Pernikahan yang bermula dari sebuah perjodohan , Membuat Amira berpikir akan menjadi sebuah pernikahan yang langgeng...Karena dari pihak Amira maupun pihak Reza sama sama sepakat dan menyetujui akan perjodohan ini..
Namun siapa sangka pernikahan yang sudah berjalan tiga tahun akhirnya di terpa badai , dengan hadirnya orang ketiga...yang menjadikan pernikahan Amira menjadi neraka untuk dirinya sendiri.
Bagaimanakah Amira bisa menghadapi sebuah pernikahan yang bagaikan neraka dalam hidupnya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wildat Dzi Wildat Dzi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
# 8
suara derap langkah yang begitu terburu buru memenuhi ruangan atas. tempat di mana biasanya para pasangan tak halal membooking kamar di club ini. jika mereka sedang malas untuk ke hotel.
dua orang juga mengikutinya dari belakang. Tepat di kamar paling ujung, terdapat dua orang bertubuh besar berjaga di depan pintu.
mereka berhenti sejenak, untuk bersembunyi. Karena tidak ingin menimbulkan keributan.
"Biar aku yang urus mereka mas" ucap salah seorang pria. Dan hanya di jawab oleh anggukan kepala.
Setelah lima menit berlalu, kedua pria yang berjaga di depan pintu tadi sudah terkapar pingsan karena pengaruh obat bius.
Ke dua orang yang bersembunyi tadi lekas keluar dan melangkah cepat menuju pintu paling pojok. Dan...
Brak....
di dobrak nya pintu itu, tatapannya begitu tajam. netranya memerah melihat pemandangan di depannya.
Juragan Odeng yang hendak menyesap gundukan Amira pun menoleh terkejut.
Bugh...
Belum sempat menghindar, Juragan odeng sudah lebih dulu terjungkal ke samping ranjang. karena bogen mentah yang di terimanya.
Deg
"Mas Arga!" lirih Amira.
Ya, orang yang menolong Amira adalah Arga.
Seseorang tiba tiba memeluknya erat. Amira menolehkan pandangannya.
"Dina?" cicitnya, dia begitu terkejut mendapati kakak adik itu ada didepannya. Dia pun masih syok dengan kejadian yang baru saja di alaminya.
"Kamu tidak sampai di sentuhnya kan Mir?" Tanya Dina adik kedua Arga. Amira hanya menjawab dengan Gelengan.
Menyadari akan sesuatu, Arga segera melepas jaket yang di kenakan dan memberikannya kepada Amira.
"Pakailah" perintah Arga. Dia tidak ingin gundukan yang menyembul itu di lihat oleh adik iparnya yaitu suami Dina.
Dina yang menerima, dan memakaikan jaket itu ke tubuh Amira.
Arga begitu benci melihat raut ketakutan dan tubuh gemetar Amira. Entah mengapa dia tidak suka melihatnya.
"Ayo cepat, kita segera keluar dari sini. sebelum mereka bangun!" ucap Rendra suami Dina. dirinya sudah selesai membuat bonyok wajah juragan Odeng sebelum menyuntikkan obat bius ke tubuh pria telanjang itu.
Mereka mengangguk semua.
"Ayo Mir, cepat kita keluar dari sini". Dina segera membantu Amira untuk bangun dan memapah Amira.
Mereka semua keluar dari kamar terkutuk itu.
Sesampainya di parkiran.
"Kamu di depan sayang bersamaku" ucap Rendra. Dirinya memang sengaja ingin menggoda sang kakak ipar.
Arga mendelik tajam ke arah adik iparnya itu. sedangkan yang di tatap hanya memasang tampang acuh tak acuh.
Dina juga setuju kalau dirinya harus duduk di depan. Karena, sang kakak pun tidak mengeluarkan protes, dan langsung duduk di jok belakang bersama Amira.
Di perjalanan mereka berempat sama sama saling diam. Mereka sibuk dengan pikirannya masing masing.
Amira menatap kosong jalanan kota di hari menjelang malam ini. Dirinya begitu tidak percaya, sang suami dengan tega menjualnya.
Air matanya menetes. Amira merasa dirinya begitu hina. Dia begitu malu dengan keluarga Arga, Dia tidak tau lagi apa yang akan terjadi padanya jika Arga dan adiknya terlambat datang menolongnya.
Mobil memasuki pekarangan rumah bergaya minimalis modern. Setelah mobil berhenti, Satu persatu dari mereka turun dari mobil. Dina mengajak Amira untuk segera mandi dan berganti baju.
"Apakah ini rumah mu Din?" tanya Amira sesampainya di dalam kamar yang dia yakini milik Dina. Karena, terlihat ada foto pernikahan Dina yang di pajang di atas ranjang berukuran king size.
Dina menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Ya sudah kamu lekas mandi gih!" suruh Dina.
Amira lekas menuju kamar mandi yang terdapat di dalam kamar Dina.
Agak lama Amira mandi. Dia benar benar menggosok semua anggota tubuhnya yang sempat di sentuh oleh Juragan Odeng beserta anak buahnya. Dia begitu jijik dengan tubuhnya sendiri.
Tiga puluh menit kemudian Amira keluar dari kamar mandi. Dina menghampiri Amira dan menyerahkan baju ganti untuknya.
"Ini kenapa bajunya masih baru?" tanya Amira.
"Memang masih baru Mir, Mas Aga yang belikan tadi". Jelas Dina tanpa melihat Amira. Tatapannya fokus menatap layar ponsel.
"Aku pakai baju kamu saja lah Din!" pinta Amira karena merasa tidak enak.
Dina mengalihkan pandangannya menatap Amira. Menghela nafas kasar.
"Amira dengar ya...STOP menjadi orang yang tidak enak kan. Baju itu Mas Aga beli buat kamu. Jadi, kamu harus menghargai pemberian dari orang lain!...begetooh" jelas Dina dengan bibir yang meleyot leyot.
Amira menahan tawa, melihat tingkah adik Arga yang satu ini. dan dia hanya bisa menganggukkan kepalanya saja. lalu langsung menuju kamar mandi untuk berganti pakaian.
Amira keluar dari kamar mandi dengan baju yang di belikan oleh Arga.
"Ayo Amira kita makan malam dulu!" Ajak Dina sambil menggandeng tangan Amira.
Di meja makan, ke dua laki laki yang berstatus ipar itu sedang terlibat obrolan serius.
"Sayang...maaf, lama" ucap Dina dengan suara manjanya. dan hanya di balas senyuman hangat oleh Rendra.
Mereka berempat langsung memulai makan malam mereka. Semua makan dalam diam. Hanya suara dentingan sendok saja yang terdengar.
Sebenarnya Amira begitu lapar. Namun, karena merasa tidak enak makan bersama keluarga Arga jadi, Amira hanya makan sedikit.
"Tambah nasinya!" suara berat Arga menginstruksi. Amira menggeleng tidak ingin menambah nasi karena merasa sungkan.
tanpa berkata dua kali, Arga segera mengambil piring Amira tadi dan langsung mengisinya dengan nasi serta lauk pauk lengkap.
Dina hanya menganga lebar melihat kelakuan kakaknya yang terkenal dingin itu. Sedangkan, Rendra terlihat tersenyum tipis.
Setelah mereka selesai dengan ritual makan malam. Arga dan Rendra langsung ijin pergi keluar karena ada urusan sebentar.
Tinggallah Dina dan Amira yang saat ini sedang bersantai sembari menonton televisi di ruang tengah.
Amira melirik Dina sebelum berkata
"Dina, bolehkah aku bertanya sesuatu?" tanya Amira sedikit ragu.
"Tanyalah Amira" jawabnya tanpa mengalihkan pandangannya dari televisi.
"kenapa kamu dan kakak kamu bisa tau kalau aku sedang berada di tempat itu? Tanya Amira.
Dina menghela nafas pelan sebelum menjelaskan.
Flashback on
Seseorang yang berada di sudut meja cafe tidak sengaja melihat tetangganya. Yaitu Reza, sedang berbincang dengan seseorang yang dia kenal sebagai penjahat kelamin.
Ya, seseorang itu Dina. Dia sedang nongkrong di cafe dengan salah seorang temannya. Namun, karena sang teman ada urusan mendadak, jadilah dirinya seorang diri di sana.
Dina menajamkan pendengarannya. Menyimak betul apa yang sedang mereka bahas. dia dapat menyimpulkan dari yang di dengarnya itu kalau Reza mempunyai niat buruk terhadap istrinya sendiri.
Tidak bisa di biarkan!
Dirinya segera menelepon sang kakak. Ya, karena dia yakin kakaknya tidak akan membiarkan sesuatu yang buruk terjadi menimpa gadis yang di cintai nya dalam diam.
Dina menceritakan semua yang dia dengar kepada sang kakak. Betul dugaannya sang kakak langsung bergerak cepat. Menyuruhnya untuk meminta tolong sang suami dan kakanya sendiri diam diam akan mengikuti perginya sepasang suami istri itu besok.
Sesuai rencana, sesampainya di kota sang kakak meng sharelok lokasinya. Dina beserta suaminya langsung meluncur menggunakan ojek online menuju lokasi yang telah dikirimkan dan mereka menggunakan satu mobil untuk mengintai Reza yang memasuki club sambil membawa Amira.
Melihat Reza keluar seorang diri mereka langsung menduga kalau ada yang tidak beres di dalam. Tanpa menunggu lama lagi, mereka langsung masuk ke dalam club. namun, cukup sulit mereka menemukan Amira. Karena sesampainya mereka di dalam, mereka sama sekali tidak melihat sekelebat raga Amira. tetapi, untung saja ada Rendra, banyaknya koneksi yang pria itu miliki menghantarkan mereka menuju kamar atas.
Flashback off.
netra Amira berkaca kaca. berkali kali dia mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Dina. Yang di balas dengan pelukan serta anggukan kepala Dina.
***