Kematian yang menyedihkan kembali membawanya hidup dalam sosok yang lain. membalaskan dendam yang belum usai kepada orang-orang yang sudah menyakitinya tanpa ampun. Penderitaan yang ditanggung begitu besar, hingga bernapas rasanya menyakitkan.
Namun, itu dulu. Kini ia kembali dengan penampilan yang baru. Kelemahan terbesarnya kini telah musnah. Semua yang dulu menganggapnya sampah akan dia singkirkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hairunnisa Ys, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gadis dengan Mata sebiru Samudera
"Karena jiwaku ada pada tubuhmu, aku akan membalas budi untuk itu Eve."
Saira yang dulu lemah lembut, kini sangat berbeda jauh. Sebuah luka dan sengsara yang selama ini menggerogotinya perlahan melebur dan menyatu dengan kemarahan. Ia menjadi sangat dingin, ditambah kenyataan bahwa gadis pemilik tubuh ini meninggal karena perbuatan orang terdekat. Ia harus bisa membalaskan dendam Evellyn.
Saira perlahan menuruni tangga, ia disambut ceria oleh beberapa anak-anak yang berkemungkinan bagian dari sepupunya. Saira tidak ambil pusing dengan mereka. Ia tetap berjalan menuju meja makan yang memanjang. Mirip suasana temu presiden beserta mentri.
"Sayang, sini duduk di samping Mama."
seorang pelayan menarik sebuah kursi di dekat Halena. Saira mendekati kursi tersebut lalu duduk. Ia tidak mengucapkan terima kasih seperti kebiasaan Evellyn. Mereka terlihat kebingungan dengan tingkah laku Evellyn yang tidak seperti biasanya.
"Sayang, bagaimana kondisi kamu sekarang, hm?" tanya William dengan lembut.
"Baik," ucapnya dengan singkat.
Halena tersenyum dan menyodorkan lauk kesukaan Evellyn. Sejujurnya ia tidak menyukai makanan Favorit Evellyn. Tapi demi membuat orang tua Eve bahagia, ia akan melakukannya. Evw menyantap makanan dengan pelan. Makanan Autralia masih belum akrab di lidahnya.
"Kak Eve, bagaimana rasanya sadar setelah satu tahun?" tanya seorang gadis bermata cokelat terang. Saira tahu gadis itu tidak sedang perhatian padanya.
"Kalau kau sangat penasaran, coba saja koma selama yang kau mau, maka kau akan tahu rasanya." balas Eve dingin.
Gadis itu seketika bungkam mendengar jawaban Evellyn. Sedangkan William tampak syok. Putri yang selama ini ia kenal tidak pernah sedikitpun berbicara dengam nada dingin. Gadisnya yang selalu ceria dan sopan pada semua orang.
"Sayang, kenapa berbicara seperti itu?" tanya William tegas.
Saira meletakkan sendoknya pelan lalu bangkit dari sana. Halena melihat dengan tatapan bingung. Lalu ia menatap suaminya yang memberi isyarat untuk melanjutkan makan. Ia menatap tajam pada gadis yang menanyakan pertanyaan bodoh barusan.
"Jangan merusak moodnya dengan menanyakan hal bodoh." tegas William yang diangguki kecil oleh gadis itu.
Wanita yang melihat putrinya diperlakukan tidak baik. Mengepalkan kedua tangan dan berjanji akan membalas semua penghinaan hari ini. Ia melihat putrinya dan menggelengkan kepala pelan. Mereka tidak boleh terlalu menunjukkan niat mereka, jika hal itu terjadi, mereka akan diusir dari mansion ini.
Setelah selesai makan, Halena segera menyusul putrinya ke kamar. Di sana ia melihat Saira sedang membaca sebuah majalah. Halena tersenyum dan menghampiri.
"Itu adalah almarhum Kakak kamu yang meninggal karena kecelakaan," ucap Halena sedih.
"Kecelakaan," gumam Saira pelan.
"Dua tahun yang lalu saat ia pulang dari luar negeri," ucap Halena sambil tersenyum menatap putranya. Majalah bisnis sering memuat poto putranya karena menjadi pebisnis sukses di usia muda. Kemudian prestasinya juga bukan main-main.
"Sayang, kenapa tadi bersikap seperti itu sama sepupumu, hm?" tanya Halena lembut.
Saira menutup majalah dan meletakkannya kembali ke tempatnya. Ia menatap Halena serius. "Ma, semenjak aku koma, di ambang kematian mengajarkanku sesuatu."
"Apa itu sayang?"
"Saat diberi kesempatan kedua, tidak boleh menyia-nyiakan dengan kembali bersikap sama."
Halena tampak tersentak mendemgar ucapan putrinya. Inikah yang menjadi alasan putrinya menjadi sangat dingin, bahkan pada keluarganya sendiri. Ia ingat, pertama kali siuman, putrinya bahkan tidak tahu dia siapa. Ia paham mungkin ini efek karena sudah lama tertidur.
"Mama, Eve mau istirahat," ucap Saira tersenyum kecil. Halena menganguk dan keluar dari sana.
--------
kenapa jadi abu-abu 🤔
cuiiiiiihhh 🖕🖕
apa itu masuk ya Thor🤔
cuuiiiiiiihhhh 🖕🖕🖕🖕🖕