggak akan nikah sama Nathan. Marcell bertahan dengan keputusan nya untuk menikahi kamu sayang, Marcell nggak mau menyerahkan kamu pada Nathan. Soal kak Nala dia memang sedang terluka sekarang, tapi adek nggak usah takut kak Nala pasti akan segera pulih" Ada kelegaan di hati Loli saat mengetahui Marcell tetap mempertahan kan nya. Karena ia sama sekali tak mengenali Nathan, Loli tak bisa membayangkan jika harus menikah dengan pria yang sama sekali tak ia kenal sebelumnya.
Tentang Marcell meski pria itu telah merenggut paksa kesucian nya namun Loli sedikit merasa aman mengingat bagaimana perlakuan Marcell padanya setelah kejadian itu.
"Kasihan kak Nala ma, karena adek kak Nala jadi menderita. Kak Nala dan kak Marcell harus dipaksa berpisah"
"Jangan menyalahkan diri mu sayang. Adek sama sekali nggak bersalah. Kita nggak bisa menolak saat Tuhan sudah berkehendak. Kita hanya bisa pasrah mengikuti apa yang Tuhan mau nak"
"Pokoknya sekarang adek harus tenang, jaga kesehatan. Jangan sampai sakit karena kasihan adek bayi kalo mama nya sakit" Mama Dita mengusap perut Loli. Bukan bermaksud menolak kehadiran bayi itu namun andai boleh meminta mama Dita ingin Loli menikmati masa remaja nya terlebih dahulu. Namun lagi-lagi sebagai manusia mereka tak berdaya untuk menolak takdir yang sudah digariskan untuk mereka.
🍁🍁🍁