Davina memergoki pacarnya bercinta dengan sahabatnya. Untuk membalas dendam, Davina sengaja berpakaian seksi dan pergi ke bar. Di sana dia bertemu dengan seorang Om tampan dan memintanya berpura-pura menjadi pacar barunya.
Awalnya Davina mengira tidak akan bertemu lagi dengan Om tersebut, tidak sangka dia malah menjadi pamannya!
Saat Davina menyadari hal ini, keduanya ternyata sudah saling jatuh cinta.Namun, Dave tidak pernah mau mengakui Davina sebagai pacarnya.
Hingga suatu hari Davina melihat seorang wanita cantik turun dari mobil Dave, dan fakta mengejutkan terkuak ternyata Dave sudah memiliki tunangan!
Jadi, selama ini Dave sengaja membohongi Davina atau ada hal lain yang disembunyikannya?
Davina dan Dave akhirnya membangun rumah tangga, tetapi beberapa hari setelah menikah, ayahnya menyuruh Davina untuk bercerai. Dia lebih memilih putrinya menjadi janda dari pada harus menjadi istri Dave?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clarissa icha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
Tak ada obrolan apapun yang terjadi sepanjang perjalanan. Raut wajah Dave yang dingin, menciptakan suasana yang menegangkan bagi Davina. Itu sebabnya Davina tak kunjung bersuara walau sebenarnya dia sangat penasaran dengan apa yang terjadi pada Dave saat ini.
Davina memilih bungkam, bergulat dengan pikirannya sendiri atas apa yang dia alami saat ini.
Davina baru bersuara ketika Dave membelokkan mobilnya ke kawasan apartemen mewah miliknya.
"Kenapa kesini Om.?" Davina memberanikan diri menatap Dave. Wajah pria itu masih saja dingin dengan sorot mata tajam yang berkabut amarah.
Davina masih tak habis pikir dengan Dave. Seharusnya tidak ada alasan bagi Dave untuk memaksanya pulang dari club dengan cara kasar dan emosi yang meluap.
Dave hanya melirik sekilas. Pertanyaan Davina hanya di anggap angin lalu karna Dave tak menghiraukannya. Dia terus melajukan mobil, memasuki gedung apartemen dan berhenti memarkirkan mobil.
"Cepat turun." Ucap Dave datar.
Dia juga bergegas turun dari mobil, mengulangi hal yang sama dengan menutup kasar pintu mobil.
"Sebenarnya apa yang terjadi di LA sampai membuat Om Dave gila seperti itu.!" Geram Davina lirih. Dengan malas, Davina segera keluar dari mobil untuk menyusul Dave.
Davina sampai bicara seperti itu karna perubahan sikap Dave yang sangat signifikan. Sikap ketus dan dinginnya semakin tak terkendali. Belum lagi disertai dengan amarah.
Gadis itu menatap kesal punggung Dave yang berjalan cepat meninggalkannya.
Dave sendiri yang membawanya kemari dan menyuruhnya untuk ikut turun dari mobil, tapi malah di tinggalkan begitu saja.
"Kalau begitu aku pulang saja.!" Teriak Davina agar Dave mendengarnya. Hanya dalam hitungan detik, Dave menghentikan langkah dan berbalik badan.
"Pulang saja kalau berani.!!" Tantang Dave. Ada nada ancaman di dalamnya.
"Memangnya apa yang harus aku takutkan.? Sekarang baru jam 10." Davina terlihat acuh, tak peduli meski dia tau kalau Dave sedang mengancamnya.
Dave menggeram kesal dengar jawaban Davina. Rupanya gadis itu tak takut sedikitpun padanya.
"Kunci mobilnya ada di saya.!" Seru Dave.
Dave yakin Davina akan mengurungkan niatnya untuk pulang setelah ingat kalau kunci mobilnya ada di tangan Dave.
"Tolong disimpan baik-baik Om kuncinya, jangan sampai hilang." Sahut Davina tenang.
"Aku mau pulang pakai taksi."
Setelah mengatakan hal yang semakin membuat Dave geram, Davina beranjak begitu saja dari sana.
"Davina.!!" Panggil Dave. Namun gadis itu tak mau menjawab, apalagi menghentikan langkah.
"Berhenti Davina.!!" Serunya dengan suara yang semakin kencang.
"Aku mau pulang Om.! Ini bukan rumahku."
Melihat Davina yang terus melangkahkan kaki, Dave bergegas mengejarnya dan berhasil menghadang langkah Davina.
Tanpa aba-aba, Dave langsung mengangkat tubuh Davina.
"Aaaaa,,, turunin Om.!!" Davina teriak ketakutan.
"Om pikir aku karung beras.!" Bentaknya kesal.
"Diam Davina.!" Tegur Dave.
"Jangan sampai saya lempar kamu." Ancamnya.
Sepertinya jurus andalan Dave adalah mengeluarkan ancaman. Dia tau betul Davina bisa diam karna ancaman.
...*****...
Dave mengangkat tubuh Davina hingga sampai di apartemennya, kemudian menurunkan gadis cantik itu di ruang keluarga.
Begitu di turunkan, Davina menatap Dave dengan penuh kekesalan. Dia tak suka dengan cara Dave yang membawa paksa dirinya ke apartemen.
Apa lagi sampai datang ke club hanya untuk menyuruhnya pulang.
"Sebenarnya Om itu kenapa.? Tiba-tiba datang ke club, marah-marah nggak jelas, maksa aku pulang dan,,,
Cupp,,,
Dave mendaratkan kecupan singkat di bibir Davina yang membuat gadis itu berhenti bicara.
Beberapa detik kemudian, bibir Davina sudah di bungkam ciuman hangat.
Dave kembali mengulangi ciuman yang membuat candu. Melakukannya dengan gerakan perlahan namun dalam dan menuntut.
Aura dingin dalam diri Dave, kini berubah hangat. Pria itu tak lagi menunjukkan amarah lewat sorot matanya.
Sampai Davina kembali merasa tenang dan nyaman pada Dave.
Dave mengakhiri ciumannya, dia menggiring Davina ke sofa dan membuat gadis itu duduk di pangkuannya.
Menatap Davina dengan sorot mata dalam dan teduh.
"Jangan coba-coba mendatangi club tanpa saya." Ujar Dave lembut. Dia bahkan membelai rambut panjang Davina yang terurai. Merapikannya dalam satu genggaman, lalu memindahkan rambut panjang itu kebagian depan. Dave melakukannya tanpa mengalihkan pandangan dari wajah cantik Davina.
Bagaikan terhipnotis oleh suara dan tatapan mata Dave, Davina langsung mengangguk patuh. Dia terus diam dalam pangkuan Dave, bahkan tak protes saat kedua tangan Dave menyusuri punggungnya dan perlahan menurunkan resleting dress miliknya.
Keduanya kembali mengulang kejadian bebrapa waktu yang lalu. Mengulangi sentuhan fisik yang memabukan hingga membuat tubuh keduanya terasa panas.
Dave bahkan meninggalkan jejak kemerahan di dada Davina.
Gadis itu hanya bisa mengeluarkan suara des- sahan tertahan kala merasakan nikmat yang menjalar ke seluruh tubuh akibat Dave memainkan dan menye sap kedua asetnya bersamaan.
Dave menghentikan aksinya, dia fokus menatap wajah Davina yang semakin cantik saat berkabut gairah. Tangannya lalu mengusap pinggang Davina, mengusapnya lembut dengan gerakan perlahan.
"Kamu membiarkan laki-laki lain menyentuhnya.!" Tegas Dave. Dia lalu meremas pinggang Davina.
"Jangan sampai aku melihatnya untuk kedua kali." Nada bicara Dave terdengar menakutkan.
Davina hanya diam, dia sibuk mencerna maksud dari ucapan Dave. Dia dibuat bingung, memangnya laki-laki mana yang sudah menyentuhnya.?
Mungkinkah yang Dave maksud adalah Justin.? Laki-laki itu sempat merangkul mesra pinggang Davina saat di club.
"Cuma saya yang boleh menyentuh kamu." Tegasnya.
Perkataan Dave seolah menjelaskan bahwa Davina adalah miliknya karna hanya dia yang boleh menyentuh gadis cantik itu. Bahkan dibuat meradang setelah melihat laki-laki lain menyentuh Davina.
Davina menatap lekat manik mata Dave. Dia berusaha meyakinkan diri bahwa Dave juga memiliki perasaan yang sama seperti dirinya. Itu sebabnya Dave menjadi sangat posesif karna merasa memiliki.
"Tapi kenapa Om.? Beri alasan kenapa laki-laki lain nggak boleh nyentuh aku.?" Tanya Davina. Walaupun sebenarnya dia sudah tau maksud Dave, tapi dia ingin mendengar secara langsung pengakuan dari pria dewasa itu.
Beberapa saat menunggu, Dave masih bungkam.
Hal itu membuat Davina kembali bersuara.
"Kita nggak punya hubungan apa-apa kan Om.? Diluar hubungan keluarga."
"Nggak ada hubungan spesial, kenapa harus melarang.?"
"Jadi aku bebas bertemu dan kontak fisik dengan siapapu." Davina sengaja memancing amarah Dave. Dan benar saja, setelah mengatakan hal itu, Dave langsung meremas kuat pinggangnya.
"Jangan harap bisa bebas bertemu dan melakukan kontak fisik dengan laki-laki lain.!" Geram Dave kesal.
"Kamu hanya milik saya, Davina.!" Tegasnya.
Davina seketika terdiam. Ada perasaan bahagia mendengar penuturan Dave. Pria itu mengakui dirinya sebagai miliknya.
Sudut bibir Davina reflek mengembang. Dia tersenyum lebar dan semakin menunjukkan perasaannya pada Dave lewat tatapan matanya.
"Katakan kalau Om Dave mencintai ku,,," Pinta Davina dengan mata yang berbinar. Dia sampai mengalungkan kedua tangannya di leher Dave.
"Apa yang aku tunjukkan pada mu belum cukup.?" Dave balik bertanya.
Memang sikap yang di tunjukkan oleh Dave sudah cukup jelas bahwa pria itu memiliki perasaan padanya, namun Davina ingin mendengar langsung ungkapan cinta dari mulut Dave.
"Tapi aku ingin pengakuan dari bibir Om,,," Ucap Davina.
"Saya bukan anak kecil lagi Davina, pengakuan bukan hal yang penting."
Dave langsung mengangkat tubuh Davina, membuat gadis itu berada dalam gendongannya dengan keadaan dress yang masih terbuka sebatas perut.
Pria itu membawa Davina ke kamarnya.
...***...
...Jangan lupa vote ,,...